19 Desember 2023

Biografi Cut Nyak Meutia dan Kisah Perjuangannya di Aceh

Pahlawan nasional wanita dari Aceh

Cut Nyak Meutia, atau yang dikenal sebagai Pocut Meutia, adalah seorang pejuang asal Aceh yang berperang melawan penjajah Belanda pada awal abad ke-20.

Ia lahir pada tahun 1870 di Aceh dan tumbuh dalam lingkungan yang penuh semangat perlawanan terhadap penjajah.

Meutia menjadi tokoh penting dalam perlawanan terhadap Belanda selama Perang Aceh.

Ia dikenal karena keberaniannya dalam pertempuran dan kepemimpinannya dalam memimpin pasukan perlawanan.

Keberanian dan keteguhan hati Cut Nyak Meutia dalam melawan penjajah Belanda telah menginspirasi banyak orang, baik di Aceh maupun di seluruh Indonesia.

Ia dianggap sebagai salah satu pahlawan nasional yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Biografi Teuku Umar, Perjuangan Pahlawan Nasional dari Aceh

Kehidupan Awal Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia
Foto: Cut Nyak Meutia (Pinterest.com)

Cut Nyak Meutia adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarganya dan memiliki empat saudara laki-laki, yaitu Teuku Cut Beurahim, Teuku Muhammadsyah, Teuku Cut Hasan, dan Teuku Muhammad Ali.

Ayahnya, Teuku Ben Daud Pirak, dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan tegas di daerah Pirak.

Selain itu, ia juga merupakan seorang ulama terkemuka di wilayah tersebut. Daerah Pirak memiliki sistem pemerintahan tersendiri.

Ketika memasuki usia dewasa, Cut Meutia menikah dengan seorang pemuda bernama Teuku Syamsarif, yang juga dikenal sebagai Teuku Chik Bintara.

Namun, pernikahan mereka tidak berlangsung lama karena sikap suaminya yang dianggap lemah dan selalu cenderung untuk berkolaborasi dengan Belanda pada saat itu.

Setelah itu, Cut Nyak Meutia menikah dengan Teuku Chik Muhammad, yang lebih dikenal sebagai Teuku Chik Tunong.

Teuku Chik Tunong adalah saudara dari Teuku Syamsarif, suaminya yang sebelumnya.

Kedua pasangan ini memiliki visi yang sama dalam menentang penjajahan Belanda di Aceh, sehingga mereka memutuskan untuk berhijrah ke pegunungan dan melancarkan perlawanan terhadap Belanda dengan menggunakan taktik perang gerilya.

Taktik perang gerilya juga diterapkan oleh para pejuang Aceh lainnya, seperti Teuku Umar dan istrinya, Cut Nyak Dhien, serta Panglima Polim.

Rakyat Aceh secara luas menentang kehadiran Belanda di wilayah Nangroe Aceh Darussalam.

Baca Juga: Biografi Muhammad Yamin, Sang Pelopor Sumpah Pemuda

Perjuangan Melawan Belanda

Diketahui awal perlawanan Cut Nyak Meutia melawan Belanda dimulai pada tahun 1901, ketika Sultan Aceh, Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah, memimpin perlawanan hingga ke pedalaman Aceh.

Cut Meutia turut membantu perjuangan Sultan Aceh, dan terjadilah pertempuran sengit antara pasukan yang dipimpin oleh suaminya, Teuku Chik Muhammad, melawan pasukan Belanda dari Juni hingga Agustus 1902.

Namun, pada bulan Januari 1903, beredar kabar bahwa Sultan Aceh beserta para panglimanya, termasuk Panglima Polim Muhammad Daud, dan para petinggi kerajaan lainnya, telah menyerah atau turun gunung.

Meskipun awalnya suami Cut Nyak Meutia, meragukan kabar tersebut, ternyata kabar itu benar adanya.

Menurut catatan dalam buku Gedenkboek van het Korps Marechaussee van Atjeh en Onderhoorigheden tahun 1890 – 1940, disebutkan bahwa Teuku Chik Muhammad turun dari pegunungan dan melaporkan dirinya di Lhokseumawe pada bulan Oktober 1903.

Setelah itu, Teuku Tunong dan Cut Meutia tinggal di wilayah Keureutoe, tetapi kemudian pindah ke wilayah Panton Labu.

Namun, insiden yang terjadi di daerah Meunasah Meurandeh Paya membuat suaminya, Teuku Tunong, ditangkap oleh Belanda dengan tuduhan terlibat dalam pembunuhan pasukan Belanda.

Suaminya dieksekusi dengan cara ditembak mati di tepi pantai Lhokseumawe.

Dari pernikahannya dengan Teuku Cik Tunong, Cut Meutia memiliki seorang anak bernama Teuku Raja...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.