
Moms pasti tak asing dengan penyakit parkinson. Ya, penyakit ini memang identik menyerang para lansia. Namun, seperti apa sebenarnya penyakit ini?
Melansir Parkinson Organizations, penyakit parkinson adalah penyakit berupa kelainan saraf yang bersifat progresif.
Kondisi ini memengaruhi bagian otak yang berfungsi mengoordinasikan gerakan tubuh.
Akibatnya, penderita kesulitan mengatur gerakan tubuhnya, termasuk saat berbicara, berjalan, dan menulis.
Tanda-tanda awal penyakit ini biasanya berkaitan dengan pergerakan tubuh.
Pergerakan otot yang lentur dan terkoordinasi terjadi karena adanya zat dalam otak yang disebut dopamin.
Dopamin ini memproduksi sebuah bagian dari otak yang disebut "substantia nigra".
Nah, penyakit parkinson ini terjadi karena sel-sel dari substantia nigra ini mulai mati. Ketika ini terjadi, tingkat dopamin dalam otak juga menjadi berkurang.
Saat kadar dopamin ini merosot ke 60-80%, gejala-gejala penyakit parkinson biasanya mulai muncul.
Agar lebih memahami tentang kondisi ini, yuk simak informasi seputar penyakit parkinson!
Baca Juga: 7 Cara Mudah Mengatasi Kram Otot Saat Hamil
Foto: parkinson
Foto: medicalnewstoday.com
Dokter Nancy Hammond dari Kansas University, Amerika Serikat (AS) mengungkapkan tanda-tanda awal penyakit parkinson biasanya tidak teridentifikasi.
"Tubuh kita mungkin sudah berusaha mengingatkan bahwa ada kelainan dalam pergerakan kita bertahun-tahun sebelum terjadi kesulitan dalam bergerak," ungkapnya.
Karena itu, penting sekali mengenali gejala awal parkinson, Moms.
Beberapa gejala awal parkinson bisa muncul beberapa tahun, sebelum adanya masalah motorik, diantaranya sebagai berikut:
Berikutnya, ada empat gejala utama yang berpengaruh pada motorik, yakni :
Selain tanda yang umum, penderita penyakit parkinson pun kerap mengalami berbagai gejala fisik dan psikologis lainnya, seperti:
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Nyeri Otot Setelah Olahraga
Gejala-gejala sekunder dari penyakit parkinson dapat diketahui yaitu, berupa:
Sementara, gejala-gejala penyakit parkinson yang lebih parah, di antaranya:
Baca Juga: 9 Manfaat Daun Kelapa, Salah Satunya Bisa Menghilangkan Nyeri Otot!
Foto: parkinson (Orami Photo Stock)
Foto: microbiomepost.com
Lantas apa saja penyebab penyakit parkinson?
Sebenarnya tidak ada yang bisa mengidentifikasi dengan akurat penyebab penyakit ini, Moms.
Parkinson ditimbulkan dari keturunan dan juga dampak dari lingkungan. Beberapa ilmuwan bahkan berpikir bahwa virus yang memicu terjadinya penyakit parkinson.
Meski begitu, ada 2 pemicu yang diyakini mendorong terjadinya parkinson:
Untuk faktor risiko, para peneliti telah mengelompokkan sejumlah orang yang memiliki potensi menderita penyakit parkinson, yakni:
Orang dewasa muda jarang mengalami penyakit parkinson.
Penyakit ini biasanya mulai menyerang usia paruh baya hingga usia lanjut, dengan peningkatan risiko seiring bertambahnya usia.
Usia 60 tahun atau lebih akan lebih berisiko terserang penyakit ini.
Memiliki kerabat dekat dengan penyakit parkinson akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Namun demikian hal ini cukup jarang ditemui pada populasi, kecuali pada anggota keluarga yang memiliki penyakit parkinson.
Namun, beberapa variasi genetik tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit parkinson.
Melansir penelitian yang dikutip National Health Service, pria lebih sering mengidap penyakit parkinson daripada wanita.
Paparan herbisida dan pestisida diduga meningkatkan risiko penyakit parkinson.
Tidak ada faktor risiko bukan berarti Moms tidak bisa mengidap penyakit parkinson, ya.
Tanda ini hanya sebagai referensi. Konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Gumpalan zat tertentu di dalam sel otak adalah penanda mikroskopis penyakit parkinson.
Ini disebut tubuh Lewy, dan peneliti percaya tubuh Lewy ini memegang petunjuk penting penyebab penyakit parkinson.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Mengatasi Kram Otot Saat Hamil
Foto: Gejala Penyakit Parkinson - 4 - wajah yang Kaku - shutterstock.jpg (shutterstock)
Foto: Orami Photo Stock
Untuk membuat diagnosis penyakit parkinson, dokter akan menanyakan riwayat medis serta melakukan pemeriksaan neurologis dan fisik.
Setelah itu, dokter mungkin menyarankan Moms melakukan beberapa tes pemeriksaan penunjang parkinson, seperti:
Penyakit ini memburuk secara bertahap seiring berjalannya waktu, dan terbagi menjadi 5 tingkatan (stadium) seperti dijelaskan di bawah ini:
Pada stadium 1, gejala penyakit parkinson tergolong ringan dan tidak mengganggu aktivitas penderita.
Jangka waktu perkembangan penyakit Parkinson dari stadium 1 ke stadium 2 berbeda pada tiap penderita.
Hal ini dapat berlangsung dalam hitungan bulan atau tahun. Pada tahap ini, gejala mulai terlihat.
Penyakit parkinson stadium 3 ditandai dengan gejala yang makin jelas terlihat. Gerak tubuh mulai melambat dan mengganggu aktivitas penderita.
Penderita mulai kesulitan berdiri atau berjalan. Gerak tubuh penderita akan semakin melambat, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk menunjang aktivitasnya.
Penyakit parkinson stadium 5 dapat membuat penderita sulit atau bahkan tidak bisa berdiri sama sekali. Penderita juga dapat mengalami waham (delusi) dan halusinasi.
Baca Juga: 5 Hal yang Terjadi Pada Tubuh Ini Ternyata Gejala Penyakit Parkinson
Jika penyakit parkinson sudah memasuki stadium parah, maka Moms kemungkinan akan diberi opsi pengobatan, seperti:
Pasien juga bisa menjalani terapi, seperti:
Terapi-terapi ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi pasien dan kepeduliannya terhadap diri sendiri.
Selain untuk meringankan gejala, terapi juga dapat membantu penderitanya untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Pada banyak kasus, pemberian obat-obatan akan dilakukan untuk mengendalikan gejala mental dan fisik yang beragam.
Berikut beberapa jenis obat yang diberikan bagi para penderita penyakit parkinson :
Levodopa adalah pengobatan yang paling sering dilakukan untuk penyakit parkinson. Obat ini membantu meningkatkan kadar dopamin.
Carbidopa biasanya juga diberikan dikombinasikan dengan levodopa.
Carbidopa ini bertujuan mencegah pecahnya levodopa di dalam aliran darah sehingga levodopa bisa masuk ke dalam otak.
Agonis dopamin bisa meniru cara kerja dopamin dalam otak. Obat ini memiliki efek yang sama dengan levodopa namun tidak menghasilkan dopamin.
Jika pasien tidak merespon secara positif terhadap obat, operasi mungkin perlu dilakukan.
Salah satunya adalah prosedur deep brain stimulation (DBS).
Operasi ini dilakukan dengan menanamkan implan elektroda ke bagian otak dan menghubungkannya ke perangkat listrik kecil yang ditanam di dada.
Untuk pengobatan maupun penanganan penyakit parkinson, biasanya berkaitan dengan kombinasi dari perubahan gaya hidup, pemberian obat-obatan dan terapi.
Istirahat yang cukup, rutin berolahraga dan diet seimbang sangat penting bagi penderita parkinson.
Baca Juga: Hati-hati, Sepatu High Heels Bisa Tingkatkan Risiko Cedera Otot dan Persendian
Foto: Pola Hidup Sehat untuk Cegah Demensia-1.png
Foto: Orami Photo Stock
Melansir Mayo Clinic, meski penyakit parkinson tidak mematikan, namun dapat diserai kondisi medis lainnya.
Adapun komplikasi akibat penyakit parkinson adalah:
Masalah kognitif (demensia) dan kesulitan berpikir kerap timbul pada penderita penyakit ini, terutama jika penyakit sudah berkembang ke tahap selanjutnya
Terkadang, penderita penyakit ini kerap mengalami depresi, ketakutan, kecemasan, hingga kehilangan motivasi, yang bisa terjadi sejak tahap awal.
Mengobati kondisi ini dapat mempermudah penanganan masalah lain yang timbul akibat parkinson.
Moms mungkin mengalami masalah menelan seiring berjalannya waktu.
Adapun kondisi ini menyebabkan air liur menumpuk di mulut dan sering menimbulkan “ngeces."
Parkinson stadium akhir akan memengaruhi otot-otot di mulut, sehingga dapat membuat penderitanya sulit mengunyah.
Adapun hal ini dapat menyebabkan masalah gizi atau menimbulkan tersedak saat makan.
Baca Juga: Kejang Otot: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dan Cara Mencegahnya
Penderita penyakit ini seringkali mengalami gangguan tidur, seperti terbangun sepanjang malam dan tertidur pada siang hari.
Penyakit parkinson dapat menyebabkan masalah kandung kemih, seperti tidak dapat mengontrol urine atau kesulitan buang air kecil.
Sembelit atau konstipasi seringkali dialami penderita penyakit ini karena saluran pencernaan yang lebih lambat.
Penderita penyakit parkinson kerap merasakan pusing saat berdiri karena penurunan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba atau disebut hipotensi ortostatik.
Penurunan tekanan darah ini dapat mencapai 20 mmHg untuk sistolik dan 10 mmHg untuk diastolik.
Baca Juga: Ketahui 8 Kelainan Tabung Saraf yang Bisa Terjadi Pada Bayi
Penderita mungkin mengalami masalah dengan indera penciuman. Mereka akan mengalami kesulitan mengidentifikasi bau tertentu atau perbedaan antara bau.
Beberapa orang dengan penyakit parkinson mengalami penurunan hasrat atau kinerja seksual.
Jika Moms merasa mengalami beberapa gejala awal penyakit parkinson, tidak ada salahnya segera mengunjungi dokter.
Banyak orang dengan penyakit parkinson kehilangan energi dan mengalami kelelahan, terutama di kemudian hari. Penyebabnya tidak selalu diketahui.
Baca Juga: Kram Otot, Kontraksi Otot yang Kerap Mengganggu Aktivitas
Biasanya dokter akan menanyakan detail gejala dan riwayat medis untuk menentukan apakah kita perlu segera menemui spesialis atau tidak.
Walau tidak dapat diobati, penyakit parkinson dapat dicegah.
Berolahraga dan rutin mengonsumsi makanan kaya antioksidan dipercaya dapat mengurangi risiko sesorang terkena penyakit parkinson.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.