07 Oktober 2022

Eksibisionisme, Penyimpangan Seksual dengan Menunjukkan Alat Kelamin pada Orang Asing

Ketahui ciri, penyebab, tingkatan, dampak pada korban, hingga pengobatan yang bisa diterapkan
Eksibisionisme, Penyimpangan Seksual dengan Menunjukkan Alat Kelamin pada Orang Asing

Moms, kelainan seksual memiliki berbagai macam atau jenisnya. Salah satu dari kelainan seksual yang banyak terjadi di berbagai negara adalah eksibisionisme.

Kondisi kelainan seksual biasanya adalah sebuah kondisi psikologis yang bisa menyebabkan seseorang mengalami penyimpangan orientasi maupun seksualitas.

Penderita eksibisionisme memiliki fantasi atau keinginan untuk memperlihatkan alat kelaminnya pada orang-orang yang tidak dikenal tanpa persetujuan dari orang tersebut.

Penderitanya serupa dengan orang yang ingin menampilkan pakaian atau penampilannya. 

Penderitanya akan merasa lebih baik jika korban memberikan suatu reaksi tertentu daripada tidak memberikan reaksi apapun.

Akan tetapi, tidak semua orang tahu sebenarnya apa arti dari eksibisionisme, sehingga penyimpangan seksual ini perlu dipahami untuk mencegah potensi kasus-kasus lainnya bermunculan.

Berikut ini adalah informasi lengkapnya, disimak yuk Moms!

Baca Juga: Bagaimana Cara Melindungi Anak dari Penyimpangan Seksual?

Ciri-Ciri Eksibisionisme

Pria Membuka Celana
Foto: Pria Membuka Celana (Freepik.com/rawpixel-com)

Melansir Psychology Today, diagnosis gangguan eksibisionisme dapat dibuat jika ciri-ciri berikut terpenuhi:

1. Menunjukkan Gangguan dalam Waktu 6 Bulan

Selama periode setidaknya 6 bulan, jika seseorang memiliki fantasi, perilaku, atau dorongan seksual yang berulang dan intens, bisa jadi ini ciri-ciri eksibisionisme.

Walaupun demikian, diagnosa perlu diperkuat dengan adanya tindakan mengekspos alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal.

2. Mudah Gelisah jika Tidak Melakukannya

Orang dengan eksibisionisme akan bertindak berdasarkan dorongan seksual ini dengan mencari "sasaran" orang asing yang tidak menyetujui tindakannya.

Bahkan, dorongan fantasi tersebut menyebabkan kesulitan interpersonal seseorang dengan eksibisionisme di tempat kerja atau dalam situasi sosial sehari-hari.

Gangguan eksibisionisme dikategorikan dalam subtipe berdasarkan apakah seseorang lebih suka mengekspos dirinya kepada praremaja, orang dewasa, atau keduanya.

Baca Juga: Mengenal Faktor-faktor Penyebab Kelainan Seksual

Penyebab dan Tingkatan Eksibisionisme

Melansir Sexual Deviance Journal, hubungan otak dengan perilaku eksibisionisme ini dapat disebabkan oleh cedera atau penyakit pada otak khususnya bagian lobus temporal atau amigdala.

Ada beberapa juga faktor pada masa kanak-kanak yang berisiko pada munculnya penyimpangan seksual eksibisionisme pada saat dewasa.

Selain itu, faktor-faktor lain yang mungkin terkait, yaitu gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol, dan kecenderungan pedofilia.

Penderita eksibisionisme rata-rata terbatas pada laki-laki heteroseksual.

Umumnya, penderita mengincar atau memamerkan alat kelaminnya pada wanita dewasa, remaja, bahkan terdapat pula anak kecil.

Melansir The Journal of Treatment & Prevention, eksibisionisme sendiri memiliki beberapa tingkatan, yaitu:

1. Eksibisionisme Ringan

Kondisi ini umum terjadi ketika seseorang berfantasi untuk membiarkan orang lain melihat tubuhnya.

Biasanya, orang dengan eksibisionisme ringan tidak memiliki keberanian untuk melakukan lebih jauh daripada fantasi.

2. Eksibisionisme Sedang

Mereka yang mengalami kelainan seksual pada tahap ini biasanya sudah pernah memperlihatkan bagian tubuh hingga organ seksual pada orang lain.

Bahkan, kemungkinan besar kesulitan mengendalikan keinginan tersebut.

3. Eksibisionisme Parah

Terjadi pada mereka yang tingkat kelainan seksualnya sudah mencapai puncaknya.

Orang-orang dengan kondisi ini tidak hanya kesulitan untuk mengendalikan diri tapi juga memperoleh kepuasan ketika berhasil melakukan aktivitas eksibisionisnya.

Meskipun jarang, mereka yang mengalami kelainan ini biasanya sulit untuk disembuhkan dan memerlukan waktu dan usaha serta dukungan yang besar untuk melawannya

Baca Juga: Mengenal 8 Jenis Penyimpangan Seksual

Eksibisionisme termasuk dalam paraphilias, yaitu penyimpangan seksual.

Ini idefinisikan sebagai fantasi yang tidak biasa, dorongan, atau perilaku yang berulang dan membangkitkan gairah seksual.

Yang termasuk paraphilias selain eksibisionisme, antara lain:

  • Transvetisme: kondisi gairah seksual yang meningkat bila menggunakan pakaian lawan jenis
  • Pedofil: fantasi seksual dengan anak dibawah umur baik lawan jenis maupun sesama jenis
  • Voyeurisme: gairah seksual meninggi bila melihat orang lain melakukan aktivitas seksual
  • Sadomasokisme: mencapai kegembiraan seksual baik sebagai penerima atau penyedia rasa sakit, penghinaan, atau perbudakan

Baca Juga: Mengenal Gangguan Seksomnia, Tindakan Hubungan Seks Saat Tidur

Dampak pada Korban

Ilustrasi Orang Trauma
Foto: Ilustrasi Orang Trauma (Freepik.com/8photo)

Eksibisionisme ini dapat menimbulkan dan memberikan efek trauma yang cukup signifikan bagi korban.

Berdasarkan laporan korban, efek negatif yang muncul berupa merasa menjadi korban kekerasan, perubahan prilaku bahkan stres psikologis jangka panjang.

Selain itu, korban juga dapat mengalami dampak psikis yang berupa depresi, kecemasan (anxiety), trauma, dan histeria.

Terlebih lagi apabila para korban memilih untuk bungkam karena merasa takut dengan adanya stigma masyarakat sekitar yang bisa memandang ia dengan rendah dan kotor.

Masyarakat juga dominan memiliki pemahaman yang cukup kurang mengenai eksibisionisme.

Sehingga ketika ini terjadi, reaksi yang mereka ekspresikan justru merupakan reaksi yang memang diharapkan oleh pelaku.

Perlu diingat bahwa kunci kepuasan pelaku eksibisionisme ini ada pada reaksi atau respon dari korban yang berupa kaget, teriak, jijik bahkan menangis.

Baca Juga: Mengenal Masokis, Kelainan Seksual yang Ditandai dengan Kesenangan Terhadap Rasa Sakit

Pengobatan Eksibisionisme

Terapi Psikologis
Foto: Terapi Psikologis (Freepik.com/prostooleh)

Jarang terjadi kondisi dimana seseorang eksibisionisme mencari pertolongan profesional akan kondisinya.

Umumnya, mereka baru menjalani perawatan ketika sudah ditangkap oleh pihak berwenang.

Nah, bila keluarga atau rekan Moms adalah seorang eksibisionisme, segeralah beri pertolongan seperti:

1. Psikoterapi

Melansir MSD Manual, terapi perilaku kognitif efektif dalam mengobati gangguan eksibisionisme.

Terapi tersebut dapat membantu individu mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan dorongan eksibisionisme.

Kemudian, mengelola dorongan tersebut dengan cara yang lebih sehat sehingga tidak lagi menunjukkan alat kelaminnya pada orang lain. 

Pendekatan psikoterapi lain yang mungkin dilakukan, yaitu:

  • Pelatihan relaksasi
  • Pelatihan empati
  • Strategi coping (mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah)
  • Restrukturisasi kognitif (mengidentifikasi dan mengubah pikiran yang mengarah pada eksibisionis)

2. Support Group

Di samping psikoterapi, pelaku eksibisionisme juga akan mendapat support group atau konseling kelompok.

Konseling ini melibatkan orang-orang yang memiliki masalah yang sama, namun bisa juga melibatkan pekerja kesehatan mental. 

Kelompok ini bertujuan untuk saling mendukung agar segera lepas dari perilaku menyimpang tersebut.

Konseling kelompok bisa sangat membantu para pelaku untuk segera pulih.

Karena dapat mendorongnya untuk berhenti melakukan kebiasaan buruknya, agar dapat diterima oleh masyarakat jika hidupnya telah normal kembali.

3. Obat-obatan

Selain psikoterapi dan support group, obat-obatan juga dapat digunakan untuk membantu mengobati eksibisionisme.

Obat-obatan tersebut bisa menghambat hormon seksual yang mengakibatkan penurunan hasrat seksual.

Obat-obatan ini dapat berupa leuprolide dan medroxyprogesterone asetat.

Pelaku eksibisionis harus mendapat persetujuan dari dokter untuk penggunaan obat-obatan tersebut. Secara berkala, dokter akan melakukan tes darah untuk memantau efek obat pada fungsi hati.

Selain itu, dokter juga akan melakukan tes lain untuk mengukur kadar testosteron.

Beberapa obat yang biasa digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan suasana hati lainnya, seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), juga dapat mengurangi hasrat seksual.

Sehingga bisa digunakan oleh dokter untuk mengobati penyimpangan seksual ini.

Baca Juga: Ini 6 Kelainan Perilaku Seksual yang Mungkin Belum Kita Tahu

Nah, itu dia Moms penjelasan lengkap mengenai kondisi eksibisionisme. Semoga bermanfaat, ya!

  • https://www.britannica.com/topic/exhibitionism
  • https://www.msdmanuals.com/home/mental-health-disorders/paraphilias-and-paraphilic-disorders/exhibitionism#:~:text=Exhibitionism%20involves%20exposing%20the%20genitals,of%20those%20urges%20and%20fantasies.
  • https://www.psychologytoday.com/us/conditions/exhibitionism
  • https://www.medicinenet.com/exhibitionism/definition.htm
  • https://www.researchgate.net/publication/288441012_Exhibitionism_Assessment_and_treatment
  • https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10720169608400098

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb