30 Juni 2023

Pareidolia, Fenomena Melihat Wajah Manusia pada Benda Mati

Apakah termasuk kondisi yang wajar?
Pareidolia, Fenomena Melihat Wajah Manusia pada Benda Mati

Pernahkah Moms mendengar soal pareidolia?

Bagaima dengan fenomena unik saat melihat pemandangan atau objek benda mati, langsung membayangkan wajah manusia, karakter kartun, atau karakter makhluk hidup lainnya?

Jika iya, momen tersebut ternyata bagian dari fenomena psikologis yang disebut pareidolia.

Fenomena tersebut biasanya muncul di benda-benda sekitar, seperti foam kopi, kayu yang baru ditebang, hingga kejadian alam seperti awan menggumpal di atas gunung yang akan meletus.

Beberapa kebetulan munculnya wajah dalam benda-benda sehari-hari bisa menjadi sebuah seni yang alami yang dibuat tanpa disengaja oleh orang. Semua benar benar terbentuk secara natural.

Terkadang malah dikaitkan dengan hal-hal mistis dan kejadian-kejadian yang akan datang.

Lantas, apakah normal bagi seseorang mengalami pareidolia? Berikut ini informasi lengkapnya. Yuk Moms, disimak!

Baca Juga: 10 Dampak Psikologis Anak Broken Home, Tak Hanya Kesepian!

Apa Penyebab Pareidolia?

Pareidolia (Orami Photo Stock)
Foto: Pareidolia (Orami Photo Stock)

Dilansir dari The Atlantic, pareidolia adalah fenomena psikologi yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.

Bahkan setiap orang bisa melihat bentuk tertentu pada gambar biasa namun persepsi orang lain berbeda.

Sebenarnya, banyak ilmuwan yang meneliti fenomena ini, tetapi belum memahami pasti bagaimana otak bekerja dalam memproses sinyal visual itu hingga menafsirkannya.

Salah satu penelitian terbaru mengungkapkan mengenai pareidolia secara psikologi dan ilmu sains.

Para peneliti ini dari University of Sydney dan National Institute of Mental Health, dan mempublikasikannya di Proceedings of the Royal Society B.

Hasilnya, ternyata ada kesamaan dalam cara kita memandang dan menafsirkan bentuk wajah pada benda dengan wajah asli manusia.

"Kami tahu objek-objek ini bukanlah wajah yang sebenarnya, namun persepsi wajah tetap ada," kata David Alais, penulis pertama penelitian yang merupakan profesor psikologi University of Sydney.

Mereka menemukan bahwa sirkuit saraf terlibat untuk mencari tahu seperti apa rupa pemandangan itu.

Walaupun sebenarnya, secara sadar kita tahu kalau benda sebenarnya bukanlah wajah asli.

Adapun kondisi yang bisa menjadi faktor terjadinya pareidolia dan diyakini peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagian dari seni

Menurut Leonardo da Vinci, pareidolia adalah bagian dari kesenian. Ketika orang melihat tembok yang dicat acak, maka setiap orang yang melihatnya bisa menemukan persepsi berbeda-beda.

Terkadang, seniman yang membuat karya tertentu memang sengaja menyimpan gambar wajah atau pesan tersembunyi dalam pola acak.

2. Berkaitan dengan neurotisme

Dalam studi di Jepang yang dirilis dalam pertemuan Association for the Scientific Study of Consciousness, pareidolia adalah fenomena yang berhubungan dengan sifat dan kondisi emosi seseorang.

Artinya, ketika seseorang bisa melihat wajah dari objek acak di sekitar, ada hubungannya dengan mood positif serta neurotisme.

Neurotisme adalah dimensi dari kepribadian seseorang untuk merasa negatif atau cemas yang berhubungan dengan tekanan.

Itulah sebabnya ada penelitian yang menyebut pareidolia bisa meningkatkan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara kreatif.

Baca Juga: Penyebab dan Jenis Halusinasi yang Bisa Menandakan Penyakit Mental

3. Delusi psikologi

Para pakar menganggap pareidolia adalah determinasi psikologis atas berbagai delusi lewat indera manusia.

Menurut pakar yang meyakini teori ini, pareidolia adalah jawaban atas pengakuan orang melihat benda-benda seperti UFO hingga Loch Ness.

Hal yang sama juga berlaku ketika seseorang mendengar suara tertentu ketika memainkan sebuah rekaman.

Namun, lain soal jika seseorang selalu melihat sebentuk wajah yang mengerikan atau menakutkan di tiap kesempatan.

Bisa jadi orang itu sedang menghadapai berbagai masalah yang menekan jiwanya. Terkadang bisa karena orang itu mengalami kecemasan berlebih.

4. Metode bertahan

Melansir Pakisstan Journal of Medical Sciences, kemampuan untuk melihat wajah dari pola acak atau jarak pandang buram adalah metode bertahan hidup yang unik.

Insting ini yang membuat manusia bisa memutuskan dengan cepat apakah orang yang sedang mendekat adalah teman atau musuh.

Dalam hal ini, manusia bisa mengalami misinterpretasi dari gambar acak atau bayangan yang terlihat seperti wajah tertentu.

Uniknya, kondisi pareidolia lebih banyak dialami oleh wanita. Alasan secara pasti belum diketahui.

Besar kemungkinan wanita secara fisik lebih lemah ketimbang pria. Dan ini bisa menjadi alasan mengapa mereka lebih sensitif terhadap rangsangan 'bermakna' di dalam suasana yang random sekali pun.

Ini juga dikaitkan dengan kemungkinan wanita akan lebih dulu mendeteksi predator saat mereka di hutan ketimbang pria.

Baca Juga: Penyebab dan Jenis Halusinasi yang Bisa Menandakan Penyakit Mental

Apakah Pareidolia Berbahaya?

Pareidolia (Orami Photo Stock)
Foto: Pareidolia (Orami Photo Stock)

Di penjuru dunia, ada banyak sekali contoh fenomena psikologis pareidolia. Ada yang diakui oleh banyak orang, namun ada juga yang dianggap persepsi seseorang saja.

Akan tetapi, kelompok peneliti lainnya berpendapat bahwa munculnya fenomena ini dapat menjadi salah satu gejala adanya penyakit lain, terutama yang berhubungan dengan sistem saraf pusat manusia.

Dikutip dari Psychological Science Journal, beberapa penyakit yang dikaitkan dengan kondisi pareidolia adalah:

1. Lewy body dementia

Salah satu gejala yang cukup sering muncul pada orang dengan lewy body dementia (penyakit pikun) adalah halusinasi visual, yang menyumbang angka hingga 70% dari keseluruhan pasien.

Halusinasi visual timbul akibat terjadi degenerasi bagian tertentu serta terdapatnya penumpukan Lewy body (sejenis plak berupa protein) pada beberapa area dalam otak.

Akibatnya, pasien sering melihat sosok, orang, atau hewan tertentu yang sebenarnya tidak ada.

2. Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit yang cukup banyak ditemukan dalam masyarakat.

Penyakit dengan ciri penderitanya berjalan lambat disertai langkah kecil-kecil ini dipercaya muncul akibat ketidakseimbangan zat-zat pengatur di dalam otak manusia.

Dalam sejumlah penelitian, orang dengan penyakit Parkinson juga melaporkan mereka sering melihat wajah atau sosok seseorang yang sebenarnya bukan manusia, melainkan benda mati.

Beberapa area otak yang berhubungan dengan persepsi penglihatan dan halusinasi diyakini berperan dalam hal ini.

Moms juga perlu hati-hati bila kondisi khayal-mengkhayal ini sudah sampai memengaruhi kehidupan, misalnya seperti dihantui atau dikejar-kejar.

Jika tak ditangani dengan baik oleh psikolog, dikhawatirkan pareidolia berujung pada skizofrenia.

Baca Juga: Alopecia Areata, Gangguan Autoimun Bikin Rambut Rontok

Pada dasarnya, otak manusia memang didesain untuk mengenali bentuk tertentu dari sebuah objek. Bagian otak yang bekerja dalam hal ini adalah fusiform face area yang memproses wajah seseorang.

Ini sama seperti bagian otak yang bekerja ketika lupa nama seseorang namun ingat pernah melihat wajahnya di masa lalu.

Hal yang sama terjadi ketika seseorang merasa mendengar suara tertentu yang aneh.

Atau mungkin ketika mendengar suara dering atau getaran ponselnya saat berada di keramaian.

Faktanya, otak manusia memang suka menemukan pola tertentu untuk mengurangi ketidakpastian dan membuat segala yang terjadi di lingkungan dan benda-benda sehari-hari menjadi masuk akal.

Baca Juga: 7 Ide Stimulasi Otak Anak untuk Mendukung Kemampuan Berpikir dan Belajarnya

Itu dia Moms informasi seputar pareidolia. Semoga bermanfaat, ya!

  • https://nationalgeographic.grid.id/read/132785574/efek-pareidolia-bagaimana-otak-kita-merespon-benda-yang-mirip-wajah?page=all
  • https://www.theatlantic.com/technology/archive/2012/08/pareidolia-a-bizarre-bug-of-the-human-mind-emerges-in-computers/260760/
  • https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0956797620924814
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4674405/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6290235/
  • https://journals.physiology.org/doi/full/10.1152/jn.00549.2019
  • https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rspb.2021.0966
  • https://theassc.org/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb