03 Juni 2022

Mengenal Fungsi Hormon Somatotropin untuk Pertumbuhan Anak

Ketahui juga gangguan akibat kelebihan atau kekurangan hormon ini
Mengenal Fungsi Hormon Somatotropin untuk Pertumbuhan Anak

Tahukah Moms bahwa ada hormon penting yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan anak? Ya, itulah hormon somatotropin, atau disebut juga human growth hormone (HGH).

Hormon somatotropin adalah hormon peptida alami yang diproduksi oleh kelenjar pituitari.

Baca juga: Minyak Ikan untuk Anak, Manfaat, Dosis, Hingga Sumber Terbaiknya

Peran Hormon Somatotropin dalam Tubuh

hormon somatotropin
Foto: hormon somatotropin (hormone.org)

Foto: hormone.org

Awalnya, para ahli menamai hormon ini sebagai hormon pertumbuhan manusia, karena bertanggung jawab untuk regulasi pertumbuhan selama masa kanak-kanak.

Namun, ternyata hormon ini juga berperan penting dalam banyak fungsi tubuh.

Hal ini termasuk mengatur metabolisme gula dan lemak, pertumbuhan tulang, dan regenerasi sel.

Hormon somatotropin terdiri dari rantai tunggal 191 asam amino, yang diproduksi di otak, lalu dikeluarkan ke aliran darah.

Produksinya dikendalikan oleh seperangkat hormon yang kompleks.

Seperangkat hormon tersebut adalah hormon pelepas hormon pertumbuhan (growth hormone-releasing hormone/GHRH) yang diproduksi di hipotalamus, hormon somatostatin yang diproduksi di berbagai jaringan di seluruh tubuh, dan hormon ghrelin, yang diproduksi di saluran pencernaan.

Secara umum, kadar hormon somatotropin meningkat pada masa kanak-kanak, melonjak ke tingkat tertinggi selama masa pubertas, dan menurun seiring bertambahnya usia.

Hal ini diungkapkan dalam studi pada 2011, yang dipublikasikan di Indian Journal of Endocrinology and Metabolism.

Fungsi Hormon Somatotropin

Hormon somatotropin secara umum punya 2 fungsi, yaitu menunjang proses pertumbuhan dan metabolisme.

Hormon ini berperan dalam merangsang pertumbuhan tulang dan tulang rawan, terutama selama periode pertumbuhan yang cepat selama masa kanak-kanak.

Sel pembentuk tulang rawan dan tulang yang disebut kondrosit dan osteoblas, menerima sinyal untuk meningkatkan replikasi.

Hal ini memungkinkan pertumbuhan ukuran melalui aktivasi hormon somatotropin dari mitogen-activated protein (MAP) kinase yang disebut ERK (extracellular signal-regulated kinases).

Secara bersamaan, hormon somatotropin juga meningkatkan regulasi faktor pertumbuhan seperti insulin, yang menyebabkan sel meningkatkan penyerapan asam amino, sintesis protein, dan menurunkan katabolisme protein.

Ini disebut juga dengan istilah keadaan anabolik.

Hormon somatotropin juga berfungsi untuk mengurangi kemampuan insulin dalam mengambil glukosa di otot dan jaringan perifer.

Hal ini membuat lebih banyak glukosa yang tetap berada dalam darah dan peningkatan laju glukoneogenesis oleh hati.

Baca juga: Ragam Vitamin Tulang untuk Anak agar Tumbuh Sehat dan Kuat, Catat Moms!

Gangguan Akibat Kelebihan atau Kekurangan Hormon Somatotropin

Gangguan hormon somatotropin biasanya terjadi akibat terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon yang dihasilkan.

Berikut ini beberapa gangguan terkait hormon somatotropin yang perlu untuk diketahui:

1. Akromegali

akromegali.jpg
Foto: akromegali.jpg

Foto: Orami Photo Stock

Akromegali paling sering disebabkan oleh tumor di bagian otak yang memproduksi hormon somatotropin (kelenjar pituitari).

Hal ini membuat hormon somatotropin diproduksi berlebihan.

Akibatnya, terjadi pertumbuhan berlebihan di berbagai organ tubuh, serta jaringan otot dan tulang, terutama pada kaki, tangan, dan wajah.

Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh tumor pada organ tubuh lain, seperti paru-paru dan pankreas. Namun, hal ini jarang terjadi.

Meski dapat terjadi pada segala usia, akromegali paling sering dialami orang berusia 30 - 50 tahun.

Jika terjadi pada anak-anak, kondisi kelebihan hormon somatotropin biasanya disebut gigantisme.

Baca Juga: Tinggi Badan Anak Dipengaruhi secara Genetik, Benar atau Salah?

2. Gigantisme

Gigantisme
Foto: Gigantisme

Foto: Orami Photo Stock

Gigantisme merupakan gangguan pertumbuhan yang membuat anak tumbuh sangat besar dan tinggi, melebihi normal.

Menurut studi pada 2016 yang dipublikasikan di jurnal Growth Hormone & IGF Research, kondisi ini terjadi akibat berlebihannya produksi hormon somatotropin.

Pencetusnya adalah tumor jinak pada kelenjar pituitari di otak.

Gangguan langka ini dapat membuat anak tumbuh bagai raksasa, karena lebih tinggi dan besar dibanding anak seusianya.

Bedanya dengan akromegali, gangguan ini biasanya terjadi pada usia anak-anak, atau sebelum akhir pubertas.

Selain karena tumor, gigantisme juga bisa terjadi akibat kelainan genetik, seperti:

  • Carney complex: Kelainan yang menyebabkan tumbuhnya tumor jinak pada kelenjar endokrin, jantung, dan kulit.
  • Multiple endocrine neoplasia type 1 (MEN 1): Kelainan yang menyebabkan tumbuhnya tumor di beberapa kelenjar, termasuk kelenjar endokrin, hipofisis, paratiroid, atau pankreas.
  • McCune-Albright syndrome: Kelainan yang memengaruhi pigmen atau warna kulit anak, dan tulang.
  • Neurofibromatosis: Kelainan yang menyebabkan tumbuhnya tumor di sistem saraf.

Baca juga: Mengenal Sindrom Savant, Kecerdasan Menonjol yang Dimiliki Anak Autisme

3. Defisiensi HGH

Defisiensi HGH.jpg
Foto: Defisiensi HGH.jpg (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Jika tadi adalah gangguan karena kelebihan hormon somatotropin, ini adalah kebalikannya.

Defisiensi HGH (human growth hormone) terjadi ketika produksi hormon somatotropin pada anak lebih sedikit dari yang seharusnya.

Kekurangan hormon somatotropin ini dapat membuat anak sulit untuk bisa tumbuh dengan kecepatan normal, seperti anak seusianya.

Gangguan ini secara umum terbagi menjadi 2, yaitu:

  • Defisiensi HGH Kongenital

Ini adalah jenis kelainan yang terjadi sejak anak dilahirkan.

Biasanya, anak dengan kondisi ini juga memiliki masalah dengan hormon lain.

Meski terlahir dengan kekurangan hormon pertumbuhan, beberapa bayi dapat tumbuh normal hingga berusia sekitar 6 hingga 12 bulan.

  • Defisiensi HGH yang Didapat

Berbeda dengan jenis kongenital, gangguan jenis ini tidak terjadi sejak lahir.

Anak dengan defisiensi HGH yang didapat biasanya mengalami perhentian pertumbuhan di usia tertentu.

Misalnya di usia 5, 7, atau 9 tahun, kondisi ini bisa terjadi kapan saja di masa kanak-kanak.

Lantas, apa yang jadi penyebab defisiensi HGH?

Jika akromegali dan gigantisme disebabkan oleh tumor, defisiensi HGH kerap tidak diketahui pasti penyebabnya.

Namun, pada kebanyakan kasus, mengutip laman Kids Health, kondisi ini sering kali terkait dengan masalah pada kelenjar pituitari, atau pada area otak di sekitar kelenjar tersebut.

Hal ini berarti defisiensi HGH juga bisa disebabkan oleh tumor otak.

Meski begitu, ada juga kemungkinan penyebab lainnya, seperti cedera kepala, dan pengobatan radiasi ke otak.

Baca juga: Catat Moms, Ini 3 Cara Menjaga Kesehatan Tulang Anak

Sekian pembahasan mengenai hormon somatotropin, yang ternyata sangat penting bagi pertumbuhan anak. Berbagai masalah pada hormon ini sering kali tidak bisa dicegah.

Namun, Moms bisa meminimalisirnya dengan menjaga kesehatan sejak Si Kecil dalam kandungan, hingga ia tumbuh dan berkembang.

Bila melihat ada ketidaknormalan pada pertumbuhan anak, segeralah bicarakan pada dokter, ya!

  • https://www.ijem.in/article.asp?issn=2230-8210;year=2011;volume=15;issue=7;spage=197;epage=202;aulast=Gupta
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5154831/
  • https://www.verywellhealth.com/what-is-hgh-5078922
  • https://www.britannica.com/science/growth-hormone
  • https://kidshealth.org/en/parents/gh-deficiency.html

FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.