Mengenal Batik Parang Lereng, dari Sejarah hingga Jenisnya!
Pada acara pernikahan Kaesang dan Erina, terdapat salah satu larangan yang harus diperhatikan oleh tamu undangan, yaitu tidak boleh menggunakan batik Parang Lereng.
Penyelenggara acara dan pihak keluarga mengimbau agar para tamu undangan tidak menggunakan batik Parang Lereng padahal menjadi salah satu motif batik Solo yang terkenal.
Motif ini memiliki ciri khas seperti susunan huruf S yang saling jalin-menjalin dari tinggi ke rendah dan membentuk garis-garis diagonal.
Meski menjadi salah satu motif batik yang terkenal dan cukup populer di Indonesia, apakah Moms mengetahui makna dari batik ini?
Lalu, kenapa, ya, tidak boleh digunakan saat acara pernikahan?
Jika belum mengetahuinya, yuk simak informasi lengkapnya di bawah ini.
Baca Juga: 8 Cara Membuat Kopi Susu Kekinian, Mudah dan Lebih Hemat!
Sejarah Batik Parang Lereng
Motif batik Parang Lereng diciptakan oleh Panembahan Senopati dan terinspirasi dari pergerakan ombak di Laut Selatan.
Namun, motif ini dibatasi dalam penggunaannya, hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan.
Pembatasan ini pertama kali diberlakukan pada tahun 1785 pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta.
Masyarakat biasa tidak diizinkan memakai batik Parang Lereng.
Sekretaris Umum Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Murdijati Gardjito, menjelaskan bahwa bukan hanya Batik Parang Lereng yang tunduk pada pembatasan ini.
Motif lain seperti batik Kawung, Udan Liris, dan Parang Barong juga hanya boleh dikenakan oleh golongan tertentu.
Ada variasi lain dari motif batik Parang yang hanya diperbolehkan bagi keturunan raja atau sultan, serta istri para pangeran dan patih.
Motif tersebut adalah batik Parang Rusak Gendreh.
Selain itu, ada juga motif Batik Parang Rusak Klitik yang digunakan oleh istri dan selir dari para putra mahkota.
Baca Juga: Mengenal Kain Sasirangan, Kain Khas Kalimantan Selatan
Makna Batik Parang Lereng
Menjadi salah satu batik Solo yang terkenal, batik Parang Lereng memiliki makna yang tinggi dan mempunyai nilai filosofi tinggi.
Faktanya, batik Parang Lereng merupakan salah satu motif batik yang tertua dari jajaran motif batik Jawa lainnya.
Secara garis besar, batik Parang Lereng ini memiliki makna tidak mudah menyerah.
Hal ini terlihat dari motifnya yang menyerupai ombak laut yang tidak berhenti bergerak.
Kemudian, motifnya yang terjalin tidak putus juga menggambarkan bahwa seseorang dapat memperbaiki diri dan tidak menyerah untuk kehidupan yang lebih sejahtera.
Batik Parang Lereng juga dipercaya sebagai motif batik yang memiliki hubungan untuk kesejahteraan dan pribadi diri yang baik.
Selain itu, garis diagonal dalam batik ini juga memiliki arti sebagai penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan.
Batik Parang Lereng biasanya digunakan untuk acara pembukaan atau acara-acara resmi keraton lainnya.
Baca Juga: Sinopsis Like & Share, Film Arawinda dan Aurora Ribero soal Kehidupan Gelap Remaja!
Jenis-Jenis Batik Parang
Motif batik Parang memiliki beberapa jenis, di antaranya adalah:
- Parang Rusak
Jenis batik Parang yang pertama adalah Parang Rusak.
Motif ini diciptakan Penembahan Senopati saat bertapa di Pantai Selatan.
Batik Parang Rusak merupakan motif yang terinspirasi dari ombak yang tidak pernah lelah menghantam karang pantai.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.