04 April 2024

Ciri-Ciri Hadis Hasan, Hadis Satu Tingkat di Bawah Hadis Sahih

Disetujui keakuratannya oleh sebagian besar pakar hadis.
Ciri-Ciri Hadis Hasan, Hadis Satu Tingkat di Bawah Hadis Sahih

Hadis merupakan sumber hukum kedua bagi umat muslim setelah kitab suci Alquran. Ada beberapa jenis hadis, salah satunya hadis hasan.

Bila ditelisik lebih jauh, hadis adalah segala perkataan, perbuatan, kejadian, peristiwa, masalah, dan ketetapan yang berasal dari Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

Hadis Hasan, setelah Hadis Sahih, adalah kategori kedua dalam klasifikasi hadis yang merujuk pada tingkat kesahihan sebuah riwayat Nabi Muhammad SAW.

Meskipun status keandalan Hadis Hasan tidak sekuat Hadis Sahih, namun keberadaannya tetap menjadi sumber penting dalam memahami ajaran Islam dan praktek keagamaan umat Muslim.

Nah, ada hadis hasan yang juga dijadikan pegangan bagi umat muslim. Namun, apa perbedaan hadis shahih dan hasan? Simak ulasan berikut ini, yuk!

Baca Juga: 11+ Hadis dan Ayat Alquran tentang Pernikahan, Masya Allah!

Apa itu Hadis Hasan?

Hadis Hasan
Foto: Hadis Hasan (Freepik.com)

Menurut ahli hadis Imam Tirmidzi, hadis hasan adalah tingkatan hadis yang ada di bawah hadis sahih.

Hadis hasan juga merupakan hadis yang tidak bertentangan dengan hadis lain dan Alquran serta informasinya pun tidak kabur.

Hadis ini tidak berisi informasi bohong dan memiliki lebih dari satu sanad.

Perlu diketahui, sanad adalah sandaran atau tempat bersandar.

Secara istilah, sanad merupakan jalan yang menyampaikan kepada jalan hadis.

Penerapan sanad digunakan untuk mengutip hadis-hadis Nabawi yang disandarkan (idlafah) kepada Rasulullah.

Selain itu, hadis hasan juga merupakan hadis yang diriwayatkan oleh perawi terkenal dan disetujui keakuratannya oleh sebagian besar pakar hadis.

Baca Juga: 19 Jenis Hadis Sahih Lengkap dengan Tulisan Arab dan Artinya

Syarat Hadis Hasan

Syarat Hadis Hasan
Foto: Syarat Hadis Hasan (Pixabay.com)

Hadis hasan memiliki syarat-syarat yang hampir sama dengan syarat hadis sahih.

Ada lima syarat hadis hasan, yaitu:

  1. Periwayatnya (sanad) bersambung
  2. Diriwayatkan oleh perawi atau periwayat yang adil
  3. Diriwayatkan oleh perawi yang hafal (dhabit), tetapi tingkat hafalannya masih di bawah hadis sahih
  4. Tidak bertentangan dengan hadis dengan rawi yang tingkat dipercayanya lebih tinggi atau Alquran
  5. Tidak terdapat cacat

Perlu diketahui, dhabit adalah orang yang kuat hafalannya dan mampu menyampaikan hafalannya kapan pun di mana pun.

Sebagian ulama menilai bahwa hadis hasan dapat dijadikan sebagai hujjah atau sumber hukum.

Pasalnya, jenis hadis ini hanya memiliki satu perbedaan dengan hadis sahih, yaitu kurang dhabit-nya salah satu perawi.

Kendati demikian, hadis hasan bisa menjadi hadis sahih lighairihi karena didukung oleh hadis lain yang punya makna sama.

Namun, jika hadisnya sendiri memang sudah sahih, hadis hasan disebut dengan hadis sahih lidzatihi.

Selain hadis sahih dan hasan, ada pula hadis daif atau dhaif yang kualitasnya paling rendah dan tidak banyak digunakan sebagai hujjah oleh ulama.

Hadis daif ditandai dengan putusnya sanad, ketidakadilan rawi, dan kesalahan periwayatan.

Ada sebagian ulama yang menggunakan hadis dhaif, namun itu sekadar memperbolehkannya sebagai fadhail al-amal.

Namun, ulama umumnya tidak membolehkan hadis dhaif untuk dijadikan sebagai sumber hukum atau hujjah.

Baca Juga: 6 Hadis tentang Kehidupan, Ingatkan Akhirat yang Abadi

Contoh Hadis Hasan

Salah satu contoh hadis hasan dapat ditemukan dalam kibat Sunan Tirmidzi:

إن أبواب الحنة تحت ظلال السيوف

Artinya: "Sesungguhnya pintu surga berada di bawah bayangan pedang." (HR. Tirmizi)

Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis di atas adalah hadis hasan gharib.

Gharib artinya diriwayatkan oleh satu jalur perawi.

Di samping itu, hadis ini dinilai hasan karena empat perawinya terpercaya atau tsiqah.

Namun, terkecuali satu perawi bernama Ja’far bin Sulaiman al-Dha’i yang kekuatan hafalannya tidak terlalu kuat.


Oleh sebab itu, hadis ini turun derajatnya dari sahih menjadi hasan.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tingkat ke-dhabit-an hadis hasan berada di bawah hadis sahih.

Sebagai contoh, hadis hasan diriwayatkan oleh Muhammad bin Amr bin al-Qamah, dari Salamah, dari Abu Hurairah.

Hadis tersebut masuk ke dalam kategori hasan karena Muhammad bin Amr bin al-Qamah memiliki tingkat hafalannya yang tidak luar biasa.

Hadis hasan selanjutnya adalah hadis yang membicarakan tentang seseorang yang laknat.

Dalam hadis ini, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mengingatkan umat Muslim agar tidak menjadi orang yang suka melaknat.

Pesan ini menegaskan pentingnya menjaga lisan dan perkataan, serta menunjukkan bahwa perilaku tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Berikut bunyi hadisnya:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَكُونُ الْمُؤْمِنُ لَعَّانًا قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَى بَعْضُهُمْ بِهَذَا الْإِسْنَادِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَنْبَغِي لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَكُونَ لَعَّانًا وَهَذَا الْحَدِيثُ مُفَسِّرٌ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada kami Abu Amir dari Katsir bin Zaid dari Salim dari Ibnu Umar ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh seorang mukmin menjadi orang yang suka melaknat." (Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 1942)

Baca Juga: 10+ Hadis tentang Salat dan Keutamaanya dalam Islam

Cara Mengetahui Hadis Shahih, Hasan, dan Daif

Cara Mengetahui Hadis
Foto: Cara Mengetahui Hadis (Pixabay.com)

Moms juga perlu menelaah dengan baik hadis yang sekiranya dilihat di media sosial atau media lainnya, ya.

Bila menjumpai hadis dalam internet atau media sosial, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah melihat perawi atau siapa yang meriwayatkan hadis tersebut.

Apabila diriwayatkan oleh Imam Bukhari atau Imam Muslim atau keduanya, maka hadis tersebut bisa dijamin sahih dan bisa diamalkan.

Bagaimana bila nama Imam Bukhari dan Muslim hanya dicatut ke dalam sebuah kalimat hadis?

Moms bisa menanyakan status dan kesahihan hadis tersebut kepada ulama atau orang yang sekiranya punya ilmu agama yang mumpuni.

Selain itu, untuk mengecek dan menjelaskan kesahihan sebuah hadis, bisa dilihat dari penilaian ulama terhadap hadis tersebut.

Oleh sebab itu, umat Islam sebaiknya tidak langsung mempercayai serta mengamalkan sebuah hadis jika belum paham dan mengetahui status hadis tersebut.

Jika hadis tersebut diberitakan oleh kerabat, maka sebaiknya menanyakan kejelasan dan asal mereka mendengar hadis tersebut.

Jika hadis tersebut didapatkan dari orang yang ahli dan mengetahui tentang hadis, maka Moms boleh-boleh saja mempercayai dan mengamalkannya.

Hati-hati, bila salah mengamalkan sebuah hadis yang belum jelas ke dalam kehidupan, maka jelas itu tidak diperbolehkan.

Baca Juga: Kumpulan Hadist Suami Menyakiti Istri, Pengingat untuk Dads!

Nah, sekarang Moms tentu sudah lebih paham tentang hadis hasan dan contohnya. Semoga bermanfaat, ya Moms!

  • https://www.arobiyahinstitute.com/2021/11/pengertian-hadits-hasan-dan-contohnya.html
  • https://risalahmuslim.id/kamus/hadits-hasan/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb