
Hadis maudhu merupakan hadis palsu, karena dibuat-buat seolah Rasulullah SAW yang menyampaikannya.
Hal serupa juga dikatakan oleh M. Ajjaj Al-Khatib.
Menurutnya, hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW ini tidak pernah disabdakan, dilakukan, bahkan ditetapkan oleh rasul.
Maka itu, umat Islam hendaknya berhati-hati dengan penggalan-penggalan hadis jenis ini yang mungkin beredar luas di internet.
Untuk mengenal hadis maudhu lebih dalam, yuk simak ulasannya berikut ini, Moms!
Baca Juga: 6 Hadis tentang Kehidupan, Ingatkan Akhirat yang Abadi
Foto: Alquran (Pixabay.com/mucahityildiz-186572)
Ahmad Amin berpendapat bahwa hadis maudhu sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup.
Ia meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW menyatakan dengan tegas apabila ada yang membuat berita palsu menggunakan namanya, maka ia akan menjadi penghuni neraka.
Namun, pendapat ini tidak memiliki landasan bukti yang konkret.
Sementara itu, mayoritas ulama percaya bahwa hadis maudhu mulai muncul setelah tahun 40 H, tepatnya setelah terjadinya perselisihan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah ibn Abi Sufyan.
Setelah permasalahan tersebut, berbagai aliran keagamaan dan politik mulai banyak berkembang.
Hal ini mempengaruhi banyaknya hadis tentang keutamaan khalifah dan pengukuhan atas kelompok politik dan aliran keagamaan tertentu.
Foto: Alquran (Pixabay.com/mucahityildiz-186572)
Beberapa faktor utama yang memengaruhi adanya pemalsuan hadis yaitu:
Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, terjadi perpecahan umat Islam yang menyebabkan lahirnya kelompok pendukung pihak politik tertentu.
Mereka memalsukan hadis untuk menjatuhkan lawannya dan mendukung kelompoknya sendiri.
Akan tetapi, lama-kelamaan mereka mulai terdorong untuk memalsukan hadis untuk menjatuhkan satu sama lain.
Contoh hadis yang dipalsukan dengan alasan motif politik yaitu:
“Ali adalah sebaik-baik manusia, maka siapa yang meragukannya adalah kafir.”
Baca Juga: Kandungan Surah Muhammad, Memahami Perbedaan Orang Beriman dan Kafir
Salah satu musuh Islam adalah kaum Zindiq yang membenci agama Islam, termasuk dalam urusan pemerintahan.
Contoh hadis yang dipalsukan oleh kaum Zindiq yaitu:
“Saya adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku kecuali apabila dikehendaki oleh Allah.”
Berbagai golongan mulai berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka lebih kuat dan memiliki pemimpin yang lebih baik dari golongan lain dengan memalsukan hadis.
Selain itu, adanya perpindahan pusat pemerintahan Islam juga mendorong kaum fanatik untuk melebih-lebihkan tempat atau imam mereka.
Berikut ini contoh penggalan hadis yang mengandung faktor tersebut:
“Empat kota yang termasuk kota di surga adalah Mekah, Madinah, Baitul Maqdis, dan Damaskus.”
Pada faktor ini, terdapat golongan ahli zuhud dan ahli kebaikan yang memalsukan hadis dengan cara melebih-lebihkan kebaikan.
Mereka juga menegaskan ancaman apabila tidak melakukan amalan tertentu.
Hal ini dilakukan dengan dalih kebaikan bersama dan kebaikan dirinya sendiri.
Mereka percaya akan mendapatkan pahala setelah mengingatkan kebaikan dan memperingati sesama untuk menjauhi maksiat.
Baca Juga: 10+ Hadis tentang Salat dan Keutamaanya dalam Islam
Foto: Ilustrasi Belajar Hadis (Pixabay.com/mataqdarululum-15597620)
Ciri-ciri hadis maudhu dikategorikan dalam 2 golongan, yaitu melalui sanad dan matan.
Ciri-ciri hadis maudhu melalui sanad, yaitu:
Sementara itu, ciri-ciri hadis maudhu melalui matan, yaitu:
Baca Juga: Kumpulan Hadist Suami Menyakiti Istri, Pengingat untuk Dads!
Selain ciri-ciri di atas, Mustahafa Zahri di buku “Kunci Memahami Musthalah Hadis” juga menyebutkan beberapa ciri lainnya, yaitu:
Foto: Ilustrasi Membaca Hadis (Pixabay.com/mucahityildiz-186572)
Munculnya hadis maudhu di tengah masyarakat tentu berdampak terhadap kehidupan umat muslim, di antaranya:
Mengamalkan hadis maudhu hukumnya mutlak haram karena keabsahannya tidak terjamin.
Selain itu, meriwayatkan hadis ini hukumnya juga haram, kecuali hanya dimaksudkan untuk memberikan contoh dan menjelaskan kepalsuannya.
Nabi bersabda, “Siapa yang menceriterakan suatu hadis (tentang aku) dan dia tahu bahwa itu dusta, maka dia termasuk golongan pendusta.” (HR Ahmad : 18211)
Baca Juga: 5+ Hadis tentang Meminta Maaf dan Keutamaannya, Masya Allah!
Itu dia informasi seputar hadis maudhu yang wajib dihindaril Semoga bermanfaat, ya Moms!