Vaksin Menyebabkan Autisme? Ini Kata Ahli!
Ajakan untuk tidak mengimunisasi anak kembali ramai. Sebuah surat elektronik bertajuk “Vaksin Penyebab AUTIS” yang dikirimkan oleh seorang ibu menjadi pemicunya.
Dalam surel tersebut, sang ibu meminta para orang tua untuk berhati-hati terhadap imunisasi karena bisa menyebabkan autisme pada anak.
Kesimpulan tersebut didapatkannya setelah membaca buku berjudul “Children with Starving Brains” karya Jaquelyn McCandless, MD. Isi surel ini juga sempat hangat diperbincangkan pada 2015 lalu.
Baca Juga: 6 Alasan Orang Tua Menolak Pemberian Vaksin untuk Anaknya
Berawal dari Surat Elektronik
Foto: Thetruecare.com
Berikut ini kutipan lengkap surel tersebut:
"Vaksin Penyebab AUTIS"
Buat para Pasangan MUDA. Oom dan Tante yg punya keponakan... atau bahkan calon ibu ... perlu nih dibaca t tg autisme.. Bisa di share kpd yg masih punya anak kecil spy ber-hati2. Stlh kesibukan yg menyita waktu, baru skrg sy bisa dpt waktu luang membaca buku "Children with Starving Brains" karangan Jaquelyn McCandless,MD yg (terjemahannya) diterbitkan oleh Grasindo.
Ternyata buku yg sy beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50.000,-itu benar2 membuka mata sy, dan sayang sekali baru terbit stlh anak sy Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder.
Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar2 membuat sy menangis.
Selama 6 bln pertama hidupnya (Aug 2001-Feb 2002), Joey memperoleh 3x suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3x suntikan vaksin HiB. Menurut buku tsb (hal 54-55) ternyata dua macam vaksin yg diterima anak sy dlm 6 bln pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet
Thimerosal, yg terdiri dr Etilmerkuri yg menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yg meledak sejak awal thn 1990 an. Vaksin yg mengandung Thimerosal itu sendiri sdh dilarang di Amerika sejak akhir thn 2001.
Alangkah sedihnya sy, anak yg sy tunggu kehadirannya selama 6 thn, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumahsakit besar yg bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang, dgn harapan memperoleh treatment yg terbaik, ternyata malah "diracuni" oleh Mercuri dgn selubung vaksinasi.
Beruntung sy msh bisa memberi ASI sampai skrg, sehingga Joey tdk menderita Autisme yg parah. Tetapi tetap saja, sampai skrg dia blm bicara, hrs diet pantang gluten dan casein, hrs terapi ABA, Okupasi, dan nampaknya hrs dibarengi dgn diet supplemen yg keseluruhannya sangat besar biayanya.
Melalui e-mail ini sy hanya ingin menghimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat di Dep Kesehatan, tolonglah baca buku tsb dan tolong musnahkan semua vaksin yg msh mengandung Thimerosal. Jgn sampai (dan bukan tdk mungkin sdh terjadi) sisa stok yg tdk habis di Amerika Serikat tsb di ekspor dgn harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas2 spt contohnya vaksin Hepatitis B, yg skrg sedang giat2 nya dikampanyekan sampai ke pedesaan.
Kpd para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif, dan assertif dgn menolak vaksin yg mengandung Thimerosal tsb, cobalah bernegosiasi dgn dokter anak kita, minta vaksin Hepatitis B dan HiB yg tdk mengandung Thimerosal.
Juga tolong e-mail ini diteruskan kpd mereka yg akan menjadi orang tua, agar tdk mengalami nasib yg sama spt sy.
Sekali lagi, jgn sampai kita kehilangan satu generasi anak2
penerus bangsa, apalagi jika mereka datang dr keluarga yg berpenghasilan rendah yg utk makan saja sulit apalagi utk membiayai biaya terapi supplemen, ABA, Okupasi, dokter ahli Autisme (yg daftar tunggunya sampai ber-bulan2) , yg besarnya sampai jutaaan Rupiah perbulannya.
Baca Juga: 4 Mitos dan Fakta Seputar Vaksin MR/MMR
Tidak Ada Hubungannya antara Thimerosal, Vaksin, dan Autisme
Foto: Medicalnewstoday.com
Moms atau Dads mungkin pernah mendapatkan salinan surel tersebut. Mungkin dari grup WhatsApp atau dari sumber lainnya. Moms dan Dads sebaiknya tidak langsung percaya dengan apa yang tertulis dalam surel tersebut.
Anggota Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA (K), Msi. menegaskan bahwa tidak ada hubungannya antara thimerosal, vaksin, dan autisme.
Memang banyak artikel yang menuliskan tentang thimerosal sebagai penyebab autisme. Namun, artikel tersebut umumnya hanya mengutip potongan-potongan kalimat dari penelitian sebelum tahun 2000.
“Subjeknya sedikit serta tanpa menjelaskan metode penelitian dan analisis statistiknya,” jelas dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang anak dan magister sains psikologi perkembangan itu kepada Orami Parenting, Senin (8/7).
Dr Soedjatmiko menambahkan, ada lebih dari 23 penelitian sahih dan publikasi pada tahun 2002-2019 lengkap dengan rincian metodologi dan analisis statistik yang menyimpulkan bahwa thimerosal, vaksin, dan autisme tidak ada hubungannya.
Publikasi berjudul Understanding Thimerosal, Mercury, and Vaccine Safety oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bahwa thimerosal digunakan sebagai pengawet vaksin karena mampu mencegah perkembangan mikroba berbahaya.
Pada vaksin anak di bawah 6 tahun, thimerosal digunakan selama proses pembuatan. Setelah pembuatan selesai, thimerosal dihilangkan dari vaksin tersebut.
Keputusan untuk menghilangkan thimerosal setelah proses pembuatan vaksin selesai berawal dari keharusan Food and Drug Administration (FDA) untuk menakar jumlah kandungan merkuri pada semua yang berada di bawah naungan FDA, termasuk vaksin.
Berdasarkan itu, Kementerian Kesehatan Amerika Serikat memutuskan untuk menghilangkan sebanyak mungkin thimerosal yang mengandung merkuri pada vaksin. Meskipun pada kenyataannya, tidak ada bukti bahwa thimerosal pada vaksin bisa membahayakan.
Baca Juga: Agar Bisa Dicegah, Cari Tahu Waktu Terbaik Vaksin Cacar Air
Thimerosal Bukan Penyebab Autisme
Foto: Thedailybesat.com
Terkait dengan thimerosal yang disebut-sebut sebagai penyebab autisme, penelitian yang dilakukan CDC menunjukkan bahwa kandungan merkuri pada vaksin yang diberikan kepada anak-anak tidak menyebabkan autisme.
Beberapa penelitian dilakukan dengan metode yang berbeda. Beberapa memeriksa tingkat autisme suatu negara. Mereka juga membandingkan tingkat autisme sebelum dan setelah thimerosal dihilangkan sebagai pengawet dari vaksin.
Hasilnya, di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, jumlah anak yang terdiagnosis autisme tidak turun sejak thimerosal dihilangkan dari vaksin.
Penelitian lain bertajuk Prenatal and Infant Exposure to Thimerosal From Vaccines and Immunoglobulins and Risk of Autism yang diterbitkan oleh American Academy of Pediatrics pada 2010 menyimpulkan bahwa paparan etilmerkuri dari vaksin yang mengandung thimerosal dan preparat imunoglobulin pada bayi tidak tidak terkait dengan peningkatan risiko Autisme Spectrum Disorder (ASD).
Dari penelitian-penelitian tersebut, jelas bahwa tidak ada hubungannya antara thimerosal, vaksin, dan autisme. Nah, Moms dan Dads tidak perlu ragu lagi untuk mengajak Si Kecil imunisasi.
Ingat Moms, mencegah lebih baik daripada mengobati lho!
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.