Abdurrahman Baswedan, Pahlawan Nasional Keturunan Arab
Abdurrahman Baswedan, atau dikenal sebagai A.R. Baswedan, merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, jurnalis, diplomat, dan tokoh nasional yang dihormati.
Lahir di Surabaya pada tanggal 9 September 1908, Baswedan dibesarkan dalam keluarga terpelajar dan religius yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidupnya.
Sejak muda, Baswedan menunjukkan minat pada dunia jurnalistik dan politik.
Ia aktif menulis di berbagai surat kabar dan majalah, menyuarakan kritik terhadap kolonialisme Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ingin tahu perjuangan lengkapnya dalam memperjuangkan kemerdekaan RI? Simak sampai artikel ini selengkapnya!
Baca Juga: Biografi Abdul Kadir, Pahlawan Nasional dari Kalimantan
Kehidupan Awal
Abdurrahman Baswedan lahir di Surabaya pada tanggal 9 September 1908. Ia pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Liga Arab.
Ia tumbuh besar di Surabaya, yang pada waktu itu merupakan pusat perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, bersama tokoh-tokoh nasional seperti Dr. Soetomo dan H.O.S Tjokroaminoto.
Abdurrahman Baswedan ikut berperan dalam perjuangan kemerdekaan dan tumbuh menjadi seorang nasionalis yang teguh, dengan selalu memegang prinsip kemerdekaan dan republik.
Ia adalah anak dari pasangan Awad Umar Baswedan dan Khadijah Badib.
Baswedan memiliki seorang istri bernama Sjaichun, serta tiga orang anak yang diberi nama Samhari Baswedan, Atika Baswedan, dan I Melati Baswedan.
Selain peran aktifnya dalam perjuangan kemerdekaan, ia juga dikenal sebagai seorang penulis, penyair, sastrawan, dan politisi yang berbakat.
A.R. Baswedan wafat pada tanggal 16 Maret 1986 di Jakarta dengan meninggalkan warisan perjuangan dan kontribusi yang berharga bagi Indonesia.
Baca Juga: Biografi Ernest Douwes Dekker, Pejuang Anti Kolonialisme
Peran Sebagai Jurnalis
A.R. Baswedan merupakan seorang jurnalis yang berani dan tidak mengutamakan motif finansial dalam bekerja.
Ia pernah meninggalkan posisinya di Harian Matahari, dengan bayaran sejumlah 120 gulden.
Hal ini untuk bergabung dengan Partai Arab Indonesia (PAI) yang ia dirikan bersama dengan para pemuda keturunan Arab lainnya.
Selain itu, ia juga pernah beralih dari surat kabar Sin Tit Po yang membayarnya 75 gulden ke Soeara Oemoem yang dimiliki oleh dr. Soetomo, yang hanya mampu membayarnya sekitar 10-15 gulden.
A.R. Baswedan juga diakui sebagai salah satu dari 111 pelopor pers nasional Indonesia.
Pada bulan Agustus 1934, Harian Matahari menerbitkan tulisan karya Baswedan mengenai komunitas orang Arab di Indonesia.
Dalam tulisannya tersebut, ia mengajak mereka untuk bersatu dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dalam artikel tersebut, terdapat sebuah foto Baswedan yang mengenakan surjan dan blangkon, menjadi simbol identitasnya sebagai warga Indonesia.
Dalam tulisan dan foto tersebut, ia menggalang semangat keturunan Arab untuk mengadopsi prinsip kewarganegaraan ius soli, yaitu bahwa tanah air kita adalah tempat di mana kita dilahirkan.
Tulisan dan foto ini menjadi sumber inspirasi bagi banyak keturunan Arab untuk berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Biografi Samanhudi, Saudagar Pendiri Sarikat Dagang Islam
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.