Aturan MPASI Menurut WHO Terbaru, Jangan Sampai Salah!
Aturan MPASI menurut WHO menjadi panduan penting bagi Moms yang memiliki bayi usia 6-23 bulan.
MPASI atau Makanan Pendamping ASI mulai diberikan ketika bayi berusia 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tambahan yang tidak lagi dapat sepenuhnya dipenuhi oleh ASI.
Masa ini adalah tahap krusial dalam perkembangan anak, di mana mereka mulai belajar mengenal makanan sehat sekaligus membangun pola makan jangka panjang.
WHO juga menekankan pentingnya MPASI untuk mencegah risiko kekurangan gizi dan memastikan tumbuh kembang bayi tetap optimal.
Yuk, simak selengkapnya mengenai MPASI menurut WHO!
Baca Juga: Serba-serbi Penyimpanan ASI Perah yang Tepat, Jangan Salah!
Aturan MPASI Menurut WHO
WHO merilis panduan terbaru untuk pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi dan anak balita berusia 6-23 bulan yang tinggal di negara berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi.
Panduan ini mempertimbangkan kebutuhan anak yang mendapat ASI dan yang tidak mendapat ASI, serta menggantikan prinsip-prinsip panduan sebelumnya untuk pemberian MPASI.
Berikut adalah perubahan aturan MPASI menurut WHO pada bayi dan anak balita berusia 6-23 bulan.
1. Melanjutkan Pemberian ASI Hingga 2 Tahun atau Lebih
Aturan MPASI menurut WHO yang pertama adalah melanjutkan pemberian ASI.
Pemberian ASI harus dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih.
Pemberian ASI harus dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran dan pemberian ASI eksklusif harus dilakukan selama 6 bulan pertama kehidupan.
Diketahui, anak yang mengonsumsi ASI hingga usia 2 tahun lebih rendah mengalami diare atau peradangan lambung.
2. Dibolehkan Susu Hewani Murni Sebagai Pengganti ASI
Aturan MPASI menurut WHO selanjutnya adalah susu hewani murni direkomendasikan untuk usia 6-23 bulan.
Jika ASI tidak tersedia, maka bayi harus diberi susu pengganti yang sesuai.
Anak berusia 6-23 bulan harus diberi makanan pendamping ASI yang aman dan memenuhi kebutuhan gizi, selain ASI atau susu pengganti.
3. Dimulai Sejak Usia 6 Bulan
Pemberian makanan pendamping ASI harus dimulai pada usia 6 bulan, tetapi tidak sebelum usia 4 bulan.
Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein, seperti kacang-kacangan ataupun dari protein hewani.
4. Utamakan Pilihan Makanan Bergizi
Aturan MPASI menurut WHO dari sisi makanan tentunya harus makanan yang bergizi, ya Moms.
Makanan pendamping ASI harus aman, bergizi, dan memenuhi kebutuhan variasi dan jumlah yang cukup.
Makanan harus diberikan dalam bentuk yang dapat dimakan oleh anak dan harus disiapkan dan diberikan dengan cara yang aman dan higienis.
5. Hindari Makanan Olahan dan Tinggi Gula
Aturan MPASI menurut WHO yang tak kalah penting adalah pemberian makan yang responsif.
Pemberian makan harus responsif berpengaruh terhadap nafsu makan hingga tanda lapar dan kenyang anak.
Anak harus didorong untuk makan, tetapi tidak dipaksa, ya Moms.
Sebagai informasi, panduan WHO untuk pemberian MPASI pada bayi usia 6-23 bulan didasarkan pada bukti dan rekomendasi global.
Hindari juga makanan olahan yang memicu peradangan pada tubuh Si Kecil ya, Moms.
WHO juga menyarankan untuk mengurangi konsumsi jus buah yang tinggi kandungan gulanya.
Baca Juga: 19 Resep Makanan Bayi 6 Bulan, Bergizi Lengkap untuk MPASI
Mengapa Pemberian MPASI Penting?
Selanjutnya, kita akan membahas mengenai alasan pentingnya MPASI menurut WHO.
Ketika Si Kecil tumbuh dan menjadi lebih besar, kandungan yang berada dalam ASI tak cukup memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Jadi, pentingnya MPASI menurut WHO sendiri sangat tinggi untuk menyeimbangkan total nutrisi yang dibutuhkan dengan nutrisi yang dikonsumsi oleh Si Kecil lewat ASI.
Dalam memberikan MPASI untuk Si Kecil, Moms juga perlu menyeimbangkan jumlah kalori yang dibutuhkan selama MPASI.
Untuk anak yang berusia 6 hingga 8 bulan, jumlah kalori yang dibutuhkan per harinya adalah 200 kkal.
Sementara itu untuk anak berusia 9 hingga 11 bulan, Si Kecil akan membutuhkan 550 kkal per harinya.
Terakhir, ketika Si Kecil memasuki usia 12 hingga 23 bulan, ia membutuhkan 550 kkal per harinya.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Unsalted Butter untuk MPASI, Bikin Makan Lahap
Pengenalan Makanan untuk Mengetes Alergi
Selain aturan MPASI menurut WHO, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa alergi makanan pada anak presentasenya hanya 6 hingga 8%.
Reaksi alergi memang lebih sering terjadi pada setahun pertama kehidupan anak, tapi sekali lagi presentasenya sangat kecil.
Nah, semakin kita menunda mengenalkan makanan pada anak, risiko anak alergi terhadap makanan tertentu semakin tinggi.
Biasanya, bahan makanan yang berisiko tinggi memicu alergi yaitu telur, ayam, makanan laut, susu, kacang-kacangan, dan lain-lain.
Jadi, tak ada salahnya mengenalkan anak pada berbagai jenis makanan untuk melihat apakah ada indikasi alergi atau tidak, lho.
Moms juga bisa konsultasi ke dokter atau ahli gizi daripada hanya membatasi makan tanpa sebab, ya!
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.