12 Desember 2023

Biografi Malahayati, Laksamana Perempuan Pertama di Dunia

Simak perjuangannya melawan penjajah!
Biografi Malahayati, Laksamana Perempuan Pertama di Dunia

Biografi Malahayati sangat menarik untuk dibahas.

Malahayati, atau Keumalahayati, adalah seorang laksamana laut perempuan pertama di Indonesia yang lahir di Aceh Besar pada tahun 1550.

Ia berasal dari keluarga bangsawan dan mendapat pendidikan istana saat masih muda.

Berkat keberaniannya, Malahayati mendapat gelar Laksamana dan dikenal karena perlawanannya terhadap penjajah Belanda dan Portugis pada abad ke-16 M.

Salah satu momen terkenal adalah ketika ia berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam sebuah pertempuran di perairan Aceh.

Ingin tahu biografi Malahayati selengkapnya? Simak sampai akhir, ya!

Baca Juga: Biografi Adam Malik, Salah Satu Pelopor Pembentukan ASEAN

Kehidupan Awal

Laksamana Malahayati
Foto: Laksamana Malahayati (Pinterest.com)

Sebagai keturunan pendiri Kesultanan Aceh, dia memiliki semangat juang yang tinggi.

Kakek tercintanya, Laksamana Muhammad Said Syah, adalah putra Sultan Salahuddin Syah.

Sultan Salahuddin Syah adalah putra Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah, pendiri Kesultanan Aceh Darussalam.

Terlahir dari keluarga seorang laksamana, Keumalahayati menyadari semangat juangnya yang menggebu.

Dia memutuskan untuk memperdalam pengetahuannya dengan belajar di Akademik Mahad Baitul Maqdis. Meskipun wanita, dia membuktikan bakat terbaiknya di bidang militer dan lulus sebagai yang terbaik.

Dalam biografi Laksamana Malahayati, dia bertemu dengan pria idamannya yang ternyata merupakan seniornya sendiri ketika belajar di akademi.

Pria tersebut adalah Mahad Baitul Maqdis, yang kemudian menjadi panglima protokol istana. Setelah lulus, mereka menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga biasa.

Pasangan ini tetap berkomitmen untuk menjaga keamanan Kerajaan dari gangguan eksternal.

Sayangnya, suaminya gugur di medan pertempuran saat melawan Portugis di Teluk Haru.

Meskipun Kerajaan Darussalam memenangkan pertempuran, banyak korban termasuk suaminya yang tewas.

Baca Juga: Biografi Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi Korban G30S PKI

Malahayati, Laksamana Wanita Pertama di Dunia

Malahayati pertama kali melawan kolonialisme Portugis dalam sebuah pertempuran di perairan Teluk Haru dekat Selat Malaka pada tahun 1586.

Armada perang Kesultanan Aceh berusaha mencegat kapal-kapal perang Portugis dan berhasil memukul mundur mereka, namun sayangnya suaminya gugur dalam pertempuran tersebut.

Malahayati tidak dapat menerima kehilangan suaminya dan bersumpah untuk membalas dendam serta melanjutkan perjuangan yang telah dimulai oleh suaminya.

Ia menggantikan posisi Laksamana Tuanku Mahmuddin yang telah meninggal.

Sultan Riayat Syah memberikan Malahayati pangkat laksamana, menjadikannya perempuan pertama di dunia yang memegang pangkat tersebut.

Malahayati memiliki rencana besar untuk membangun sebuah armada tempur laut yang terdiri dari prajurit perempuan.

Pasukan ini diberi nama Inong Balee dan terdiri dari sekitar 2.000 orang, yang semuanya adalah janda dari prajurit yang gugur dalam pertempuran melawan Portugis.

Dengan kemampuan yang dia peroleh selama belajar di Mahad Baitul Maqdis dan pelatihan dari instruktur perang yang tangguh dari Turki, Malahayati melatih Inong Balee menjadi pasukan tempur yang sangat disegani.


Sultan Aceh juga memberikan pasukan Inong Balee 100 kapal perang berukuran besar, masing-masing dapat menampung 400 pasukan.

Pasukan Inong Balee terlibat dalam berbagai pertempuran melawan Portugis dan Belanda, tidak hanya di Selat Malaka, tetapi juga di pantai timur Sumatra dan Malaya.

Mereka juga membangun Benteng Inong Balee di sebuah perbukitan dekat pesisir Teluk Lamreh, Krueng Raya, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Benteng ini menjadi pusat pelatihan tempur Inong Balee dan tempat perlindungan pertama yang sepenuhnya dibangun oleh kaum perempuan tersebut.

Ini dengan tembok setinggi sekitar 100 meter yang cukup kuat untuk menahan serangan musuh.

Pasukan Malahayati juga memiliki misi khusus untuk mengamankan jalur laut perdagangan Kesultanan Aceh dan mengawasi pelabuhan-pelabuhan samudra Aceh.

Pada tanggal 21 Juni 1599, dua kapal Belanda, de Leeuw dan de Leeuwin, yang membawa pasukan perang di bawah pimpinan dua bersaudara Cornelis dan Frederik de Houtman, mencoba untuk bersandar di pelabuhan Aceh Besar.

Namun, mereka tidak mendapat izin dari Sultan dan tertahan di atas kapal di tengah laut karena perilaku mereka yang tidak disukai oleh masyarakat setempat.

Baca Juga: Biografi Ratna Sari Dewi, Istri Soekarno Berdarah Jepang

Peristiwa Mengalahkan Cournelis de Houtman

Kapal Cornelis de Houtman
Foto: Kapal Cornelis de Houtman (Indonesiancultures.com)

Laksamana Malahayati dan pasukannya, Inong Balee, telah menunggu dengan sangat siap.

Sultan kemudian memerintahkan Laksamana Malahayati untuk mengusir kedua kapal Belanda tersebut.

Pertempuran di laut pun tak dapat dihindari. Pasukan Inong Balee berhasil menghancurkan kedua kapal dagang tersebut.

Pada tanggal 11 September 1599, dalam sebuah duel satu lawan satu di atas kapal musuh, Laksamana Malahayati berhadapan dengan Cornelis. Nyawa Cornelis pun melayang oleh rencong Malahayati.

Sebagaimana yang diceritakan oleh sejarawan Marie van C Zeggelan dalam bukunya Oude Glorie yang diterbitkan pada tahun 1935, Belanda mengalami banyak kerugian.

Tidak hanya memiliki keahlian sebagai panglima perang di laut, Malahayati juga dikenal sebagai seorang diplomat yang cakap.

Pemerintah Belanda mengusulkan pembebasan tawanan perang mereka yang ditahan oleh Kesultanan Aceh, termasuk Frederik de Houtman.

Sultan kemudian mengutus Malahayati untuk berunding dengan pihak Belanda.

Namun, dia menetapkan satu syarat, yaitu bahwa Belanda harus membayar ganti rugi atas kerugian yang mereka timbulkan selama perang demi membebaskan para prajurit yang dipenjara.

Malahayati juga diberi kepercayaan untuk menerima utusan khusus dari Ratu Elizabeth I yang bernama James Lancaster, seorang pedagang besar pada masanya.

Pada tanggal 5 Juni 1602, Lancaster mengunjungi Aceh dengan kapalnya, Red Dragon.

Ia menyampaikan niatnya kepada Malahayati untuk membeli rempah-rempah Aceh, seperti yang dilakukannya saat mengunjungi Maluku dan Banten.

Misi tersebut berjalan sukses karena Malahayati setuju dengan tawaran Lancaster bahwa mereka hanya ingin berdagang dan bukan berperang.

Malahayati wafat pada tahun 1615 dan dimakamkan di dekat bentengnya di Desa Lamreh, Krueng Raya.

Pada tanggal 9 November 2017, Presiden Joko Widodo menetapkan Malahayati sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 115/TK/Tahun 2017.

Baca Juga: 20+ Link Twibbon Hari Ibu, Yuk Ungkapkan Cinta untuk Ibu!

Itulah kisah perjuangan Laksamana Malahayati, pejuang wanita yang tangguh di medan tempur.

  • https://indonesia.go.id/kategori/budaya/7359/malahayati-laksamana-perempuan-pertama-di-dunia?lang=1
  • https://www.biografiku.com/biografi-laksamana-malahayati/
  • https://budaya.jogjaprov.go.id/berita/detail/1257-laksamana-malahayati-perempuan-pejuang-yang-berasal-dari-kesultaan-aceh

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb