
Pernahkah Moms mendengar tentang kondisi yang bernama asfiksia?
Ini terjadi ketika tubuh tidak mendapatkan oksigen dalam jumlah yang cukup. Akibatnya, pernapasan menjadi terganggu.
Bahkan, lebih dari itu, asfiksia juga bisa menyebabkan hilangnya kesadaran hingga kematian, jika tidak segera ditangani.
Yuk, simak pembahasan lengkapnya berikut ini!
Baca Juga: Simak Penyebab dan Cara Mengatasi Tremor, Berbahaya Jika Terjadi dalam Waktu Lama!
Foto: Wanita Sesak Napas (Orami Photo Stock)
Saat bernapas, normalnya tubuh mengambil oksigen dari paru-paru, dan membawanya ke aliran darah.
Kemudian, darah akan mengantarkan oksigen ke berbagai jaringan dan organ tubuh.
Nah, asfiksia adalah kondisi ketika pasokan oksigen dalam tubuh tidak memadai. Jika ini terjadi pada otak, seseorang dapat kehilangan kesadaran dalam hitungan detik.
Bayangkan jika kondisi ini terus berlanjut hingga beberapa menit. Kerusakan otak bisa jadi permanen, bahkan mungkin juga berujung pada hilangnya nyawa.
Oleh karena itu, asfiksia tidak boleh disepelekan.
Foto: Dada Terasa Sesak (Orami Photo Stock)
Sebuah studi pada 2010 di Journal of Emergency Medical Services mengungkapkan bahwa gejala yang umum dialami selama asfiksia adalah:
Seseorang yang mengalami sesak napas mungkin juga memiliki bibir atau kulit yang menjadi agak kebiruan.
Hal ini terjadi karena kadar oksigen yang rendah dalam darah.
Baca Juga: Dada Terasa Panas? Cari Tahu Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Foto: Sakit Asma (Brisbanebulkbillingdoctor.com.au)
Ada banyak hal yang bisa jadi penyebab asfiksia. Berikut ini beberapa di antaranya:
Asma adalah penyakit pada paru-paru yang terkadang membuat sulit bernapas.
Pada beberapa kasus, serangan asma yang parah dapat membuat pasokan oksigen di tubuh menurun dan terjadilah asfiksia.
Tercekik atau strangulasi dapat menyebabkan udara berhenti masuk ke paru-paru. Ini juga dapat memblokir aliran darah ke otak.
Hal ini dapat terjadi ketika tangan, pengikat, atau benda lain meremas tenggorokan dengan kencang.
Salah satu penyebab lain dari asfiksia adalah masuknya benda asing ke tenggorokan. Jika ada benda asing masuk, seseorang bisa mengalami tersedak.
Pada kasus yang parah, tersedak juga bisa membuat seseorang tidak dapat menghirup oksigen.
Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah. Selama anafilaksis, sistem kekebalan melepaskan bahan kimia yang menyebabkan tubuh mengalami syok.
Proses ini dapat menyebabkan saluran udara menyempit dan dapat menyebabkan tenggorokan membengkak. Tanpa perawatan darurat, seseorang dapat mengalami asfiksia.
Hati-hati saat berada di dekat air atau berenang di tempat yang dalam. Sebab, tenggelam dapat menjadi salah satu penyebab asfiksia.
Saat tenggelam, cairan masuk melalui mulut dan hidung. Akibatnya, pasokan oksigen tubuh jadi terputus, dan terjadilah asfiksia.
Asfiksia yang terjadi karena menghirup bahan kimia berbahaya disebut juga asfiksia kimia.
Ketika bahan kimia masuk ke tubuh, pasokan dan penggunaan oksigen bisa jadi terganggu.
Salah satu contoh kasus asfiksia kimia adalah keracunan karbon monoksida.
Jika seseorang menghirup karbon monoksida, ini akan bercampur dengan sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Jika seseorang menghirup terlalu banyak karbon monoksida, darah menjadi tidak mampu membawa oksigen. Hal ini dapat menyebabkan sel-sel di organ vital menjadi terganggu.
Asfiksia sebenarnya adalah kondisi yang bisa terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa kelompok orang yang mungkin berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini, yaitu:
Baca Juga: Efek Buruk Kolesterol Tinggi pada Tubuh, Yuk Jaga Kesehatan!
Ada 2 jenis asfiksia yang mungkin asing, tetapi dapat terjadi, sehingga perlu diwaspadai, yaitu:
Foto: Ibu dengan Bayi Baru Lahir (babycastanonboard.com)
Asfiksia saat melahirkan sering disebut dengan istilah asfiksia perinatal.
Kondisi ini terjadi ketika bayi tidak menerima oksigen yang cukup sebelum, selama, atau setelah proses melahirkan.
Hal ini dapat menyebabkan mereka mengalami kerusakan otak, masalah pernapasan, atau kegagalan organ.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), asfiksia saat melahirkan merupakan salah satu penyebab kematian yang lebih umum pada bayi baru lahir.
Sementara itu, sebuah tinjauan sistematis pada 2014 di Italian Journal of Pediatrics juga membahas mengenai hal ini.
Disebutkan bahwa ada faktor risiko potensial yang dapat menempatkan bayi pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami asfiksia saat melahirkan, yaitu:
Risiko tersebut mungkin juga tergantung pada jumlah kehamilan yang dialami seorang ibu sebelum kehamilan saat ini.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikannya.
Beberapa alasan lain yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia saat melahirkan adalah:
Sebenarnya, asfiksia perinatal sangatlah kompleks dan sulit diprediksi, apalagi dicegah.
Perawatan yang bisa diberikan dokter akan tergantung pada kesehatan bayi secara keseluruhan, tingkat keparahan kondisi, dan toleransi mereka terhadap pengobatan.
Selama persalinan, jika dokter dan petugas medis mencurigai ada risiko asfiksia perinatal, mereka dapat memberikan oksigen tambahan.
Prosedur ini bbisa diberikan kepada ibu yang melahirkan atau melakukan persalinan caesar.
Jika bayi tidak bernapas setelah lahir, mereka mungkin memerlukan bantuan ventilasi dan pengobatan. Ini untuk membantu mereka bernapas dan mengontrol tekanan darahnya.
Baca Juga: Mengenal Penyakit CIPA yang Membuat Penderitanya Tidak Merasakan Sakit
Foto: Pasangan Romantis di Ranjang (pexels.com/Ketut Subiyanto)
Asfiksia autoerotik mengacu pada tindakan seksual di mana seseorang memotong suplai oksigen mereka untuk meningkatkan kepuasan seksual.
Orang yang mencoba ini cenderung menggunakan benda untuk menyebabkan sesak napas.
Misalnya, mereka mungkin mengikatkan tali di leher mereka saat masturbasi.
Ini menghentikan aliran darah ke otak dan dapat menciptakan sensasi yang menyenangkan, yang dapat meningkatkan sensasi ketika orgasme.
Asfiksia jenis ini sebenarnya mudah dicegah dengan menyadari pentingnya oksigen bagi tubuh.
Juga menghindari aktivitas seksual yang berpotensi berbahaya bagi keselamatan jiwa.
Foto: Wanita Terbaring di Rumah Sakit (manometcurrent.com)
Tergantung pada penyebab spesifik dari asfiksia, pengobatan yang dilakukan dapat bervariasi.
Beberapa perawatan untuk kondisi ini termasuk resusitasi jantung paru (RJP) dan terapi oksigen.
Jika seseorang menjadi tidak sadarkan diri karena sesak napas, jantungnya mungkin berhenti berdetak.
Ketika seseorang memberikan RJP, mereka pada dasarnya mengambil peran jantung dan paru-paru, membantu darah dan oksigen bergerak ke seluruh tubuh.
Selama terapi oksigen, seseorang memakai masker di hidung dan mulut mereka atau hanya selang di hidung mereka.
Masker atau tabung dipasang pada silinder yang menyediakan udara yang mengandung lebih banyak oksigen dari biasanya.
Baca Juga: 10 Tips Menjalani Pola Hidup Sehat di Rumah Yuk, Terapkan!
Foto: Wanita Tersedak (mydr.com.au)
Pencegahan asfiksia juga dapat bervariasi tergantung pada penyebabnya. Berikut ini beberapa tips pencegahan terhadap penyebab asfiksia tertentu:
Tercekik adalah salah satu hal yang bisa jadi penyebab asfiksia. Jadi, cobalah untuk menghindari hal ini.
Misalnya dengan mempelajari beberapa teknik pertahanan diri untuk melepaskan diri dari cekikan.
Hindari memasukkan benda atau makanan yang terlalu besar ke dalam mulut.
Pada anak-anak, Moms bisa melakukan tindakan pencegahan dengan menjauhkan benda-benda kecil dari jangkauan anak-anak.
Menguasai teknik berenang sangat penting untuk menyelamatkan diri di situasi genting seperti tenggelam.
Jika Moms belum bisa berenang, pertimbangkanlah untuk mengambil kursus renang.
Jika merasa memiliki alergi terhadap sesuatu, pastikan untuk selalu membawa obat-obatan yang diperlukan ke mana pun Moms pergi.
Hal ini untuk mencegah terjadinya syok anafilaktik yang bisa menyebabkan asfiksia.
Bahan kimia bisa membahayakan dan menyebabkan asfiksia jika dihirup terlalu banyak.
Oleh karena itu, sangat penting untuk berhati-hati dengan semua bahan kimia yang digunakan sehari-hari, termasuk:
Baca Juga: Indeks Glikemik, Ternyata Sangat Berpengaruh pada Gula Darah, lho!
Itulah pembahasan lengkap mengenai asfiksia. Dapat diketahui bahwa kondisi ini bisa berbahaya dan mengancam nyawa.
Jadi, penting untuk selalu berhati-hati dalam situasi apa pun. Sebab, kondisi dan situasi tertentu dapat menempatkan seseorang pada risiko asfiksia yang lebih tinggi.