02 Maret 2023

Mengenal Ragam Rumah Adat Sulawesi Tenggara dan Keunikannya

Tiga jenis rumah yang dibagi berdasarkan strata sosial.
Mengenal Ragam Rumah Adat Sulawesi Tenggara dan Keunikannya

Tahukah Moms kalau rumah adat Sulawesi Tenggara dibagi menjadi 3 jenis?

Perbedaan ketiganya, didasarkan dari kondisi strata sosial dari pemilik hunian.

Pada umumnya, wisatawan ingin mengunjungi suatu tempat karena pesona alam atau kulinernya khas.

Padahal, masih banyak alasan lain untuk mengunjungi rumah adat tradisional yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat istiadat dan budayanya.

Hal ini memang dapat kita lihat dari kebiasaan masyarakat yang erat menjaga budaya setempat, seperti menjaga fungsi dan sejarah dari rumah adat Sulawesi Tenggara.

Baca Juga: 10 Es Tradisional Indonesia yang Belum Banyak Dikenal, Pernah Coba?

Rumah Adat Sulawesi Tenggara

Yuk, kenali lebih dekat dengan tiga jenis rumah adat Sulawesi Tenggara berikut!

1. Rumah Adat Laikas

Rumah Adat Laikas
Foto: Rumah Adat Laikas (Celebes.co)

Laikas merupakan rumah adat dari suku Tolaki yang mendiami di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara.

Beberapa daerah yang  ditinggali suku adat tersebut terdiri dari:

  • Kota Kendari
  • Konawe Selatan
  • Kabupaten Konawe
  • Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Utara
  • Konawe Utara

Rumah adat Sulawesi Tenggara satu ini, memilki bentuk seperti rumah panggung yang terdiri dari tiga ataupun empat lantai.

Uniknya, bagian bawah atau kolom rumah tidak ditinggali oleh penghuni rumah.

Uniknya lagi, rumah adat Laikas atau Malige ini tidak menggunakan bahan logam seperti paku.

Namun, rumah adat Sulawesi Tenggara ini menggunakan bahan 100% dari alam, yaitu kayu dan atapnya terbuat dari rumbai alang-alang/nipah.

Lalu untuk membuat dindingnya, dibangun menggunakan papan kayu.

Semua material tersebut, akan disatukan menjadi sebuah bangunan bersamaan dengan serat kayu atau pasak kayu.

Balok kayu digunakan sebagai tiang, sedangkan dinding atau badan rumah dari papan. Sedangkan untuk menyatukan semua bahan bangunan digunakan pasak kayu atau serat kayu.

Bagian bawah dari Laika, pada umumnya digunakan sebagai tempat tinggal hewan peternakan seperti ayam dan babi.

Barulah di lantai pertama dan kedua, akan ditinggali penghuni rumah tersebut.

Pada umumnya, kedua lantai tersebut akan menjadi tempat tinggal raja beserta pemaisurinya.

Kemudian pada lantai tiga, digunakan sebagai tempat penyimpanan berbagai benda pusaka yang dimiliki sang Raja.

Pada lantai teratasnya, biasa digunakan sebagai area untuk beribadah sekaligus bersemedi.

Jika berkunjung ke rumah adat satu ini, maka di lantai keduanya akan menemukan suatu keunikan.

Sebab, pada bagian kanan dan kiri lantainya, akan di sediakan ruang khusus yang sangat menarik untuk dikulik.

Ruangan khusus tersebut digunakan sebagai ruang menenun kain atau membuat pakaian tradisional.

Sebagian masyarakatnya, masih hidup secara tradisional dengan menggantungkan hidupnya dari mengelola hasil alam.

Hingga kini suku Tolaki masih berpegang teguh dengan keyakinan dan tradisinya untuk menjaga serta memelihara kelestarian dari hutan.

Bahkan kepercayaan ini terus diwariskan kepada para anak cucu mereka.

Hal tersebut terbukti dengan adanya sistem perladangan dan pemukaan yang masih berlaku.

Baca Juga: Yuk, Jelajahi Rumah Adat NTT di Kampung Adat Bena, Wae Rebo dan Ratenggaro!

2. Rumah Adat Banua Tada

Rumah Adat Banua Tada
Foto: Rumah Adat Banua Tada (Cerdika.com)

Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki rumah adat yang dikenal dengan nama Banua Tada.

Rumah adat Sulawesi Tenggara ini banyak ditinggali oleh suku Wolio yang ada di pulau Buton. Suku Wolio sendiri merupakan suku terbesar di kota Bau-bau.

Nama Banua Tada berasal dari 2 kata yaitu “Banua” yang berarti rumah dan “Tada” yang berarti siku.

Rumah adat Banua Tada diartikan sebagai rumah siku. Pasalnya rumah adat ini memiliki bentuk dengan banyak siku. Umumnya rumah ini terdiri dari 2-3 lantai.

Suku Wolio menganalogikan Banua Tada dengan simbol organ tubuh manusia.

Jika dilihat sekilas maka Moms akan menemukan bahwa rumah adat ini terdiri dari bagian kepala, tubuh, dan kaki.

Secara garis besar, setiap lantai wajib terbagi menjadi 3 bagian, yaitu depan, tengah, dan belakang.

Baca Juga: Pernikahan Adat Sunda, Begini Prosesi dan Baju yang Dikenakan Pengantin

Rumah adat Sulawesi Tenggara ini dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan status sosial masyarakatnya.

Selain dibedakan berdasarkan status sosial, perbedaan bentuk rumah adat Banua Tada juga dapat dilihat dari jumlah tiang yang menyangga rumah.

Berikut penjelasan tentang rumah adat Banua Tada:

  • Kamali / Malige

Rumah adat Banua Tada yang dinamakan Kamali / Malige merupakan rumah adat yang ditempati raja atau sultan beserta keluarganya.

Struktur bangunan rumah adat Kamali memiliki atap bersusun 2.

  • Banua Tada Tare Pata Pale

Rumah adat yang satu ini merupakan rumah adat yang ditinggali oleh para pejabat atau pegawai istana.

Berbeda dengan Kamali / Malige, Banua Tada Tare Pata Pale memiliki 4 tiang penyangga dengan tetap mempertahankan bentuk rumah siku.

Biasanya dalam 1 ruangan terdapat 2 jendela di sisi kanan dan 2 jendela di sisi kiri.

  • Banua Tada Tare Talu Pale

Terakhir adalah rumah adat yang ditinggali oleh rakyat biasa.

Jika rumah adat sebelumnya memiliki 4 tiang sebagai penyangga, pada rumah adat banua tada milik rakyat biasa hanya terdapat 3 tiang sebagai penyangga.

Jendela tiap ruang juga hanya ada 1 di sisi kanan dan kiri.

Baca Juga: 6 Cara Mengajarkan Budaya Ibu dan Ayah yang Berbeda pada Anak

3. Rumah Adat Mekongga

Rumah Adat Mekongga
Foto: Rumah Adat Mekongga (Parwisatalokal.com)

Mekongga merupakan tempat tinggal bagi ketua suku Raha dan Raja.

Rumah adat Sulawesi Tenggara yang satu isi bentuknya mirip dengan rumah panggung tanpa sekat.

Sesuai dengan bentuknya, rumah adat Mekongga tingginya mencapai 60-70 kaki di atas tanah, dengan anak tangga yang berjumlah 30 buah.

Jumlah 30 anak tangga melambangkan jumlah helai sayap burung kongga.

Sementara itu, rumah adat ini memiliki 12 buah tiang penyangga. Hal tersebut dilambangkan dengan 12 pemimpin dari suku Raha yang berpengaruh kuat terhadap daerah tersebut.

Rumah adat Sulawesi Tenggara ini terdiri dari 4 buah bilik, yaitu:

  • Ruang rapat atau pertemuan
  • Ruang tempat menyimpan benda pusaka dan benda-benda berharga
  • Ruang kerja raja
  • Ruang abdi raja

Terdapat juga hiasan bergambar burung kongga yang terletak di sisi depan, kiri, dan kanan rumah.

Umumnya rumah adat mekongga digunakan untuk acara adat saja. Sehingga, tidak jarang rumah adat ini terletak di tengah-tengah hutan dan hanya ditinggali oleh raja serta para keluarganya.

Namun, seiring perkembangan zaman, rumah adat mekongga menjadi tidak terawat dan daerah sekitarnya pun telah dimekarkan menjadi kabupaten Kolaka.

Meski telah dijadikan sebagai salah satu destinasi untuk para wisatawan tetapi rumah adat ini sedikit banyak telah mengalami pemugaran.

Namun, tetap tidak meninggalkan ciri khasnya dengan gaya rumah panggung.

Baca Juga: Penuh Akan Makna, Begini Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bugis

Itu dia Moms tentang rumah adat Sulawesi Tenggara. Semoga menambah informasi, ya!

  • https://www.celebes.co/rumah-adat-sulawesi-tenggara
  • https://www.romadecade.org/rumah-adat-sulawesi-tenggara/#!
  • https://arsip-indonesia.org/nl/zoeken?mivast=50000&mizig=190&miadt=50000&miaet=14&micode=ORGANISASI&minr=1032339&milang=nl&misort=pla%7Casc&miview=ldt
  • https://arsip-indonesia.org/nl/zoeken?mivast=50000&mizig=190&miadt=50000&miaet=14&micode=ORGANISASI&minr=1032339&milang=nl&misort=pla%7Casc&miview=ldt

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb