08 Agustus 2023

17 Puisi Kemerdekaan Indonesia yang Membakar Semangat!

Moms bisa juga ajarkan Si Kecil untuk membuat puisinya sendiri
17 Puisi Kemerdekaan Indonesia yang Membakar Semangat!

13. Hari Kemerdekaan karya Sapardi Djoko Damono

Akhirnya tak terlawan olehku tumpah di mataku, di mata sahabat-sahabatku ke hati kita semua
Bendera-bendera dan bendera-bendera
Bendera kebangsaanku
Aku menyerah kepada kebanggan lembut
Tergenggam satu hal dan kukenal

Tanah dimana ku berpijak berderak
Awan bertebaran saling memburu
Angin meniupkan kehangatan bertanah air
Semat getir yang menikam berkali
Makin samar

Mencapai puncak ke pecahnya bunga api
Pecahnya kehidupan kegirangan
Menjelang subuh aku sendiri
Jauh dari tumpahan keriangan di lembah

Memandangi tepian laut
Tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
Dalam kelam ku lihat wajah kebangsaanku
Makin bercahaya makin bercahaya dan fajar mulai kemerahan.

14. Gugur karya W.S. Rendra

Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua luka-luka di badannya
Bagai harimau tua susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
Lima pemuda mengangkatnya di antaranya anaknya

Ia menolak dan tetap merangkak menuju kota kesayangannya
Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak maut pun menghadangnya

Ketika anaknya memegang tangannya, ia berkata:
”Yang berasal dari tanah kembali rebah pada tanah
Dan aku pun berasal dari tanah tanah Ambarawa yang ku cinta
Kita bukanlah anak jadah

Karena kita punya bumi kecintaan
Bumi yang menyusui kita dengan mata airnya
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah
Bumi kita adalah kehormatan
Bumi kita adalah juwa dari jiwa

Ia adalah bumi nenek moyang
Ia adalah bumi waris yang sekarang
Ia adalah bumi waris yang akan datang

Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa

Orang tua itu kembali berkata:
“Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah, kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu seorang cucuku akan menancapkan bajak
Di bumi tempatku berkubur
Kemudian akan ditanamnya benih dan tumbuh dengan subur

Maka ia pun berkata:
“Alangkah gemburnya tanah di sini!”
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya."

Baca Juga: Mengenal Teori Piaget, 4 Tahapan Perkembangan Kognitif dan Kecerdasan Anak

15. Putra-Putra Ibu Pertiwi karya Mustofa Bisri (Gus Mus)

Anak dan Bendera Indonesia (Orami Photo Stock)
Foto: Anak dan Bendera Indonesia (Orami Photo Stock) (istockphoto.com)

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan bangsa
Dan patriot-patriot negara
(Bunga-bunga kalian mengenalnya
Atau hanya mencium semerbaknya)

Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan
Merebut dan mempertahankan kemerdekaan
(Beberapa kuntum dipetik bidadari sambil senyum
Membawanya ke surga tinggalkan harum)

Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan
Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan
(Beberapa kelopak bunga di tenung angin kala
Berubah jadi duri-duri mala)

Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa
(di taman sari bunga-bunga dan duri-duri
Sama-sama diasuh mentari)

Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi
Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa
(mentari tertawa sedih memandang pedih
Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih).

16. Jakarta 17 Agustus Dini Hari – Sitor Situmorang

Sederhana dan murni
Impian remaja
Hikmah kehidupan bernusa, berbangsa, dan berbahasa

Kewajaran napas dan degup jantung
Keserasian beralam dan bertujuan
Lama didambakan menjadi kenyataan wajar, bebas

Seperti embun
Seperti sinar matahari
Menerangi bumi
Di hari pagi

Kemanusiaan
Indonesia Merdeka
17 Agustus 1945.

17. Gerilya – W.S. Rendra

Tubuh biru tatapan mata biru lelaki berguling di jalan
Angin tergantung terkecap pahitnya tembakau
Bendungan keluh dan bencana

Tubuh biru tatapan mata biru lelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelor
Diketuk gerbang langit dan menyala mentari muda
Melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah
Dengan sayur-mayur di punggung melihatnya pertama
Ia beri jeritan manis dan duka daun wortel

Tubuh biru tatapan mata biru lelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnya
Anak janda berambut ombak
Ditimba air bergantang-gantang disiram atas tubuhnya

Tubuh biru tatapan mata biru lelaki berguling di jalan
Lewat gardu Belanda dengan berani
Berlindung warna malam sendiri masuk kota ingin ikut ngubur ibunya.

Baca Juga: 12 Upaya untuk Mengisi Kemerdekaan, Belajar dan Bekerja yang Baik serta Budayakan Gotong Royong!

Itu dia beberapa pilihan puisi kemerdekaan Indonesia yang indah dan bermakna.

Yuk, kenalkan pada Si Kecil dan biarkan dia berkreasi membuat puisi kemerdekaan Indonesia sendiri!

  • http://repositori.kemdikbud.go.id/16349/
  • https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/baca-puisi-kemerdekaan-oleh-pecinta-puisi-ugm-2019/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb