
Apakah Si Kecil tampak lebih aktif dibanding teman sebayanya? Apakah dia kesulitan tidur? Jika jawabannya ya, bisa jadi Si Kecil menunjukkan tanda-tanda ADHD pada anak.
Sayangnya tidak mudah memastikan bahwa Si Kecil memang menderita ADHD. Karena secara umum bayi cenderung sulit untuk fokus pada sesuatu.
Ini karena ADHD lebih dari sekadar perilaku khas bayi.
Menurut National Institutes of Health (NIH), kondisi ADHD tersebut dapat melampaui usia bayi, usia remaja, dan bahkan orang dewasa.
Inilah sebabnya cukup penting untuk mengenali tanda-tanda ADHD pada anak usia dini.
Bagi Moms yang tengah mencari informasi tentang ADHD pada anak, simak lengkapnya di bawah ini, ya.
Baca Juga: Wah, Bayi yang Rewel Ternyata Berisiko Menderita ADHD
Menurut Mayo Clinic, anak-anak usia balita dari 2 hingga 3 tahun dapat menunjukkan gejala ADHD pada anak.
Berdasarkan NIH, ada tiga tanda utama dari kondisi pada anak di atas usia 3 di antaranya:
Perilaku-perilaku di atas sebenarnya juga terjadi pada anak-anak tanpa ADHD.
Si Kecil tidak akan didiagnosis dengan ADHD kecuali gejala-gejala tersebut berlanjut selama lebih dari enam bulan dan memengaruhi kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang sesuai dengan usia.
Perhatian yang besar perlu diambil dalam mendiagnosis anak di bawah 5 tahun dengan ADHD, terutama jika penggunaan obat sedang dipertimbangkan.
Diagnosis pada usia muda ini paling baik dibuat oleh psikiater anak atau dokter anak yang memiliki spesialisasi dalam perilaku dan tumbuh kembang
Untuk lebih memahami gejala ADHD pada bayi, yuk Moms simak ulasannya di bawah ini!
Foto: Anak Tidak Bisa Diam (strong4life.com)
Gejala ADHD pada anak yang pertama adalah kesulitan memperhatikan. Pada anak usia sekolah ini ada beberapa perilaku yang terkait dengan masalah perhatian, di antaranya:
Namun, bagaimanapun juga perilaku-perilaku ini bisa saja normal pada bayi. Moms perlu berkonsultasi lebih dalam tentang masalah ini dnegan dokter.
Baca Juga: Rewel Gejala ADHD pada Bayi? Ini Kata Ahli!
Foto: Anak ADHD (Orami Photo Stock)
Gejala ADHD pada anak yang berikutnya adalah anak cenderung rewel, menangis berlebihan, gelisah dan menggeliat.
Ketika Si Kecil menangis berlebihan dan kesulitan tidur serta makan, berisiko lebih tinggi untuk masalah attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Paling umum, masalah-masalah ini terkait dengan ADHD dan masalah perilaku eksternal seperti perilaku agresif atau destruktif dan atau marah-marah.
Seperti yang dilaporkan oleh Mayo Clinic, komunitas medis sekarang lebih suka menyebut kondisi ADHD karena gangguan tersebut sering termasuk komponen hiperaktif dan impulsif.
Tanda-tanda hiperaktif yang mungkin mengindikasikan Si Kecil menderita ADHD antara lain:
Foto: Bayi Menangis (babygaga.com)
Gejala lain ADHD pada anak adalah impulsif. Tanda-tanda bahwa Si Kecil memiliki perilaku yang terlalu impulsif termasuk di antaranya:
Banyak juga masalah terjadi di masa kanak-kanak yang menyebabkan kesulitan mempertahankan perhatian, tapi itu tidak sama dengan ADHD.
Jadi, ketika menunjukkan beberapa gejala atau tanda yang sudah disebutkan di atas, Moms perlu melakukan konsultasi ke dokter anak untuk menemukan jawaban dan solusinya.
Baca Juga: 4 Mitos dan Fakta Seputar ADHD, Wajib Tahu!
Foto: Anak Lahir Prematur (Orami Photo Stock)
Sayangnya hingga saat ini belum ada informasi jelas mengenai penyebab ADHD pada anak.
Beberapa penelitian terus berlanjut untuk menemukan penyebab pasti dari ADHD pada anak.
Namun, faktor-faktor yang mungkin terlibat dalam perkembangan ADHD ini termasuk genetika, lingkungan, atau masalah dengan sistem saraf pusat pada saat-saat penting dalam perkembangan.
Beberapa faktor risiko untuk ADHD mungkin termasuk:
Mungkin Moms pernah mendengar mitos terlalu banyak gula saat mengandung dapat meningkatkan risiko Si Kecil menderita ADHD saat lahir.
Namun, ternyata hingga saat ini tidak ada bukti yang dapat dipercaya tentang hal ini.
Baca Juga: 3 Cara Untuk Menurunkan Hiperaktivitas Pada Anak ADHD
Foto: Ilustrasi Anak Hiperaktif (patientpop.com)
ADHD dapat mempersulit hidup anak-anak, mereka mungkin akan dihadapi dengan beberapa masalah yang menganggu kegiatan hari-hari Si Kecil.
Beberapa kondisi yang mungkin menganggu anak-anak dengan ADHD, di antara lainnya:
ADHD tidak menyebabkan masalah psikologis atau perkembangan lainnya. Namun, anak-anak dengan ADHD lebih mungkin memiliki kondisi seperti:
Baca Juga: 5 Tahap yang Akan Dilakukan Terapi Anak ADHD
Foto: Perawatan ADHD (Orami Photo Stock)
Perawatan khusus untuk gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas akan ditentukan oleh rekomendasi dokter anak berdasarkan:
Usia anak, kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat medis
Komponen utama pengobatan untuk anak-anak dengan ADHD adalah dukungan orang tua dan pelatihan perilaku. Beberapa perawatan mungkin termasuk:
Obat-obatan ini digunakan karena kemampuannya menyeimbangkan bahan kimia di otak yang berfungsi untuk mempertahankan perhatian dan mengendalikan impulsif.
Obat psikostimulan membantu "merangsang" atau membantu otak untuk fokus dan dapat digunakan mengurangi gejala utama ADHD.
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati ADHD meliputi:
Psikostimulan telah digunakan untuk mengobati gangguan perilaku masa kanak-kanak sejak tahun 1930-an dan telah dipelajari secara luas.
Seperti obat-obat keras pada umumnya, obat psikostimulan memiliki efek samping yang umum mungkin termasuk:
Meski menimbulkan efek samping, beberapa efek samping ini bersifat ringan, berkurang dengan penggunaan teratur, tetapi ini bergantung akan dosis pemberian obat.
Selain obat psikostimulan, obat antidepresan juga dapat diberikan untuk anak-anak dengan ADHD untuk membantu meningkatkan perhatian sekaligus mengurangi agresi, kecemasan, dan depresi.
Mengasuh anak dengan ADHD mungkin sulit dan dapat menimbulkan tantangan yang menimbulkan masalah psikologi bagi orang tua, seperti stres.
Salah satu perawatan yang bisa dilakukan untuk ADHD pada anak selain pengobatan medis, bisa juga melakukan perawatan psikososial atau kelas keterampilan manajemen perilaku.
Baca Juga: 3 Cara Mengatasi Anak ADHD, Moms Perlu Tahu!
Foto: Anak dengan Kondisi ADHD (Orami Photo Stock)
Untuk membantu mengurangi risiko anak terkena ADHD, Moms bisa melakukan beberapa langkah preventif, seperti:
Sekali lagi, perilaku ini bisa normal pada balita.
Gejala-gejala ini hanya akan mengkhawatirkan jika kondisi sudah cukup ekstrem jika dibandingkan dengan anak-anak dengan usia yang sama.
Nah, meski gejala-gejala ADHD sulit dibedakan dengan perilaku normal pada bayi, tidak ada salahnya bagi Moms untuk mengamati lebih detil.
Jika Moms merasa perilaku Si Kecil sudah cukup ekstrem, segera temui psikiater atau dokter anak ya.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.