01 Desember 2023

Disleksia pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Disleksia merupakan gangguan belajar yang ditandai kesulitan membaca, menulis, dan bicara
Disleksia pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Disleksia adalah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, mengeja, menulis, dan berbicara.

Gangguan ini bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa. Sebagai contoh, penderita disleksia mungkin melihat huruf “d” sebagai huruf “b”.

Selain itu, penderitanya juga kesulitan mengucapkan kata-kata, meski ia tahu cara membacanya.

Disleksia adalah gangguan belajar khusus yang melibatkan kesulitan membaca.

Tanpa diagnosis dan instruksi yang tepat, kondisi ini dapat menyebabkan frustrasi, kegagalan sekolah, dan rendah diri.

Untuk menambah wawasan tentang penyebab, gejala dan cara mengatasi disleksia pada anak perhatikan poin-poin penting berikut, Moms!

Baca Juga:Sakit Kepala Sampai ke Mata, Ini Kata Dokter Spesialis

Gejala Disleksia pada Anak

Anak Kesulitan Belajar
Foto: Anak Kesulitan Belajar (Freepik.com/jcomp)

Gangguan belajar ini sulit untuk didiagnosa karena tidak berdampak secara fisik pada penderitanya.

Apalagi, tidak ada perangkat khusus yang digunakan oleh para ahli dalam mendiagnosa kondisi tersebut. Karena itu, banyak penderita yang akhirnya tidak terdiagnosa.

Pada usia prasekolah, anak mulai belajar mengenal huruf dan kata.

Itu sebabnya, sebagaimana dijelaskan dalam laman The Yale Center for Dyslexia & Creativity, gejala disleksia balita akan lebih terlihat di periode ini.

Tanda dan gejalanya mungkin sulit dikenali sebelum anak mulai masuk sekolah, tetapi beberapa perilaku menunjukkan Si Kecil menderita disleksia.

Tingkat keparahan bervariasi, tetapi kondisinya sering menjadi nyata saat seorang anak mulai memasuki tahap belajar.

Beberapa gejala yang mungkin dapat dilihat antara lain sebagai berikut:

  • Kesulitan memahami (dan mengingat) nama-nama huruf dalam alfabet.
  • Kesulitan mengingat huruf-huruf dalam nama sendiri.
  • Sering terbalik atau keliru mengucapkan kata-kata yang sering didengar sehari-hari.
  • Tidak mengenali pola kata berima, seperti “gelas-kelas”, “buku-kuku”, dan sebagainya.
  • Terdapat riwayat disleksia atau gangguan belajar lain di keluarga.
  • Terlihat mengalami kesulitan dalam berbicara dan pengucapan.
  • Tidak mengaitkan huruf dengan cara penyebutannya (misalnya, huruf “p” bunyinya “pe” atau “pa”).
  • Kidal atau tidak terampil jika hanya menggunakan satu tangan.
  • Bingung membedakan sisi kanan dan kiri.
  • Tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.

Anak yang memiliki masalah disleksia sering disalahartikan sebagai lambat atau malas belajar.

Menurut Maryanne Wolf, Ed.D., direktur Center for Reading and Language Research di Tuft University di Medford, Massachusetts, banyak sekolah dan orang tua belum memahami penyakit ini.

Hal ini menyebabkan kesulitan dalam pengenalan dan penanganan gangguan tersebut.

Padahal, anak dengan gangguan disleksia memiliki tingkat kecerdasan normal seperti anak sebayanya.

Baca Juga: Bahayakah Minum Susu setelah Minum Obat? Ini Kata Dokter!

Penyebab Disleksia pada Anak

Bayi Usia 1 Tahun
Foto: Bayi Usia 1 Tahun (Parenting.firstcry.com)

Gejala disleksia pada anak bisa dideteksi sejak usia 1–2 tahun, tepatnya saat anak mulai belajar mengucap kata-kata.

Dikutip dari situs jurnal Paediatric Child Health, bayi yang lahir dengan bobot di bawah 1500 gram lebih berisiko mengalami disleksia.

Anak yang pada usia 15 bulan belum mampu mengucap kata pertamanya, atau pada usia 2 tahun belum mengucap frasa pertamanya, disebut berisiko tinggi mengalami gangguan ini.

Penyebab penyakit ini bahkan dokter dan peneliti spesialis tidak tahu pasti apa yang menyebabkan disleksia.

Beberapa bukti menunjukkan kemungkinan bahwa kondisi ini bersifat genetik, seperti yang sering terjadi pada keluarga.

Namun, tampaknya ada dua faktor utama selain genetik, yakni adanya gangguan fungsi otak.

Kondisi tersebut bermula dari perbedaan bagian otak yang mengolah bahasa.

Baca Juga: Ibu Hamil Sering Gerah dan Berkeringat, Ini Kata Dokter!

Pemindaian pencitraan pada penderita disleksia menunjukkan bahwa area otak yang seharusnya aktif saat seseorang membaca tidak berfungsi dengan baik.

Dokter mata Jerman abad ke-19 Rudolf Berlin, tidak dapat menemukan apa pun yang salah dengan penglihatan pasien-pasiennya yang kesulitan membaca.

Dia berspekulasi bahwa masalahnya pasti ada hubungannya dengan anatomi otak.

Itulah yang diyakini oleh para ilmuwan saat ini, penyebab penyakit ini adalah struktur otak.

Bersama dengan genetika, hal-hal yang terjadi pada otak mungkin menuntun seseorang untuk mengalaminya.

Sebab, pada otak orang-orang dengan disleksia, ahli saraf telah melihat berkurangnya aktivitas dan berkurangnya materi abu-abu di daerah otak kiri.

Para peneliti memperkirakan, bahwa seorang anak dengan orang tua yang terkena memiliki peluang 40 hingga 60 persen untuk memiliki penyakit ini.

Risikonya lebih tinggi jika kerabat juga memilikinya.

Meski begitu, genetik dan gangguan otak bukanlah satu-satunya penyebab.

Ada stresor lingkungan, seperti kesehatan Moms selama kehamilan, yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami disleksia secara genetik.

Stresor yang dimaksud misalnya bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, Moms terpapar obat-obatan, alkohol, atau nikotin saat hamil.

Menurut Asosiasi Disleksia Internasional, studi pencitraan otak yang dilakukan pada individu dengan...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb