09 Januari 2024

15 Tradisi Jawa Tengah yang Masih Dilakukan hingga Kini

Salah satunya Tedak Siten atau menyambut kelahiran bayi
15 Tradisi Jawa Tengah yang Masih Dilakukan hingga Kini

Setiap daerah di Indonesia punya tradisinya masing-masing, tak terkecuali tradisi Jawa Tengah.

Provinsi Jawa Tengah dikenal memiliki banyak sekali tradisi yang hingga saat ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakatnya.

Tradisi adalah sebuah kebudayaan yang selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kebudayaan ini bisa beragam, mulai dari yang berkaitan dengan kebiasaan, adat istiadat, hingga berhubungan dengan keagamaan.

Tradisi akan terus berjalan jika tetap dilestarikan dengan cara terus melakukannya.

Namun, jika hal tersebut tidak dilakukan lagi, maka tradisi tersebut akan menghilang dengan sendirinya.

Baca Juga: 10 Wisata Jawa Tengah yang Populer, Wajib Dikunjungi!

Budaya dan Tradisi Jawa Tengah

Untuk daerah Jawa Tengah, tradisi Jawa Tengah masih tetap terus dipertahankan sehingga dalam kehidupan sehari-hari.

Kita bisa menjumpainya dengan mudah saat berada di kota-kota yang ada di Jawa Tengah.

Berikut ini adalah tradisi-tradisi Jawa Tengah yang hingga saat ini masih tetap dilakukan, yaitu:

1. Tradisi Wetonan

Tradisi Wetonan
Foto: Tradisi Wetonan (pexels.com/John Finkelstein)

Tradisi Jawa Tengah yang pertama adalah tradisi wetonan. Wetonan dalam bahasa Jawa memiliki arti "keluar."

Namun, wetonan yang dimaksud di sini berhubungan dengan kelahiran orang.

Tradisi wetonan adalah upacara yang dilakukan guna menyambut bayi yang baru lahir.

Tradisi wetonan ini dilakukan supaya nantinya bayi tersebut akan terhindar dari bahaya serta bisa mendapatkan rezeki serta keberuntungan yang lebih.

2. Upacara Ruwatan

Upacara ruwatan juga masih dilestarikan hingga sekarang sebagai tradisi Jawa Tengah.

Sebagai contoh, di daerah Dieng Wonosobo, bagi anak-anak yang memiliki rambut ikal gimbal biasanya dianggap mirip dengan 'buto ijo', sehingga harus diadakan upacara ruwatan.

Hal ini dilakukan guna mengusir hawa jahat dan hal-hal buruk yang dibawa oleh buto ijo.

3. Upacara Larung Sesaji

Tradisi Jawa Tengah ini bisa dengan mudah dijumpai di daerah-daerah yang ada di pinggir pantai, terutama di pesisir utara dan Selatan.

Upacara larung saji dilakukan dengan cara menghanyutkan beberapa bahan makanan berupa hasil panen dan hewan sembelihan ke lautan dengan menggunakan perahu.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur pada Sang Pencipta akan hasil laut yang telah diberikan kepada para nelayan.

Baca Juga: 5 Rest Area Jawa Tengah, Fasilitas Lengkap Bak Mal Mewah!

Selain itu, upacara ini juga dilakukan guna mendoakan keselamatan para nelayan agar bisa melaut dengan selamat.

4. Tradisi Popokan

Tradisi Jawa Tengah yang satu ini hingga sekarang masih tetap dilakukan.

Tradisi popokan adalah upacara yang dilakukan masyarakat di Semarang.

Tradisi ini dilakukan dengam cara melempar lumpur pada saat hari Jumat Kliwon di bulan Agustus.

Tradisi popokan mulai dilakukan oleh masyarakat daerah Beringin tapi sekarang dilakukan oleh banyak masyarakat di daerah Semarang.

Masyarakat setempat melakukan tradisi ini untuk menghilangkan kejahatan serta tolak bala yang ada di daerah tempat tinggal mereka.


5. Tradisi Syawalan

Tradisi Syawalan
Foto: Tradisi Syawalan (Jatengprov.go.id)

Tradisi syawalan adalah salah satu tradisi yang dilakukan selama 7 hari setelah merayakan hari raya Idulfitri.

Masyarakat setempat menjuluki tradisi syawalan dengan nama tradisi lebaran ketupat.

Karena pada tidak seperti daerah lain di Indonesia yang menyajikan ketupat pada saat hari raya Idulfitri, masyarakat Jawa Tengah justru menyajikan nasi kuning saat lebaran.

Kuliner ketupat baru akan disajikan pada saat tradisi syawalan.

Baca Juga: 8 Ragam Olahraga Tradisional Indonesia, Sudah Tahu?

6. Tradisi Sadranan

Tradisi Jawa Tengah yang berikutnya adalah tradisi sadranan atau yang lebih dikenal dengan nama nyadran.

Tradisi ini dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.

Tradisi sadranan dilakukan dengan cara menggelar doa untuk para leluhur dan kerabat yang sudah meninggal.

Tujuannya supaya dosa-dosa mereka bisa diampuni dan amal baiknya bisa diterima dengan baik.

Tradisi ini dilakukan dengan cara merapikan dan membersihkan makam dan membuat kue tradisional seperti kue apem, kolak, dan ketan yang nantinya akan dibagikan kepada para kerabat.

7. Upacara Tingkeban

Tradisi Tingkeban
Foto: Tradisi Tingkeban (Lucedale.co)

Tradisi Jawa Tengah berikutnya adalah upacara tingkeban. Upacara ini juga disebut dengan nama upacara mitoni.

Upacara tingkeban adalah upacara yang dilakukan usia kandungan baru berusia tujuh bulan.

Mungkin Moms lebih mengenal tradisi ini dengan nama tradisi “nujuh bulan”.

Tradisi Jawa Tengah ini dilakukan dengan cara memandikan Moms, lalu kemudian membacakan doa yang bisa memberikan keberkahan pada sang jabang bayi.

Pada saat memandikan, akan ada acar pengguyuran yang harus dilakukan oleh tujuh orang tua atau sesepuh yang dituakan.

8. Tradisi Brobosan

Tradisi Jawa Tengah yang berikutnya adalah tradisi brobosan.

Tradisi ini terbilang cukup unik, tapi anehnya masih bisa dijumpai hingga sekarang.

Hal ini karena memang sudah menjadi kebiasaan atau adat istiadat yang selalu dilakukan.

Tradisi brobosan adalah tradisi di mana ketika ada saudara atau kerabat yang meninggal, maka kita harus menerobos melewati bawah jenazah.

Jadi, nantinya jenazah harus diangkat dengan tandu atau peti matinya harus diangkat tinggi.

Kemudian, anak dan cucu dari orang yang sudah meninggal tersebut diharuskan untuk menerobos ke bawah kolong melewati jenazah. Hal ini harus dilakukan sebanyak tiga kali.

Baca Juga: Mengenal Rumah Tanean Lanjhang, Rumah Adat Madura yang Unik

Tujuannya adalah guna menghormati kepergian jenazah dan mengikhlaskan kepergiannya.

9. Upacara Tedak Siten

Upacara Tedak Siten
Foto: Upacara Tedak Siten (Pinterest.com)

Tradisi Jawa Tengah ini juga bisa dijumpai di daerah Jawa Timur.

Upacara tedak siten adalah tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah menginjak usia 7 bulan.

Upacara ini juga dikenal dengan nama upacara turun tanah karena bertujuan untuk mengenalkan anak tanah yang ia pijak.

Upacara ini dilakukan di pagi hari sesuai dengan tanggal dan hari kelahiran anak.

Tradisi tedak siten selalu dilengkapi dengan aneka kuliner yang disajikan seperti nasi kuning, jenang boro-boro, dan lain sebagainya.


10. Mubeng Beteng

Tradisi Jawa Tengah yang selanjtnya adalah mubeng benteng.

Tradisi ini selalu dilakukan pada malam satu suro sehingga sering dinamakan dengan nama tradisi malam satu suro.

Tradisi Jawa Tengah ini ada di Yogyakarta dan dilakukan dengan cara mengelilingi benteng atau keraton Yogyakarta.

Hal ini dilakukan sebagai simbol refleksi dan intropeksi diri.

Saat melakukan mubeng benteng, Moms tak boleh berbicara dan makan atau minum selama melakukannya hingga selesai.

11. Padusan

Padusan adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai bentuk persiapan menyambut bulan Ramadan.

Tradisi ini melibatkan mandi di sumur-sumur atau sumber mata air dengan tujuan membersihkan diri secara lahir dan batin.

Lebih dari sekadar ritual fisik, padusan juga memiliki makna mendalam sebagai waktu untuk merenung, introspeksi diri, dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu.

12. Mendak Kematian

Ilustrasi Kuburan (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Kuburan (Orami Photo Stock)

Tradisi ini dilakukan sebagai bagian dari prosesi pemakaman seseorang yang telah meninggal dunia.

Saat upacara Mendak Kematian, kerabat dan sahabat yang hadir akan berkumpul di rumah almarhum atau almarhumah untuk memberikan penghormatan terakhir dan mendoakan kebahagiaan di alam setelah kematian.

Salah satu elemen penting dari Mendak Kematian adalah prosesi penyiraman atau pembersihan makam yang melibatkan air, bunga, dan berbagai simbol keagamaan.

Ini adalah momen yang sarat makna dalam budaya Jawa yang menunjukkan penghormatan, kesedihan, dan harapan untuk roh almarhum atau almarhumah.

13. Kenduren

Kenduren adalah sebuah upacara adat yang melibatkan doa bersama yang dihadiri oleh tetangga dan dipimpin oleh seorang tokoh agama.

Tujuan dari kenduren ini adalah untuk memohon keselamatan atau mengirimkan doa kepada leluhur yang telah meninggal dunia.

Selama kenduren, tuan rumah akan menyediakan hidangan makanan, termasuk nasi tumpeng, nasi golong, ingkung ayam, sayuran, dan hidangan lainnya.

Setelah selesai berdoa bersama, peserta kenduren akan duduk bersama dan menikmati hidangan yang disajikan.

14. Jamasan Pusaka

Jamasan Pusaka adalah sebuah tradisi atau upacara adat dalam budaya Jawa yang bertujuan untuk membersihkan, merawat, dan menghormati pusaka keluarga atau kerajaan.

Pusaka dalam konteks ini merujuk kepada benda-benda bersejarah atau warisan keluarga yang memiliki nilai historis, budaya, atau spiritual yang tinggi.

Jamasan Pusaka biasanya melibatkan serangkaian ritual, doa, dan tata cara khusus yang dilakukan oleh seorang ahli dalam bidangnya atau seorang pemimpin adat.

15. Sekaten

Tradisi Jawa Tengah yang terakhir adalah tradisi Sekaten.

Tradisi Sekaten adalah sebuah festival tahunan yang sangat penting dan bersejarah di Jawa, khususnya di kota Yogyakarta dan Solo (Surakarta).

Festival ini dirayakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu kelahiran Nabi Muhammad.

Baca Juga: Mengenal 10+ Pakaian Adat Jawa Tengah Pria dan Wanita

Itulah beberapa tradisi Jawa Tengah yang hingga saat ini masih ada dan terus dilestarikan.

Moms sendiri apakah ingin melakukan salah satu tradisi yang ada di atas?

  • https://jateng.garudacitizen.com/tradisi-unik-jawa-tengah-mulai-upacara-adat-kehidupan-setiap-hari-dan-perayaan/
  • https://mimpibaru.com/adat-istiadat-jawa-tengah/
  • https://borobudurnews.com/ini-daftar-tradisi-orang-jawa-yang-masih-dilestarikan/
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb