Perbedaan Fakir dan Miskin Beserta Penjelasan Kriterianya
Fakir dan miskin sering digabungkan dalam pengucapan. Namun, apa perbedaan fakir dan miskin sebenarnya?
Meski mirip, ternyata 2 istilah ini sangat berbeda, lho!
Baik fakir maupun miskin, termasuk ke dalam 2 golongan yang berhak menerima zakat fitrah menurut ajaran Islam.
Meski sering disandingkan, ternyata kedua istilah ini memiliki perbedaan, lho!
Nah, sebelum membahas perbedaan antara keduanya, lebih baik simak dulu pengertian fakir dan miskin melalui artikel berikut.
Baca Juga: 7 Doa Dijauhkan dari Masalah dan Kesulitan Hidup, Amalkan!
Pengertian Fakir
Dalam Alquran sendiri, kata fakir memang tidak dijelaskan secara gamblang.
Namun, kata akarnya yaitu faqr disebutkan sebanyak 14 kali dalam Alquran.
Kata fakir berasal kata faqrun yang berarti orang yang tulang punggungnya patah atau dengan kata lain orang tersebut memiliki beban hingga tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
Kalau secara istilah, fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan, sehingga tidak bisa mencukupi kehidupannya, yaitu:
- Sandang
- Pangan
- Papan
Arti Fakir Berdasarkan Pendapat Ulama
Kalau berdasarkan pendapat beberapa ulama, fakir memiliki arti yang berbeda-beda, yaitu:
1. Syafi'i
Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan usaha atau mempunyai harta atau usaha yang kurang dari setengah kecukupannya.
Selain itu, mereka juga tidak memiliki orang yang berkewajiban menanggung belanjanya.
2. Hanafi
Fakir adalah orang yang mempunyai harta kurang dari senisab atau mempunyai senisab atau lebih, tapi habis untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Hambali
Fakir ialah orang yang tidak memiliki harta atau mempunyai harta tapi kurang dari setengah keperluannya.
4. Maliki
Fakir merupakan orang yang mempunyai harta, namun tidak mencukupi untuk keperluannya dalam masa satu tahun.
Fakir juga merupakan orang yang memiliki penghasilan tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.
Baca Juga: 7+ Pintu Rezeki yang Tertulis dalam Alquran, Yuk Buka dan Raih Berkahnya!
Pengertian Miskin
Sementara, kata miskin disebutkan dalam Alquran lebih dari 33 kali.
Berasal dari bahasa aslinya yaitu Arab, kata miskin diambil dari kata sakana yang memiliki arti diam atau tenang.
Nah, kalau secara istilahnya miskin adalah orang yang memiliki harta dan pekerjaan, namun tidak bisa mencukupi kebutuhan primernya.
Lebih gampangnya, miskin adalah orang yang hanya dapat mencukupi ½ atau lebih dari seluruh kebutuhan pokok dirinya dan orang-orang yang jadi tanggungannya.
Orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya ialah anak dan istri.
Allah SWT berfirman:
أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَٰكِينَ يَعْمَلُونَ فِى ٱلْبَحْرِ فَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا
"Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera," (QS. Al-Kahfi: 79).
Allah menyebutkan, meski memiliki kapal, mereka masih masuk ke dalam kategori miskin.
Baca juga: 9 Cara Mendidik Anak Laki-Laki Menurut Islam, Yuk Ikuti!
Perbedaan Fakir dan Miskin
Berdasarkan pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa fakir lebih membutuhkan dibandingkan orang miskin.
Dalam The United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), mazhab Syafi'i menggambarkan fakir adalah orang yang tidak memiliki apa-apa.
Perbedaan fakir dan miskin yang paling jelas dan mendasar adalah dari tingkat kekurangan material.
Biasanya, tingkat kekurangan material pada seseorang yang disebut fakir sangat tinggi.
Mereka sering kali tidak memiliki harta benda atau sumber daya material sama sekali.
Dalam beberapa konteks, kefakiran dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kemiskinan ekstrem.
Sementara orang yang miskin mungkin masih memiliki beberapa aset atau sumber daya material.
Tetapi, material tersebut bisa jadi tidak cukup untuk memenuhi standar kehidupan yang layak atau stabil.
Tingkat kekurangannya mungkin beragam, dari rendah hingga tinggi, tetapi umumnya tidak setinggi kefakiran.
Perbedaan Fakir dan Miskin dalam Pemberian Zakat
Hadits dan ayat Alquran tentang akhlak memang menjadi pedoman umat muslim dalam menjalani kehidupan. Tak terkecuali tentang fakir dan miskin.
Dalam penerimaan zakat misalnya, fakir lebih diutamakan dibandingkan orang miskin.
Hal ini dipertegas dengan penyebutan kata faqir yang lebih didahulukan dibandingkan kata miskin dalam surah at-Taubah (9) ayat 60 sebagai berikut:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللهِ ۗ وَاللهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
"Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah.
Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah: 60)
Tentu Allah SWT menyebutkan dari yang terpenting.
Bukan hanya itu, Rasullullah SAW bahkan pernah memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kefakiran. Hal itu diriwayatkan oleh Ibnu Majjah, yaitu:
”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekafiran, kekurangan, dan kehinaan dan aku berlindung kepada-Mu dari (kondisi) didzalimi dan mendzalimi orang lain.”
(HR Ibnu Majjah dan Hakim dari Abu Hurairah).
Menariknya dari doa Rasulullah di atas, kondisi fakir ini sangatlah buruk hingga disejajarkan dengan beberapa hal negatif, seperti:
- Kekufuran
- Kehinaan
- Kekurangan
Rasulullah mencontohkan kepada umatnya untuk meminta perlindungan Allah SWT dari kondisi tersebut.
Ali bin Abi Thalib RA juga menyebutkan, jika kondisi kefakiran itu bisa membawa seseorang pada kekufuran.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.