05 Juni 2024

Alergi Telur pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Pastikan perhatikan pemenuhan asupan nutrisi pada bayi yang alergi telur
Alergi Telur pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Foto: Orami Photo Stock

Alergi telur pada bayi adalah kondisi yang sering kali mengkhawatirkan para orang tua.

Sebagai salah satu alergen makanan yang umum, alergi telur dapat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan Si Kecil.

Penting bagi Moms dan Dads untuk memahami tanda atau gejala alergi telur pada bayi untuk dapat mengatasinya dengan tepat.

Baca Juga: 9 Ciri-Ciri Bayi Alergi Susu Sapi dan Cara Mengatasinya

Gejala Alergi Telur pada Bayi

Melansir jurnal Pediatric Clinics of North America, balita dan anak-anak biasanya mengalami reaksi alergi dalam beberapa menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi telur atau makanan yang mengandung telur.

Gejala alergi ini bisa bervariasi dari reaksi kulit seperti ruam hingga masalah pencernaan.

Dalam kasus yang jarang, reaksi alergi yang lebih serius seperti anafilaksis.

Tingkat Keparahan Alergi Telur pada Bayi

Tingkat keparahan gejala alergi telur pada bayi dapat bervariasi dari ringan hingga berat.

Mengutip Mayo Clinic, tanda-tanda dan gejala anak mengalami alergi telur mulai dari gejala ringan hingga berat, seperti:

1. Ringan:

  • Ruam atau gatal-gatal, sering kali di sekitar mulut atau wajah.
  • Hidung tersumbat atau berair.

2. Sedang:

  • Muntah dan diare
  • Pembengkakan (pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan yang dapat mengganggu pernapasan dan makan).

3. Berat:

  • Anafilaksis

Ini adalah reaksi alergi yang parah dan mengancam jiwa.

Gejalanya termasuk kesulitan bernapas, penurunan tekanan darah, pingsan, atau syok.

Anafilaksis membutuhkan penanganan medis segera.

Baca Juga: 10+ Tanda Bayi Alergi Makanan MPASI Menurut Dokter Anak

Penyebab Alergi Telur pada Bayi

Penyebab Alergi Telur pada Bayi
Foto: Penyebab Alergi Telur pada Bayi (Orami Photo Stock)

Menurut Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy, semua bentuk alergi disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap molekul pemicu alergi tertentu (alergen).

Sistem kekebalan tubuh balita menghasilkan antibodi yang mendeteksi alergen dan menyebabkan reaksi peradangan dan pelepasan zat kimia yang disebut histamin.

Histamin menyebabkan gatal-gatal, demam, dan gejala alergi lainnya.

Baik putih telur maupun kuning telur, bisa menjadi penyebab alergi telur pada balita.

Putih telur dan kuning telur mengandung protein yang dapat memicu reaksi alergi oleh sistem kekebalan tubuh.

Protein pada putih telur yaitu ovomucoid, ovalbumin, ovotransferrin, lisozim. Sementara protein kuning telur adalah livetin, apovitillin, phosvitin.

Putih telur biasanya merupakan penyebab alergi yang lebih umum pada bayi dibandingkan dengan kuning telur.

Tetapi, umumnya balita mengalami alergi putih telur. Tidak hanya telur ayam, Si Kecil juga dapat alergi terhadap telur bebek.

Mengutip Mom Junction, sistem kekebalan bayi bekerja sepanjang waktu untuk melindungi bayi dari parasit, bakteri, dan virus.

Namun, sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang sepenuhnya dibanding orang dewasa.

Penyebab dasar dari alergi telur pada bayi adalah ketidakmampuan sistem kekebalan untuk membedakan protein telur dari patogen penyebab penyakit.

Tubuh Si Kecil melihat protein telur sebagai hal asing dan melakukan serangan dengan melepaskan antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE).

Melansir Children's Hospital of Philadelphia, sel-sel merasakan kehadiran IgE dan melepaskan histamin, mengakibatkan ruam kulit, pilek, yang memperingatkan individu atau orang-orang di sekitar tentang adanya alergi.

Bayi dapat mengalami alergi terhadap segala bentuk telur, baik itu mentah, direbus, dimasak atau bahkan dimasak secara setengah matang.

Selain itu, alergi ini dapat terjadi pada bayi yang disusui jika Moms makan telur.

Faktor Risiko Alergi Telur pada Bayi

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami alergi telur meliputi:

1. Riwayat Keluarga

Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi makanan atau kondisi alergi lainnya seperti asma atau eksim, bayi tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami alergi telur.

2. Usia

Alergi makanan, termasuk alergi telur, lebih umum terjadi pada anak-anak kecil.

Melansir studi di The Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice, prevalensi alergi telur di Amerika sebesar 1,3% pada anak berusia di bawah 5 tahun

Sebagian besar anak-anak dengan alergi telur akan mengatasinya seiring dengan pertambahan usia.

3. Reaktivitas Silang

Bayi yang alergi terhadap makanan lain seperti biji-bijian dan kacang-kacangan berisiko lebih tinggi terkena alergi telur.

Fenomena ini dikenal sebagai reaktivitas silang.

Reaktivitas silang terjadi ketika sistem kekebalan merasakan satu protein terkait erat dengan yang lain.

4. Mengalami Kondisi Dermatitis Atopik

Pada jurnal Immunology and Allergy Clinics of North America, dermatitis atopik merupakan dermatitis kronis, yang biasanya terjadi pada anak usia dini.

Dermatitis atopik pada Si Kecil biasanya muncul pertama kali di usia 3-6 bulan.

Pada bayi yang memiliki kondisi kulit ini lebih mungkin mengembangkan alergi makanan, termasuk telur, daripada anak-anak yang tidak memiliki masalah kulit.

5. Sedang Terserang Penyakit

Bayi yang sedang sakit memang bisa menjadi lebih rentan terhadap munculnya alergi, termasuk alergi telur, meskipun hal ini tidak selalu langsung menjadi faktor risiko.

Saat bayi sedang sakit, sistem kekebalan tubuhnya sedang bekerja keras untuk melawan infeksi atau penyakit.

Kondisi ini bisa mengubah respon kekebalan tubuh terhadap alergen, seperti protein dalam telur.

Penyakit yang menyebabkan peradangan kronis dapat membuat tubuh bayi lebih reaktif terhadap alergen.

Peradangan yang sudah ada dapat memperburuk respon alergi ketika terpapar telur.

Bayi yang memiliki eksim sering kali disarankan untuk menghindari makanan yang dapat memicu atau...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.