30 January 2024

Abdurrahman Baswedan, Pahlawan Nasional Keturunan Arab

Merupakan seorang pahlawan nasional, jurnalis, dan diplomat
Abdurrahman Baswedan, Pahlawan Nasional Keturunan Arab

Foto: Wikipedia.org

Abdurrahman Baswedan, atau dikenal sebagai A.R. Baswedan, merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, jurnalis, diplomat, dan tokoh nasional yang dihormati.

Lahir di Surabaya pada tanggal 9 September 1908, Baswedan dibesarkan dalam keluarga terpelajar dan religius yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidupnya.

Sejak muda, Baswedan menunjukkan minat pada dunia jurnalistik dan politik.

Ia aktif menulis di berbagai surat kabar dan majalah, menyuarakan kritik terhadap kolonialisme Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Ingin tahu perjuangan lengkapnya dalam memperjuangkan kemerdekaan RI? Simak sampai artikel ini selengkapnya!

Baca Juga: Biografi Abdul Kadir, Pahlawan Nasional dari Kalimantan

Kehidupan Awal

Abdurrahman Baswedan
Foto: Abdurrahman Baswedan (Wikipedia.org)

Abdurrahman Baswedan lahir di Surabaya pada tanggal 9 September 1908. Ia pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Liga Arab.

Ia tumbuh besar di Surabaya, yang pada waktu itu merupakan pusat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, bersama tokoh-tokoh nasional seperti Dr. Soetomo dan H.O.S Tjokroaminoto.

Abdurrahman Baswedan ikut berperan dalam perjuangan kemerdekaan dan tumbuh menjadi seorang nasionalis yang teguh, dengan selalu memegang prinsip kemerdekaan dan republik.

Ia adalah anak dari pasangan Awad Umar Baswedan dan Khadijah Badib.

Baswedan memiliki seorang istri bernama Sjaichun, serta tiga orang anak yang diberi nama Samhari Baswedan, Atika Baswedan, dan I Melati Baswedan.

Selain peran aktifnya dalam perjuangan kemerdekaan, ia juga dikenal sebagai seorang penulis, penyair, sastrawan, dan politisi yang berbakat.

A.R. Baswedan wafat pada tanggal 16 Maret 1986 di Jakarta dengan meninggalkan warisan perjuangan dan kontribusi yang berharga bagi Indonesia.

Baca Juga: Biografi Ernest Douwes Dekker, Pejuang Anti Kolonialisme

Peran Sebagai Jurnalis

A.R. Baswedan merupakan seorang jurnalis yang berani dan tidak mengutamakan motif finansial dalam bekerja.

Ia pernah meninggalkan posisinya di Harian Matahari, dengan bayaran sejumlah 120 gulden.

Hal ini untuk bergabung dengan Partai Arab Indonesia (PAI) yang ia dirikan bersama dengan para pemuda keturunan Arab lainnya.

Selain itu, ia juga pernah beralih dari surat kabar Sin Tit Po yang membayarnya 75 gulden ke Soeara Oemoem yang dimiliki oleh dr. Soetomo, yang hanya mampu membayarnya sekitar 10-15 gulden.

A.R. Baswedan juga diakui sebagai salah satu dari 111 pelopor pers nasional Indonesia.

Pada bulan Agustus 1934, Harian Matahari menerbitkan tulisan karya Baswedan mengenai komunitas orang Arab di Indonesia.

Dalam tulisannya tersebut, ia mengajak mereka untuk bersatu dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dalam artikel tersebut, terdapat sebuah foto Baswedan yang mengenakan surjan dan blangkon, menjadi simbol identitasnya sebagai warga Indonesia.

Dalam tulisan dan foto tersebut, ia menggalang semangat keturunan Arab untuk mengadopsi prinsip kewarganegaraan ius soli, yaitu bahwa tanah air kita adalah tempat di mana kita dilahirkan.

Tulisan dan foto ini menjadi sumber inspirasi bagi banyak keturunan Arab untuk berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Biografi Samanhudi, Saudagar Pendiri Sarikat Dagang Islam


Karier Politik Abdurrahman Baswedan

Karier Politik Abdurrahman Baswedan
Foto: Karier Politik Abdurrahman Baswedan (Historia.id)

Perjalanan politik Abdurrahman Baswedan dimulai ketika ia menjabat sebagai ketua Partai Arab Indonesia (PAI).

PAI bertujuan untuk menyatukan keturunan Arab sepenuhnya dengan masyarakat Indonesia dan aktif terlibat dalam perjuangan nasional.

Namun, cita-citanya ini sering kali mendapat kritik dan celaan dari berbagai pihak.

Abdurrahman Baswedan berhasil mengkonsolidasikan kekuatan internal PAI dan menjalin komunikasi dengan berbagai gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia lainnya.

Tokoh tersebut termasuk Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, dan Moehammad Husni Thamrin.

Pada tanggal 21 Mei 1939, PAI bergabung dalam Gerakan Politik Indonesia (GAPI) yang dipimpin oleh Moehammad Husni Thamrin.

GAPI merupakan wadah di mana berbagai partai politik sepakat untuk bersatu dalam negara yang akan datang, yaitu Indonesia.

Bergabung dalam GAPI memperkuat posisi PAI sebagai gerakan politik dan nasionalis.

Selain bergabung dalam GAPI, A.R. Baswedan juga membawa PAI ke dalam lingkaran gerakan politik kebangsaan yang lebih luas dengan bergabung dalam Majelis Islam ala Indonesia (MIAI) pada tahun 1937.

Selama pendudukan Jepang, A.R. Baswedan diangkat sebagai anggota Chuo Sangi In, sebuah Dewan Penasihat Pusat yang didirikan oleh Penguasa Jepang.

Organisasi ini dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno.

Seiring dengan mendekati kemerdekaan Indonesia, Abdurrahman Baswedan menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Di mana ia bersama-sama dengan para pendiri bangsa lainnya aktif dalam menyusun Undang-Undang Dasar 1945.

Setelah Indonesia merdeka, A.R. Baswedan menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

Perjuangan A.R. Baswedan terus berlanjut di republik yang baru terbentuk.

Bersama dengan tokoh-tokoh seperti Haji Agus Salim (Menteri Muda Luar Negeri), Rasyidi (Sekjen Kementerian Agama), Muhammad Natsir, dan St. Pamuncak, A.R. Baswedan (Menteri Muda Penerangan) menjadi bagian dari delegasi diplomatik pertama yang dibentuk oleh negara Indonesia merdeka.

Mereka berhasil melobi pemimpin negara-negara Arab dan meraih pengakuan pertama atas eksistensi Republik Indonesia secara de facto dan de jure oleh Mesir.

Upaya diplomasi yang panjang ini menjadi tonggak pertama dalam pengakuan internasional terhadap Indonesia, sebuah republik baru di Asia Tenggara.

Pada tahun 1950-an, A.R. Baswedan bergabung dalam Partai Masyumi dan memegang posisi kunci di dalamnya. Dia dikenal sebagai salah satu pendukung utama Moh. Natsir dalam Masyumi.

Baca Juga: Biografi I Gusti Ketut Jelantik, Pahlawan Nasional dari Bali

Akhir Hidup

A.R. Baswedan menyelesaikan naskah otobiografinya di Jakarta pada akhir bulan Februari 1986.

Sekitar dua minggu setelah itu, kesehatannya mengalami penurunan yang signifikan dan akhirnya beliau meninggal dunia.

Pemakaman A.R. Baswedan dilakukan di TPU Tanah Kusir, sekaligus menjadi tempat peristirahatan pejuang Indonesia lainnya di Taman Makam Pahlawan.

Pemakamannya dihadiri oleh ribuan orang, termasuk pejabat tinggi, masyarakat, dan rekan-rekannya.

Selama prosesi pemakaman, Menteri Penerangan H. Harmoko mengatakan bahwa A.R. Baswedan adalah sosok yang lebih Indonesia daripada kebanyakan orang Indonesia lainnya.

Kementerian Penerangan kemudian mengadakan upacara dan apel besar pada hari berikutnya untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa A.R. Baswedan.

Berita mengenai wafatnya A.R. Baswedan menjadi headline di media lokal dan nasional selama beberapa hari.

Hal ini dengan obituari dan laporan khusus yang mengenang perjalanan hidupnya.

Baca Juga: 15 Tempat Wisata di Palembang Terpopuler dan Ikonik

Demikian biografi Abdurrahman Baswedan dan perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Semoga informasi ini dapat memperkaya wawasan kebangsaan, ya!

  • https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Abdurrahman_Baswedan
  • https://civitasbook.com/singo.php?cb=non&_i=ensiklopedia&id1=aaaaaaaatamu&id2=&id=49093
  • https://an-nur.ac.id/abdurrahman-baswedan-pahlawan-nasional-indonesia/
  • https://ikpni.or.id/pahlawan/abdurrahman-baswedan/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.