
Scroll untuk melanjutkan membaca
Cacingan dapat terjadi tanpa disadari dan bisa menyebabkan cutaneous larva migrans.
Moms tak ada salahnya untuk selalu menjaga kebersihan tangan maupun kaki saat beraktivitas.
Apalagi anak-anak memang kerap main kotor-kotoran.
Hal ini karena bisa menyebabkan cacing masuk ke jari tangan atau kaki dan menyebabkan cutaneous larva migrans.
Meskipun cutaneous larva migrans bisa diobati, tetapi tidak menutup kemungkinan akan mengalami komplikasi serius, seperti penyakit loffler atau penumpukan infiltrat dan eosinofil pada paru-paru.
Untuk mencegahnya, yuk ketahui lebih lanjut mengenai cutaneous larva migrans di bawah ini!
Cutaneous larva migrans adalah gangguan kesehatan pada kulit yang disebabkan oleh parasit cacing tambang.
Cacing ini hidup dan bertelur di usus hewan, seperti kucing, anjing, domba, serta kuda.
Melansir StatPearls Journal, penularan pada manusia bisa disebabkan karena seseorang tidak sengaja terpapar oleh parasit yang menempel pada kulit akibat paparan benda yang lembap.
Tidak hanya itu, parasit banyak ditemukan pada feses hewan sehingga penyebaran terjadi ketika seseorang tidak sengaja mengalami kontak langsung dengan feses hewan yang terkontaminasi.
Umumnya, saat feses hewan terpapar langsung dengan kulit manusia, larva menembus permukaan kulit melalui folikel rambut, adanya luka pada kulit bahkan kulit yang sehat.
Namun, larva hanya mampu menembus hingga bagian dermis, sehingga gejala yang ditimbulkan muncul pada lapisan luar kulit saja.
Cutaneous larva migrans dapat menyerang siapa saja. Namun, umumnya kondisi ini lebih sering dialai oleh anak-anak karena kebiasaan mereka bermain di luar ruangan.
Baca Juga: 8 Tips Melakukan Posisi Seks Woman on Top saat Bercinta untuk Mencapai Orgasme Maksimal
Kondisi cutaneous larva migrans umumnya menimbulkan gejala yang tergolong ringan, bahkan tidak terdeteksi.
Gejala cutaneous larva migrans biasanya muncul 1 sampai 5 hari setelah infeksi, meski terkadang butuh waktu lebih lama.
Gejala umum meliputi:
Cutaneous larva migrans muncul sebagai lesi merah yang memiliki pola seperti ular. Ini karena pergerakan larva di bawah kulit. Lesi bisa berukuran hingga 2 sentimeter dalam sehari.
Meski lesi dapat muncul di bagian tubuh mana pun, tetapi bagian tubuh yang sering terpapar tanah atau pasir seperti kaki memiliki risiko lebih tinggi.
Lesi yang terbentuk akibat cutaneous larva migrans akan terasa sangat gatal.
Hal tersebut biasanya membuat pengidap cenderung menggaruk kulitnya.
Jika dibiarkan, kulit bisa saja rusak dan meningkatkan risiko infeksi bakteri sekunder.
Setelah 1 minggu apabila tidak ditangani, larva tersebut akan berkembang dan menyebar ke paru-paru dan usus kecil sehingga timbul gejala batuk, napas pendek, hingga anemia.
Terkadang larva tersebut tidak menimbulkan gejala hingga 1 tahun dan beresiko menimbulkan infeksi lainnya yang lebih berat.
Baca Juga: Review Minyak Telon My Baby oleh Moms Orami, Melindungi Si Kecil dari Gigitan Nyamuk!
Penularan umumnya terjadi ketika seseorang berjalan tanpa alas kaki di area yang terkontaminasi cacing tersebut.
Sebuah penelitian Clinical Medicine, mengatakan bahwa ketika terinfeksi akan muncul sensasi kesemutan atau tusukan dalam waktu 30 menit.
Larva dapat tertidur selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah menginfeksi.
Mereka bisa saja langsung meninggalkan jejak seperti ular selebar 2-3 milimeter yang membentang sepanjang 3-4 sentimeter.
Sejumlah gejala tersebut disebabkan oleh banyak jenis cacing tambang, seperti:
Cacing tambang yang ditemukan pada feses anjing dan kucing liar di AS tengah dan selatan, Amerika Tengah dan Selatan, serta Karibia.
Cacing tambang yang ditemukan pada feses anjing di Australia.
Cacing tambang yang ditemukan pada feses anjing di Eropa.
Cacing tambang yang ditemukan pada feses sapi.
Larva cacing ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia ketika seseorang duduk, berbaring, atau berjalan tanpa alas kaki di tanah atau pasir yang terkontaminasi.
Karenanya, cutaneous larva migrans lebih berisiko terjadi pada orang yang sering kontak dengan tanah atau pasir, seperti:
Baca Juga: 10 Nama-nama Gerakan Olahraga Anak SD untuk Latih Ketangkasan, Kelenturan, dan Kekuatannya
Gejala dan keluhan yang disebabkan oleh cutaneous larva migrans bisa mirip dengan gangguan atau kelainan kulit lainnya.
Dengan begitu, untuk menentukan seseorang mengalami kondisi ini, dokter akan melakukan beberapa diagnosis, seperti:
Dokter akan menanyakan gejala dan faktor risiko pasien.
Seperti, apakah pasien memiliki pekerjaan atau aktivitas yang sering kontak dengan tanah atau pasir dan tanpa menggunakan alas kaki atau pelindung.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada kulit pasien.
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi jumlah larva yang terdapat pada lapisan epidermis kulit.
Punch biopsy dilakukan dengan mengambil sampel sebesar 4 mm pada kulit yang mengalami cutaneous larva migrans.
Prosedur biopsi ini dilakukan menggunakan alat khusus, berbentuk seperti tabung kecil dengan bagian tajam pada ujungnya.
Hal ini untuk mengambil jaringan kulit dengan diameter tertentu sehingga jaringan kulit yang terambil akan berbentuk lingkaran.
Dermoscopy juga dilakukan untuk membantu memastikan diagnosis cutaneous larva migrans.
Pemeriksaan ini menggunakan alat genggam khusus yang disebut dermatoskop.
Mirip dengan kaca pembesar, dermatoskop dapat memperbesar serta menerangi area yang diamati.
Nantinya, struktur kulit yang tidak terlihat dengan mata telanjang akan terlihat jelas di dermatoskop.
Jika tidak ditangani dengan benar, cutaneous larva migrans dapat memicu komplikasi berupa:
Baca Juga: Ini Kisah Nabi Syu'aib a.s yang Hidup Berdakwah untuk Kaum Madyan
Penyakit cutaneous larva migrans umumnya dapat sembuh sendiri, namun membutuhkan waktu 5–6 minggu.
Namun, rasa gatal yang sangat parah membuat infeksi ini perlu segera ditangani.
Pertama-tama, dokter biasanya akan menyemprotkan larutan etil klorida ke kulit pasien untuk mengurangi rasa gatal akibat cutaneus larva migrans.
Bila gatal masih berlanjut, dokter juga akan memberikan obat golongan antihistamin.
Di samping itu, dokter akan meresepkan obat untuk membunuh cacing.
Berikut adalah jenis-jenis obat yang mungkin diberikan dokter:
Ivermectin merupakan pilihan utama dalam pengobatan cutaneus larva migran.
Untuk mengatasi infeksi cacing, ivermectin bekerja dengan cara melumpuhkan dan membunuh larva cacing yang ada di tubuh.
Obat ini juga bisa menekan dihasilkannya mikrofilaria.
Dengan begitu, jumlah cacing yang menginfeksi tubuh akan berkurang.
Obat ini juga diduga memiliki efek antiradang dan kemampuan untuk menghambat protein khusus yang diperlukan virus untuk menyerang tubuh.
Namun, obat ini tidak disarankan untuk anak-anak.
Ivermectin cukup diminum 1 kali selama masa pengobatan.
Albendazole juga bisa membunuh cacing dan dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan gula pada tubuh cacing.
Hal ini menyebabkan cacing kehilangan sumber energi dan akhirnya mati.
Obat ini dikonsumsi 1 kali sehari selama 5 hari berturut-turut.
Meskipun jarang terjadi, albendazole bisa menyebabkan efek samping berupa sakit perut.
Baca Juga: 5 Manfaat Buah Kundur dan Cara Mengolahnya untuk Dikonsumsi, Bagus untuk Pencernaan
Tiabendazole bisa menjadi alternatif bila pilihan lain tidak tersedia.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim fumarat reduktase yang diperlukan oleh cacing untuk tumbuh dan berkembang, serta menghambat produksi dan pertumbuhan telur cacing.
Obat ini diminum 2 kali sehari selama 2 hari berturut-turut.
Dibandingkan dengan albendazole, obat ini memiliki lebih banyak efek samping, seperti mual, nyeri perut, dan muntah.
Mebendazole merupakan obat pembasmi cacing (antihelmintik).
Obat ini bekerja dengan cara mencegah cacing menyerap gula.
Akibatnya, cacing akan kehilangan sumber energi dan akhirnya mati.
Perlu diingat bahwa mebendazole hanya membunuh cacing dewasa, tetapi tidak membunuh telur cacing.
Oleh karena itu, pengobatan dengan mebendazole harus diikuti dengan usaha untuk mencegah infeksi berulang.
Dosis dewasa dapat dikonsumsi satu tablet (100 mg) atau 5 mL cairan sirup dua kali sehari selama 3 hari berturut-turut, atau satu tablet (500 mg) sebagai dosis tunggal.
Cutaneus larva migran termasuk penyakit cacing yang mudah diobati.
Namun, gatal-gatal yang terjadi pada kondisi ini bisa amat mengganggu, bahkan bisa berujung pada komplikasi.
Bila bagian yang gatal digaruk terlalu kuat hingga terluka, dapat terjadi infeksi bakteri pada luka tersebut, terutama bila penderita tidak menjaga kebersihan.
Selain itu, cacing tambang juga bisa masuk ke dalam aliran darah dan menginfeksi organ tubuh lainnya.
Oleh karena itu, hindari infeksi cacing ini dengan selalu memakai alas kaki setiap pergi ke luar rumah dan hindari kontak langsung dengan tanah atau pasir yang mungkin sudah terkena kotoran hewan.
Baca Juga: Facial Cleanser: Manfaat, Jenis, dan Rekomendasi Produk untuk Semua Jenis Kulit
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya cutaneous larva migrans, antara lain:
Itu dia Moms penjelasan mengenai cutaneous larva migrans.
Jika terdapat gejala tersebut, segera periksakan diri ke rumah sakit terdekat. Jangan sampai penyakit berkembang menjadi semakin parah
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.