
Apakah Moms sedang menjalani program hamil dan saat ini merasakan nyeri pada bagian perut?
Jika iya, maka bisa jadi Moms mengalami sindrom hiperstimulasi ovarium.
Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai penyebab dan gejalanya dalam penjelasan di bawah ini.
Baca Juga: 4 Cara untuk Meningkatkan Kesuburan Selama Kemoterapi untuk Wanita
Foto: Waspada Sindrom Hiperstimulasi Ovarium Saat Promil, Ini Penyebabnya! 1
Foto: pexels.com
Mengutip MedlinePlus, OHSS adalah kondisi langka yang dapat terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan kesuburan untuk merangsang produksi telur. Misalnya, menerima suntikan human chorionic gonadotropin (hCG).
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Normalnya, seorang wanita menghasilkan satu telur setiap bulannya. Namun, bagi beberapa wanita yang sulit hamil dan menjalani promil, biasanya diberikan obat-obatan untuk membantu mereka memproduksi an melepaskan telur.
Jika obat-obatan tersebut terlalu sering merangsang ovarium, ovarium dapat mengalami pembengkakan. Kemudian cairan di dalamnya bisa bocor dan mengalir ke perut dan dada, terutama setelah sel telur dikeluarkan dari ovarium (ovulasi).
Namun, OHSS diketahui sangat jarang terjadi pada wanita yang hanya minum obat kesuburan secara oral. Sementara pada wanita yang menjalani IVF, kasusnya mencapai 3% hingga 6%.
Baca Juga: 7 Pertanyaan Penting saat Konsultasi Program Hamil, Jangan sampai Terlewat!
Foto: Waspada Sindrom Hiperstimulasi Ovarium Saat Promil, Ini Penyebabnya! 2
Foto: freepik.com
OHSS dengan gejala ringan, seperti yang dijelaskan oleh Shahin Ghadir, M.D., F.A.C.O.G., mitra pendiri Southern California Reproductive Center, kepada Blood and Milk, meliputi adanya cairan dalam jumlah kecil di perut dan ovarium yang sedikit membesar. Di mana keduanya dapat menyebabkan kembung ringan.
Namun, menurutnya ini justru menjadi tanda bahwa terapi kesuburan yang dilakukan berhasil, khususnya pada metode IVF.
“Jika tidak mengalami bengkak ringan dan sedikit cairan setelah proses pengambilan telur (pada IVF), itu berarti telur yang didapatkan sangat sedikit,” jelasnya.
Menurut Dr. Ghadir, OHSS dengan gejala sedang dapat menyebabkan cairan yang mengalir ke perut sedikit lebih banyak dan pembengkakan ovarium juga lebih besar. “(Dengan kondisi ini) alih-alih seminggu, mungkin butuh dua minggu untuk kembali normal setelah pengambilan telur dilakukan,” jelasnya.
OHSS yang parah menyebabkan banyak cairan bebas sehingga fungsi-fungsi tubuh yang penting (seperti makan, BAK, atau BAB) terganggu. Dalam beberapa kasus, ketika cairan menumpuk di sekitar organ seperti jantung dan paru-paru, pernapasan juga dapat terhambat.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Stres Saat Menjalani Program Hamil
Foto: Waspada Sindrom Hiperstimulasi Ovarium Saat Promil, Ini Penyebabnya! 3
Foto: freepik.com
Berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Human Reproductive Science, terdapat faktor primer dan sekunder yang telah terbukti dapat meningkatkan risiko sindrom hiperstimulasi ovarium.
Faktor-faktor yang kemungkinan memperkuat respon terhadap stimulasi ovarium termasuk berusia muda, memiliki riwayat peningkatkan respon terhadap gonadotropin, pernah mengalami OHSS, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Sejumlah faktor risiko yang masuk dalam kategori sekunder termasuk tingkat atau laju peningkatan serum E2, ukuran dan jumlah folikel, dan jumlah oosit yang dikumpulkan.
Baca Juga: Simak 4 Risiko yang Mungkin Muncul dalam Program Bayi Tabung
Foto: Waspada Sindrom Hiperstimulasi Ovarium Saat Promil, Ini Penyebabnya! 4
Foto: pexels.com
Cleveland Clinic mengungkapkan bahwa pilihan pengobatan untuk OHSS bervariasi, tergantung pada seberapa parah kondisinya. Di mana pengobatan yang dilakukan hanya bertujuan untuk mengelola gejala dan mencegah terjadinya komplikasi.
Untuk OHSS ringan hingga sedang, perawatan yang dilakukan biasanya melibatkan:
Sementara kasus OHSS yang parah biasanya membutuhkan rawat inap dengan perawatan yang meliputi:
Jadi, demikianlah penjelasan mengenai sindrom hiperstimulasi ovarium. Jika ada gejala yang mungkin Moms curigai, sebaiknya segera hubungi dokter untuk memastikannya.
Baca Juga: Benarkah Akupuntur Meningkatkan Kesuburan? Yuk, Simak Penjelasannya