18 April 2024

Mengenal Perang Jamal dan Perkembangan Sejarah Islam

Perang Jamal terjadi antara pihak Ali bin Abi Thalib dan Aisyah
Mengenal Perang Jamal dan Perkembangan Sejarah Islam

Foto: Orami Photo Stock

Ada banyak sejarah dalam agama Islam yang bisa orang tua ceritakan pada anak sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Salah satunya mengenai Perang Jamal atau perang unta di wilayah Basra, Irak pada tahuh 656 M.

Disebut dengan nama perang unta karena pada saat itu, prajurit di medan Perang Jamal banyak yang mengendarai hewan tersebut.

Selain itu, Perang Jamal juga dikenal dengan nama lain perang Basra karena terjadi di Basra, Irak.

Pemicu utama perang Jamal adalah adanya adu domba oleh seseorang tak bertanggung jawab pada pasukan Ali bin Abi Thalib dengan pasukan yang berpihak kepada Aisyah.

Padahal saat itu, keduanya berusaha bekerja sama untuk mengusut pembunuhan yang menimpa Utsman bin Affan.

Perang yang terjadi akibat ulah oknum provokator tersebut menyisakan duka yang mendalam dalam sejarah Islam karena banyaknya korban jiwa.

Pasukan Ali bin Abi Thalib dan Aisyah sama-sama banyak dan kuat sehingga saat Perang Jamal terjadi, pertumpahan darah tak terelakan lagi.

Baca Juga: 3 Serial dan Film Kartun Yang Mengajarkan Anak Tentang Agama Islam

Penyebab Perang Jamal

Penyebab Perang Jamal
Foto: Penyebab Perang Jamal (Pexels/Tomáš Malík)

Awalnya, terjadi suatu peristiwa yang menghebohkan kaum muslimin pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, yaitu terbunuhnya Khalifah Ustman bin Affan.

Beliau terbunuh saat sedang membaca Alquran, darahnya bercucuran dalam mushaf yang beliau baca.

Saat itu, Ali bin Abi Thalib yang menggantikan khilafah dituntut untuk mengusut pembunuhan yang terjadi pada Ustman bin Affan.

Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam lah yang mulanya berbaiat kepada pemerintahan Ali bin Abi Thalib.

Aisyah, yang dikenal mempunyai analisis yang tajam terhadap teks-teks keagamaan, menuntut hal yang sama seperti Muawiyyah, supaya Ali mengusut tuntas siapa pembunuh Utsman.

Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam yang saat itu berada di Madinah, meminta izin kepada Ali bin Abi Thalib untuk pergi ke Makkah dalam rangka menunaikan umrah.

Namun, setelah tiba di Makkah dan bertemu dengan Aisyah, kedua sahabat itu akhirnya sepakat untuk sama-sama menuntut Ali agar mengusut dan menghukum para pembunuh Ustman.

Apa Penyebab Perselisihannya?

Perselisihan Perang Jamal
Foto: Perselisihan Perang Jamal (Pexels.com)

Perselisihan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan terjadi setelah pembunuhan Khalifah Ustman bin Affan pada tahun 656 M.

Perselisihan ini memiliki akar yang kompleks dan melibatkan beberapa faktor, di antaranya:

1. Pembunuhan Khalifah Utsman

Ustman bin Affan adalah khalifah ketiga dalam periode Khulafaur Rasyidin. Dia telah menghadapi oposisi dan kritik keras selama masa pemerintahannya.

Ketika Ustman dibunuh oleh sekelompok pemrotes yang tidak puas dengan pemerintahannya, Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantunya, menjadi khalifah keempat.

2. Tuntutan Keadilan

Setelah menjadi khalifah, Ali berusaha untuk menegakkan keadilan dan menghukum para pelaku pembunuhan Utsman.

Namun, Muawiyah menuntut agar pembunuh Utsman dihukum terlebih dahulu sebelum Ali memulai penegakan keadilan.

3. Pemilihan Khalifah Pengganti

Setelah pembunuhan Utsman, muncul pertanyaan tentang siapa yang akan menjadi khalifah penggantinya.

Kelompok yang kemudian dikenal sebagai kelompok Syi'ah Ali memperjuangkan hak Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, untuk menjadi khalifah.

Namun, ada juga kelompok yang mendukung penerus lain atau menuntut pembalasan atas kematian Utsman.

Salah satu faktor yang memperumit pemilihan khalifah pengganti adalah perbedaan pendapat tentang siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan Utsman.

Beberapa kelompok menuntut pembalasan atas kematian Utsman, sementara yang lain berpendapat bahwa Ali tidak melakukan cukup untuk menuntut keadilan terhadap pembunuh Utsman.

Perselisihan atas masalah ini menyulut perselisihan yang lebih dalam.

4. Perselisihan politik

Perselisihan antara Ali dan Muawiyah juga dipengaruhi oleh perbedaan pendekatan politik mereka.

Ali menganut prinsip keadilan dan kepatuhan terhadap hukum Islam, sementara Muawiyah lebih condong pada kepentingan politik dan kekuasaan.

Baca Juga: Kisah Nabi Yusuf dan Berbagai Nilainya yang Bisa Diajarkan pada Anak

5. Pertempuran Siffin

Perselisihan mencapai puncaknya dalam Pertempuran Siffin pada tahun 657 M.

Pertempuran ini terjadi antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyah di Suriah.

Pertempuran berlangsung lama dan tidak ada pihak yang menang secara jelas.

Namun, ketidakpuasan dan perpecahan dalam pasukan Ali menyebabkan perjanjian damai mengakibatkan Ali kehilangan sebagian pengikutnya.

6. Pembunuhan Ali dan penobatan Muawiyah

Pada tahun 661 M, Ali dibunuh oleh sekelompok Khawarij yang tidak puas dengan damai yang ditandatangani oleh Ali.

Setelah kematian Ali, Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan dinasti Umayyah yang mengakhiri era Khulafaur Rasyidin.


Usaha Ali bin Abi Thalib untuk Berdamai

Perang Jamal di Irak
Foto: Perang Jamal di Irak (Pexels.com)

Ali bin Abi Thalib memasuki Bashrah dari arah Thaff dan tinggal beberapa hari di kota tersebut.

Pada saat yang sama, Thalhah, Zubair, dan Aisyah juga tiba di Bashrah, dan kedua kelompok tersebut berhadap-hadapan.

Aisyah tinggal di Masjid Huddan, yang terletak di wilayah kabilah Azad, di mana medan perang berada.

Ali bin Abi Thalib sebenarnya enggan untuk terlibat dalam Perang Jamal.

Selama di Bashrah, beliau berusaha melalui pesan untuk menghentikan niat pemberontak dan mengajak mereka untuk bersama-sama membangun perdamaian.

Bahkan, pada hari pertempuran, Ali bin Abi Thalib terus-menerus mengajak mereka untuk kembali ke jalan damai sejak pagi hingga dhuhur.

Dalam surat-surat yang ditujukan kepada Thalhah, Zubair, dan Aisyah, ia mengisyaratkan tentang keabsahan kepemimpinannya sebagai khalifah.

Termasuk dukungan sukarela yang diberikan oleh penduduk. Tidak terlibatnya beliau dalam pembunuhan Utsman, ketidakbenaran tuntutan mereka terhadap darah Utsman, dan tindakan keliru Thalhah, Zubair, dan Aisyah yang melanggar aturan Al-Quran dengan membawa keluar istri Nabi Muhammad SAW dari rumahnya.

Surat yang ditulis Imam Ali kepada Aisyah juga mengingatkan bahwa Aisyah telah melanggar aturan Al-Quran dan dengan dalih memperbaiki umat.

Ia telah menghasut masyarakat untuk menuntut darah Utsman, yang pada akhirnya mereka terperangkap dalam dosa besar.

Namun, Thalhah, Zubair, dan Aisyah tetap bersikeras dalam surat balasan mereka, menolak untuk taat kepada kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.

Aisyah pun tidak memberikan jawaban atas surat Ali bin Abi Thalib. Hal ini semakin memperumit situasi dan meningkatkan ketegangan antara kedua belah pihak.

Ali bin Abi Thalib tidak menyerah dalam upayanya untuk menciptakan perdamaian.

Beliau mengutus utusan-utusan seperti Sha'sha'ah bin Shauhan dan Abdullah bin Abbas untuk berbicara dengan Thalhah, Zubair, dan Aisyah.

Namun, perbincangan mereka tidak menghasilkan kesepakatan dan Aisyah menjadi salah satu yang paling keras dalam menentang Ali bin Abi Thalib.

Terjadinya Perang Jamal

Akhir Perang Jamal
Foto: Akhir Perang Jamal (Al-ibar.net)

Bagi mereka, persoalan qishash terhadap pembunuh Utsman harus segera diselesaikan, sebab khawatir kejadian serupa akan terulang kembali di masa yang akan datang.

Ali sebenarnya paham dan memaklumi tuntutan para sahabat itu. Namun, saat itu Ali berada dalam posisi terjepit sehingga qishash pun ditangguhkan.

Ali kelihatannya ingin membentuk kekuatan terlebih dahulu dari kalangan kaum muslim, terutama dari para pembesar sahabat.

Jika itu sudah terbentuk, kekuatan hukum untuk mengusut tuntas siapa pembunuh khalifah Utsman akan dapat dilaksanakan dengan lancar.

Bagi Ali, persoalan qishash baru dapat ditegakkan manakala situasi politik sudah tenang dan kaum muslimin sudah bersatu pada dalam satu pemerintahan yang kokoh.

Kemudian ada pengaduan dan tuntutan dari pihak keluarga yang jadi ahli waris Utsman.

Sebab, pembunuhan Khalifah Utsman bukanlah kriminal biasa melainkan tragedi politik yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Baca Juga: 11+ Keutamaan Membaca Alquran, Salah Satunya Mendapat Kedudukan Tinggi di Surga!

Lagi pula jumlah pembunuh Utsman yang sebenarnya belum diketahui secara pasti, sementara para pendukung yang terlibat di dalamnya datang dari berbagai kabilah dan suku yang berbeda.

Sangat rawan bagi Ali dan bagi keutuhan umat jika ia ceroboh menetapkan qishash kepada para tersangka tanpa menunggu situasi yang tepat.

Bagaimana pun, fanatisme kelompok akan menjadi dasar bagi tiap kabilah untuk membela anggota kabilahnya yang dituntut hukuman qishash meskipun umpamanya terbukti benar-benar terlibat.

Pada akhirnya, penegakkan qishash itu malah akan menimbulkan peperangan baru antar kabilah dari keluarga penuntut dengan kabilah dari keluarga terdakwa.

Adanya perbedaan pandangan antara kedua kubu itulah yang membuat peperangan pun tidak dapat dihindari.


Banyak Korban Syahid Berguguran

Terjadinya Perang Unta
Foto: Terjadinya Perang Unta (Syakal.iainkediri.ac.id)

Pada hari Kamis pertengahan bulan Jumadil Akhir, Perang Jamal meletus. Sebelum pertempuran dimulai, Sahabat Ali membacakan salah satu mishaf dan berharap perang tidak jadi dilakukan.

Namun, pihak Aisyah tidak mau mendengarkannya. Salah seorang sahabat Ali bin Abi Thalib justru terbunuh, dan pasukannya juga dihujani menggunakan anak panah.

Akhirnya, Ali mengatakan kepada pasukannya bahwa perang sudah boleh dilakukan dengan beberapa ketentuan.

Mereka tidak boleh menyerang terlebih dahulu, tidak boleh membunuh yang terluka, tidak boleh melukai anak-anak dan wanita, serta ketentuan lainnya.

Sedangkan, Aisyah telah siap di atas unta dengan pakaian besi yang lengkap.

Ibnu Katsir menyebut kurang lebih dari sepuluh ribu orang dari kedua belah pihak Perang Jamal menjadi korban.

Abu Khatsamah dari Wahab bin Jarir meriwayatkan bahwa jumlah pasukan Basrah yang terbunuh mencapai 2500 orang.

Sedangkan riwayat lain menyebutkan bahwa jumlah korban dalam Perang Jamal berkisar antara 2500-6000 orang.

Di sisi lainnya lagi, pasukan Ali ibn Abi Thalib RA kehilangan 400-600 sebagai korban.

Bahkan dua tokoh sahabat, Thalhah dan Zubeir yang oleh Rasulullah SAW dijamin masuk surga, meninggal dunia.

Thalhah mendapatkan serangan anak panah di kakinya. Ia dirawat di salah satu rumah warga di Basra karena mengalami pendarahan yang hebat.

Akhirnya, Thalhah meninggal karena telah kehabisan banyak darah.

Sementara Zubair, melarikan diri dengan kembali ke Madinah setelah perang Jamal selesai.

Namun, Amru bin Jurmuz yang mengetahui bahwa Zubair melarikan diri mengikutinya kembali ke Madinah. Amru pun membunuh Zubair di tengah perjalanan.

Baca Juga: 11+ Ide Nama Bayi Perempuan Islami dari Istri Nabi Muhammad SAW

Akhir Perang Jamal

Akhir Perang Jamal
Foto: Akhir Perang Jamal (Pexels/Miroshnichenko)

Perang itu sendiri dimenangkan oleh Ali bin Abi Thalib. Ali beserta pengikutnya kemudian mengurusi para korban, menyolati, dan menguburkannya.

Ketika itu, Aisyah segera turun dari pelana unta setelah perang selesai. Ia pun dibuatkan tenda di sekitar tempat peperangan.

Usai tinggal di Basra selama beberapa hari, Ali memulangkan Aisyah ke Madinah dengan penuh penghormatan.

Perang Jamal yang terjadi membuka mata Aisyah karena banyak provokator yang sengaja menyelendup baik ke pihak Ali maupun Aisyah hingga perang tak terelakkan.

Sejak kejadian tersebut, Aisyah menghabiskan umurnya untuk beribadah dan mengajarkan hadits kepada para penuntut ilmu di Madinah.

Ia menjauhkan diri dari hiruk pikuk percaturan politik yang terus bergejolak sampai akhir hayatnya.

Ia juga banyak merenung dan menyesali perbuatannya karena ikut terlibat dalam peperangan.

Ada pun dampak dari Perang Jamal, yaitu banyaknya korban syahid yang berjatuhan dan kerugian materil lainnya.

Padahal, seharusnya perang ini dapat dihindari, tetapi karena adanya provokasi, perang Jamal terjadi.

Itulah informasi singkat mengenai Perang Jamal dalam sejarah agama Islam yang dapat Moms ceritakan pada anak. Semoga bermafaat, ya.

  • https://www.selasar.com/perang-jamal/
  • http://p2k.unugha.ac.id/id3/1-3050-2947/Perang-Jamal_34663_unugha_p2k-unugha.html
  • https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24863/1/AHMAD%20RIDHAWI.pdf
  • https://id.wikishia.net/view/Perang_Jamal

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb