07 November 2023

Mengenal Sunan Ampel dan Cara Berdakwahnya yang Unik!

Ketahui ajaran Sunan Ampel yang populer
Mengenal Sunan Ampel dan Cara Berdakwahnya yang Unik!

Nama Sunan Ampel sangat dikenal karena menjadi salah satu Wali Songo yang ikut menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.

Sunan Ampel menjadi satu-satunya Wali Songo yang tidak lahir di Indonesia karena beliau ini lahir di Campa pada tahun 1401.

Campa sendiri adalah salah satu kerajaan yang berada di Vietnam.

Sunan Ampel dikenal memiliki berbagai macam cara dalam berdakwah dan semuanya ini penuh dengan strategi yang cerdas.

Sehingga, tidak mengherankan kalau perjalanan berdakwahnya di Pulau Jawa bisa dikatakan sukses.

Ada banyak peninggalan dari beliau yang bisa kita jumpai saat ini.

Salah satunya adalah Mesjid Agung Demak yang didirikannya bersama dengan Raden Patah yang merupakan raja pertama dari Kesultanan Demak.

Lalu, bagaimana perjalanan Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam? Simak penjelasannya, ya Moms.

Baca Juga: Cerita Sejarah Sunan Kudus dengan Toleransi Beragama yang Tinggi

Nama Asli Sunan Ampel

Sunan Ampel
Foto: Sunan Ampel (Wikimedia.org)

Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Muhammad Ali Rahmatullah atau yang biasa dipanggil dengan nama Raden Rahmat.

Penamaan Sunan Ampel ini ada asal muasalnya.

Sunan Ampel merupakan keturunan bangsawan karena jika melihat dari silsilahnya, sosok ini adalah anak dari puteri Raja Champa.

Selain itu, beliau juga merupakan keponakan dari Raja Majapahit.

Bibi dari Sunan Ampel adalah permaisuri dari Prabu Kertawijaya atau Brawijaya yang memerintah ulai tahun 1447-1451.

Ketika Sunan Ampel pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Jawa pada tahun 1443 bersama dengan saudaranya, yaitu Ali Musada dan Raden Burere, beliau menetap di Tuban.

Saat menetap di Tuban, Sunan Ampel mengunjungi kerajaan Majapahit untuk mengunjungi bibinya.

Raja Majapahit kemudian memberikan hadiah tanah yang berada di Ampeldenta, Surabaya.

Di tanah pemberian Raja Majapahit inilah Sunan Ampel kemudian mendirikan pondok pesantren dan mulai berdakwah.

Dari sinilah beliau mulai dijuluki dengan nama Sunan Ampel karena mengambil nama daerah tempatnya berdakwah untuk pertama kali.

Baca Juga: Mengenal Sunan Kalijaga, Wali Songo yang Dakwah Lewat Wayang

Silsilah Sunan Ampel

Sunan Ampel
Foto: Sunan Ampel

Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Mohammad Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat.

Sunan Ampel lahir di Campa, Kamboja pada sekitar tahun 1401 M dari keluarga bangsawan.

Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim atau Malik Maghribi atau yang dikenal Sunan Gresik.

Ibu Sunan Ampel adalah seorang putri dari Raja Champa Dinasti Azmatkhan I atau Ali Nurul Alam Maulana Israil yang bernama Siti Fathimah.

Sunan Ampel memiliki dua orang istri yang bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila dan Dewi Karimah.

Dari pernikahannya dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila beliau memiliki putra dan putri bernama Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin atau Raden Qasim (Sunan Drajat), Siti Syari’ah, Siti Muthmainnah, dan Siti Hafsah.

Sementara dari Dewi Karimah beliau memiliki putra dan putri yang bernama Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri), Dewi Murtasimah, Raden Husamuddin, Raden Zainal Abidin, Pangeran Tumapel, dan Raden Faqih.

Baca Juga: Mengenal Sunan Gresik, Wali Songo Pertama di Tanah Jawa

Wilayah Dakwah Sunan Ampel

Kerajaan Majapahit
Foto: Kerajaan Majapahit (Pinterest.com)

Sunan Ampel datang ke Jawa dan menetap di Tuban pada sekitar tahun 1443 M.

Beliau datang bersama dengan saudara nya, Ali Musada dan saudara sepupunya Raden Burereh.

Setelah menetap di Tuban,beliau kemudian menemui bibinya Dewi Sasmitraputri di Kerajaan Majapahit untuk.

Saat itu Kerajaan Majapahit yang sedang dalam masa-masa suram karena para adipati dan pembesar kerajaan melupakan tugasnya dengan hidup mewah dan berpesta.


Kondisi itu membuat kerajaan yang carut marut sehingga Prabu Brawijaya mengundang Sunan Ampel untuk mengatasi masalah-masalah di Kerajaan Majapahit.

Sunan Ampel kemudian berdakwah menyebarkan agama Islam di wilayah Kerajaan Majapahit dengan tugas menyadarkan para adipati dan pembesar kerajaan untuk kembali ke jalan yang benar.

Sunan Ampel kemudian membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah, serta membangun pesantren.

Daerah tempat pesantren tersebut dikenal dengan Ampeldenta sehingga nama Raden Rahmat kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Ampel.

Sunan Ampel juga berdakwah ke pelosok negeri, mulai dari Madura hingga Bima.

Baca Juga: Kisah Sunan Muria yang Berdakwah Melalui Kesenian dan Mengajar Keterampilan Gratis pada Masyarakat

Strategi Dakwah Sunan Ampel

strategi dakwah sunan ampel
Foto: strategi dakwah sunan ampel (Pexels.com/GR Stocks)

Sunan Ampel termasuk salah satu pendakwah yang sangat cerdas karena beliau memiliki beragam cara dalam berdakwah.

Beliau seolah tidak pernah kehabisan akal dalam berdakwah.

Beberapa cara berdakwah Sunan Ampel, yaitu:

1. Lima Ajaran Dasar yang Diajarkan Sunan Ampel

Ada lima ajaran dasar dari Sunan Ampel yang sangat populer di Jawa yakni moh limo.

Moh limo dalam bahasa Jawa memiliki arti moh yang berarti tidak mau dan limo yang artinya lima.

Arti dari moh limo ini, yaitu:

  • moh main, artinya tidak berjudi.
  • moh ngombe, artinya tidak mabuk.
  • moh maling, artinya tidak mencuri.
  • moh madat, artinya tidak mengisap candu atau obat-obatan.
  • moh madon yang artinya tidak melakukan zina.

Penerapan ajaran dasar ini bukan tanpa alasan.

Di masa itu, kebanyakan masyarakat Jawa menganut animisme, yaitu kepercayaan terhadap makhluk-makhluk halus dan roh gaib.

Selain itu, tradisi seperti sambung ayam, berjudi, hingga bersemadi masih kental di tanah Jawa. Tentu saja kepercayaan ini bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Dengan adanya lima ajaran dasar tersebut, Sunan Ampel berharap masyarakat Jawa bisa terhindar dari hal-hal buruk seperti mabuk, berjudi, berzina, maling, dan menggunakan obat terlarang.

2. Mengubah Nama Sungai

sungai
Foto: sungai (freepik.com/GarryKillian)

Ada strategi unik yang dilakukan Sunan Ampel dalam berdakwah yakni dengan cara mengubah nama sungai Brantas.

Sungai ini merupakan salah satu sungai terbesar dan terpanjang yang ada di Jawa Timur. Sungai Brantas ini namanya diganti dengan nama Kali Emas.

Selain mengubah nama Sungai Brantas, Sunan Ampel juga mengubah nama pelabuhan Jelangga Manik dengan nama Tanjung Perak.

Penggunaan kata emas dan perak ini ada alasannya sendiri.

Dengan menyematkan kata emas dan perak, maka orang-orang akan berbondong-bondong datang ke Jawa Timur, terutama Surabaya karena percaya kalau di daerah tersebut terdapat harta karun yang melimpah seperti emas dan perak.

Banyaknya orang yang berbondong-bondong datang ke Jawa Timur membuat Sunan Ampel memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam.

Baca Juga: Kisah Sunan Gunung Jati, Ahli Pendidikan dan Strategi Perang yang Berdakwah Lewat Jalur Politik

3. Mendekatkan Istilah Islam dengan Bahasa Masyarakat Jawa

Untuk mendekatkan diri dengan masyarakat setempat, Sunan Ampel memiliki cara unik dalam berdakwah.

Caranya, yaitu dengan mendekatkan dan memadukan istilah-istilah Islam dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Jawa.

Sebagai contoh, kata salat diganti dengan kata sembahyang yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa ketika akan beribadah.

Tak hanya itu saja, kata musala juga diganti dengan nama langgar yang terdengar mirip dengan sanggar.

Sanggar adalah tempat pemujaan atau tempat menyimpan sesajen pada masyarakat Jawa.

Tentu saja dengan pendekatan inilah, Sunan Ampel bisa berdakwah dengan lebih lancar di tanah Jawa.

4. Menguasai Kebutuhan Pokok Masyarakat

Ilustrasi Pembuatan Kerajinan Tangan
Foto: Ilustrasi Pembuatan Kerajinan Tangan (Pixabay.com)

Salah satu cara berdakwah Sunan Ampel lainnya dengan menguasai kebutuhan pokok masyarakat setempat.

Jadi, beliau akan menyediakan pasokan kebutuhan pokok lalu membagikannya kepada masyarakat sambil berdakwah.

Pendekatan ini sangat ampuh dilakukan dan bisa membuat masyarakat tertarik untuk belajar agama Islam karena merasa Islam adalah agama yang mengajarkan untuk saling berbagi.

Ada satu hal yang dilakukan oleh Sunan Ampel di awal-awal masa berdakwahnya, yaitu membuat kerajinan tangan berupa kipas dengan bahan akar tumbuhan dan anyaman rotan.

Konon, kipas tersebut bisa menyembuhkan demam dan batuk.

Kipas tersebut dibagi-bagikan kepada masyarakat setempat secara gratis.

Masyarakat setempat hanya perlu mengucapkan kalimat syahadat.


5. Melakukan Pendekatan kepada Tokoh Masyarakat

Cara lain Sunan Ampel dalam berdakwah, yaitu dengan melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang yang berpengaruh di Pulau Jawa.

Inilah yang menjadikannya mendapat julukan sebagai wali pendakwah di jalur politik.

Selain melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, Sunan Ampel juga melakukan dakwah dengan cara membangun jaringan kekerabatan secara lebih luas.

Caranya, yaitu dengan menikahkan anak-anaknya dengan orang-orang penting di Pulau Jawa.

Sunan Ampel sendiri menikahi anak perempuan Bupati Tuban yang bernama Nyai Ageng Manila.

Istri keduanya adalah Dewi Karimah yang merupakan puteri dari Ki Wiroseroyo yang merupakan tokoh besar di tanah Jawa.

Baca Juga: 10+ Penyebab Bayi Demam di Kepala, Bisa Akibat Cuaca Panas!

Fakta tentang Sunan Ampel

Makam Sunan Ampel
Foto: Makam Sunan Ampel (Pinterest.com)

Adapun beberapa fakta dari Sunan Ampel diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Ajaran Moh Limo Oleh Sunan Ampel

Sunan Ampel memiliki sebuah filosofi dalam berdakwah yang tujuannya untuk memperbaiki dan merubah moral masyarakat agar menjadi lebih baik.

Ajaran yang di ajarkan oleh Sunan Ampel adalah Beliau mengajarkan “Moh Limo”.

Asal kata dari “Moh Limo” Berasal dari bahasa Jawa Moh yang artinya “tidak” dan limo yang artinya “Lima”.

Sehingga “Moh Limo” adalah tidak melakukan 5 hal atau 5 perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Adapun Isi Ajaran dari Moh Limo adalah sebagai berikut:

  • Moh Mabuk (Tidak mabuk atau minum-minuman).
  • Moh Main (Tidak main atau tidak berjudi).
  • Moh Madon (Tidak main perempuan).
  • Moh Madat (Tidak memakai obat-obatan).
  • Moh Maling ( Tidak Mencuri).

Ajaran Moh Limo tersebut disambut dengan baik oleh Prabu Brawijaya, bahkan dia menganggap ajaran Agama Islam adalah yang mulia.

Ajaran Moh Limo tersebut hingga kini masih menjadi ajaran yang dipegang umat muslim, ajaran tersebut sekarang lebih dikenal dengan 5M.

2. Sumur Bersejarah

Disekitaran kompleks Masjid Ampel terdapat sumur bersejarah, yang dipercayai bahwa dalam sumur tersebut terdapat air yang menyerupai air zam-zam di Makkah dan memiliki banyak khasiat.

Sehingga banyak pengunjung yang membawa pulang air tersebut.

3. Lokasi Makam Berada Dekat dengan Masjid Tertua Ketiga

Pada tahun 1481, Sunan Ampel diperkirakan meninggal dunia di Demak.

Kemudian dimakamkan terletak di Ampel Denta, Surabaya, Jawa Timur atau di sebelah barat masjid tertua ketiga di Indonesia yang dibangun sekitar tahun 1421 di dalam wilayah kerajaan Majapahit.

Bentuk masjid ini memiliki nuansa Arab dan arsitektur Jawa kuno yang kental.

Kompleks Makam Sunan Ampel memiliki arsitektur tradisional Jawa yang indah.

Terdapat gerbang utama, pendopo, dan bangunan makam yang dikelilingi taman yang asri.

Baca Juga: Kisah Sunan Bonang yang Berdakwah dengan Gamelan

Sekarang Moms sudah tahu kan mengenai sejarah dari Sunan Ampel ini.

Dengan perjuangan dakwahnya ada banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan.

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Ampel
  • https://bappeko.surabaya.go.id/ecobis/wisata/kategori-detail/34

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb