
Scroll untuk melanjutkan membaca
Imunisasi ibu hamil merupakan salah satu cara untuk melindungi bayi sejak dalam kandungan.
Namun, apakah itu perlu? Apakah imunisasi ibu hamil aman dilakukan?
Ternyata, imunisasi yang diberikan sebelum dan selama kehamilan berperan penting dalam melindungi kesehatan Moms dan juga menjaga kesehatan bayi.
Kekebalan ibu adalah garis pertahanan pertama bayi terhadap penyakit tertentu.
"Perempuan hamil membuat banyak antibodi, dan mereka mentransfer antibodi ini ke bayi selama bulan-bulan terakhir kehamilan.
Vaksinasi akan meningkatkan antibodi pada ibu dan bayi,” kata Dr. Sharon Nachman, MD, kepala divisi penyakit menular anak di Rumah Sakit Anak Stony Brook.
Sharon menjelaskan, vaksin memiliki tiga bentuk, yaitu:
Kandungan vaksin merupakan protein tidak berbahaya yang diubah secara kimiawi yang diambil dari bakteri.
Ibu hamil tidak boleh melakukan imunisasi yang menggunakan virus hidup, seperti kombinasi vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR).
Karena ada kemungkinan kecil membahayakan bayi yang dikandungnya.
Vaksin yang dibuat dari virus mati, seperti vaksin influenza dan vaksin toksoid, lalu suntikan tetanus/difteri/pertusis (Tdap), aman untuk diberikan pada ibu hamil.
Baca juga: Vaksin Prevenar Untuk Bayi, Apa Fungsinya?
Infeksi tertentu yang berbahaya selama kehamilan, ternyata dapat dicegah dengan imunisasi. Apa saja itu?
Campak merupakan penyakit sangat menular, yang disebabkan oleh virus dan dimulai dengan gejala demam, batuk, serta pilek, lalu diikuti dengan ruam merah berbintik.
Gondongan juga merupakan penyakit virus menular yang menyebabkan kelenjar ludah membengkak.
Jika terinfeksi, risiko keguguran dan persalinan prematur dapat meningkat.
Saat terkena penyakit ini, Moms akan menunjukkan gejala mirip flu yang sering diikuti dengan ruam.
85% bayi dari ibu yang mengidapnya selama trimester pertama, akan mendapatkan bayi yang mengalami cacat lahir, seperti gangguan pendengaran dan cacat otak.
Penyakit yang sangat menular ini menyebabkan demam dan ruam yang sangat gatal.
Sekitar 2 persen bayi yang ibunya terkena cacar air selama lima bulan pertama kehamilan, memiliki cacat lahir, termasuk anggota badan yang cacat dan lumpuh.
Ibu hamil yang terkena cacar air saat persalinan juga dapat memberi infeksi yang mengancam nyawa bayi.
Vaksin human papillomavirus (HPV) adalah vaksin yang dapat mencegah infeksi HPV dan penyakit yang terkait dengan HPV, seperti kanker serviks.
Vaksin ini direkomendasikan untuk orang yang berusia di bawah 26 tahun dan yang sudah berhubungan seksual karena dapat membantu mencegah infeksi HPV.
Sampai saat ini, tidak ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara HPV dan keguguran, kelahiran prematur, atau komplikasi kehamilan lainnya.
Namun, virus HPV dapat ditularkan dari ibu ke bayi yang baru lahir selama persalinan, meskipun kasus ini jarang terjadi.
Bayi yang baru lahir dan terinfeksi HPV berisiko mengalami tumor jinak di laring, yang disebut papilomatosis laring.
Sedangkan pada ibu hamil, infeksi HPV dapat menyebabkan kutil kelamin dan kanker serviks.
Infeksi HPV pada saluran lahir juga dapat meningkatkan risiko kesulitan persalinan sehingga dokter mungkin akan melakukan operasi caesar untuk membantu proses kelahiran bayi.
Baca juga: 10 Makanan Cepat Hamil, Cocok untuk Program Hamil, Catat Moms!
Melansir The Pediatric Infectious Disease Journal, imunisasi ibu hamil memainkan peran penting dalam melindungi perempuan hamil dan menghindarkan janin dan bayi dari infeksi.
Masih ada yang belum mengetahui bahwa imunisasi yang dibuat dari virus mati biasanya aman untuk diberikan kepada ibu hamil.
Meski demikian, dokter akan membantu memutuskan imunisasi apa yang harus Moms lakukan. Sebab, Moms tidak akan mengetahui kondisi bayi setelah lahir nanti.
"Hal terburuk adalah seorang bayi terkena salah satu penyakit yang menghancurkan ini karena seorang ibu tidak divaksinasi dengan benar," kata Sharon.
Jadi, apa saja imunisasi ibu hamil yang aman?
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan imunisasi flu untuk semua perempuan yang akan hamil selama musim flu, yaitu November hingga Maret.
Suntikan flu terbuat dari virus yang sudah mati, jadi aman untuk Moms dan bayi.
Ibu hamil yang terserang flu, terutama selama paruh kedua kehamilan, lebih mungkin menderita gejala atau komplikasi parah seperti pneumonia dibandingkan perempuan lain.
Bahkan kasus flu sedang, dapat mengakibatkan demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan batuk.
Sebagian besar gejala ini akan berlangsung sekitar empat hari, meskipun batuk dan kelelahan dapat berlangsung selama 2 minggu atau lebih.
Tentu saja ini akan mengganggu kehamilan, yang akan dirasakan juga oleh janin.
Imunisasi ibu hamil jenis ini sangat aman selama masa kehamilan, bahkan untuk janin di dalam kandungan karena dibuat dari virus mati.
Namun, sebaiknya tidak menggunakan vaksinasi flu dengan semprotan hidung "FluMist" karena ini dibuat dari virus hidup.
Moms, karena meningkatnya pertusis atau batuk rejan di Amerika, rekomendasi mengenai vaksin Tdap diperbarui sejak Juni 2013.
Jika diperlukan, imunisasi ibu hamil jenis tetanus / difteri booster (Td) bisa diberikan, termasuk pertusis.
Batuk rejan atau pertusis termasuk salah satu jenis batuk yang mudah sekali menular apalagi bila imun tubuh ibu hamil sedang menurun.
Melansir Clinical Practice Guideline Journal, Tdap dapat diberikan kapan saja selama kehamilan, meskipun akan lebih baik dilakukan antara usia 27 dan 36 minggu kehamilan.
Tetanus yang juga disebut lockjaw, adalah penyakit pada sistem saraf pusat yang menyebabkan kejang otot yang menyakitkan.
Bakteri penyebab tetanus dapat ditemukan di tanah dan kotoran hewan.
Penyakit ini dapat memasuki aliran darah melalui luka di kulit, jadi konsultasikan dengan dokter jika mendapatkan luka yang dalam atau kotor.
Jika tertular saat hamil, tetanus bisa menyebabkan kematian janin.
Difteri adalah infeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kelumpuhan, koma, bahkan kematian.
Meski jarang terjadi, tetapi Moms perlu suntikan penguat setiap 10 tahun.
Jika tidak, kekebalan tubuh akan berkurang.
Pertusis merupakan penyakit bakteri yang sangat menular, bahkan bisa berakibat fatal pada bayi dan ditandai dengan batuk yang dalam dan berbunyi seperti ‘teriakan’ bernada tinggi.
Baca juga: Segudang Manfaat Jalan Pagi untuk Ibu Hamil, Baik untuk Ibu dan Janin!
Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyebabkan peradangan hati, mual, kelelahan, dan penyakit kuning seperti kulit dan mata menguning.
Dalam beberapa kasus, ini dapat menyebabkan penyakit hati kronis, kanker hati, dan kematian.
Ibu hamil dengan hepatitis B dapat menularkan infeksi kepada bayinya selama persalinan.
Tanpa pengobatan yang tepat, bayi memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit hati yang serius saat dewasa.
Imunisasi ibu hamil jenis ini dapat dilakukan setelah melakukan tes hepatitis B.
Jika setelah menjalani tes dan tidak terbukti positif hepatitis B, Moms bisa menjalani imunisasi.
Untuk pemberian imunisasi, Moms bisa berkonsultasi dengan dokter setelah selesai melakukan serangkaian tes tersebut.
Umumnya, vaksin diberikan dalam 3 dosis dan semua merek dianjurkan untuk digunakan pada ibu hamil, kecuali Heplisav-B.
Penting juga, agar bayi baru lahir mendapat vaksinasi HepB dalam waktu 24 jam setelah lahir.
Imunisasi ibu hamil jenis ini melindungi dari penyakit hati yang menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
Gejalanya berupa demam, kelelahan, dan mual.
Biasanya tidak seserius penyakit versi B, dan penyakit ini tidak akan memengaruhi bayi yang belum lahir.
Dalam kasus yang jarang terjadi, hepatitis A dapat menyebabkan persalinan prematur dan infeksi pada bayi baru lahir.
Meski keamanan vaksin ini belum ditentukan, tetapi karena diproduksi dari virus mati, risikonya cenderung rendah.
Melansir immunize.org, pemberian vaksin hepatitis A untuk ibu hamil diberikan pada mereka yang memiliki faktor risiko spesifik.
Misalnya memiliki penyakit hati yang kronis atau yang tinggal bersama dengan penderita hepatitis A lainnya.
Namun, langkah terbaik adalah mendapatkan vaksin hepatitis A sebelum kehamilan.
Vaksin hepatitis A diberikan dalam dua kali dosis dengan rentang jarak enam hingga 18 bulan.
Dokter akan mendiagnosis dan mempertimbangkan perlu atau tidaknya pemberian vaksin hepatitis A saat hamil dengan melihat manfaat dan risikonya.
Konsultasikan tentang pemberian vaksin hepatitis A ini kepada dokter, ya.
Meningitis adalah peradangan selaput pembungkus otak dan saraf tulang belakang yang disebut meningens.
Peradangan tersebut biasanya disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit.
Gejala meningitis biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, mual, muntah, kaku kuduk, kejang, hingga penurunan kesadaran.
Melansir Meningococcal Vaccination in Pregnancy, imunisasi ibu hamil telah menjadi strategi yang berhasil untuk pencegahan infeksi lain pada bayi yang baru lahir, termasuk pemberian vaksin meningitis saat hamil.
Bahkan, terdapat enam studi yang melibatkan 335 wanita yang sedang hamil tua dan mereka telah divaksinasi dengan tipe MPSV. Hasilnya, tak ada efek berbahaya atau efek samping.
Sebagian besar perempuan ini divaksinasi setelah trimester pertama.
Jika Moms memiliki kondisi kronis tertentu seperti diabetes atau penyakit ginjal.
Dokter mungkin akan merekomendasikan imunisasi pneumokokus, yang melindungi dari beberapa bentuk pneumonia .
Meskipun potensi bahaya pada bayi yang belum lahir tidak diketahui, para peneliti percaya bahwa risikonya rendah.
Baca juga: Hamil Menjelang Menopause, Mungkinkah?
Ada beberapa jenis imunisasi yang sebaiknya tidak didapatkan ketika sedang hamil, lho Moms.
Jadi, jika Moms ingin merencanakan untuk hamil sebaiknya mengambil vaksin terlebih dahulu.
Ini beberapa vaksin yang tidak direkomendasikan saat hamil:
Jadi, jika Moms telanjur melakukan jenis vaksinasi di atas sebelum tahu Moms hamil, sebaiknya konsultasikan ke dokter, ya.
Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa hal tentang imunisasi ibu hamil yang harus Moms ketahui.
Mendapatkan imunisasi ibu hamil jenis flu dan Tdap menyebabkan tubuh Moms membuat antibodi pelindung semacam protein yang diproduksi oleh tubuh.
Hal ini untuk melawan penyakit dan beberapa antibodi tersebut akan diteruskan kepada bayi.
Imunisasi ibu hamil jenis Tdap akan melindungi dari batuk rejan yang dapat mengancam jiwa janin.
Sekitar setengah dari bayi berusia kurang dari 1 tahun yang menderita batuk rejan membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Semakin muda usia bayi ketika menderita batuk rejan, semakin besar kemungkinan bayi perlu dirawat di rumah sakit.
Meskipun beberapa bayi sering batuk, bayi lain yang mengalami batuk rejan tidak batuk sama sekali.
Akan tetapi bisa menyebabkan bayi berhenti bernapas dan membiru.
Flu saat hamil dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang serius.
Perubahan fungsi kekebalan, jantung, dan paru-paru selama kehamilan membuat Moms lebih mungkin terkena sakit parah akibat flu.
Moms juga memiliki risiko komplikasi kehamilan yang lebih tinggi seperti persalinan prematur dan kelahiran prematur jika terserang flu.
Ini juga dapat meningkatkan kemungkinan bayi mengalami masalah serius.
Baca juga: 10+ Minuman yang Baik untuk Ibu Hamil, Menyehatkan dan Mencegah Dehidrasi!
Dalam hal imunisasi ibu hamil, pengaturan waktu juga penting.
CDC merekomendasikan untuk mendapatkan imunisasi Tdap dan flu pada trimester ketiga antara minggu ke-27 dan 36.
Dengan begitu, Moms memberikan antibodi pelindung terbanyak kepada bayi sebelum lahir.
Bayi baru lahir belum memiliki sistem kekebalan yang berkembang sepenuhnya, yang membuatnya sangat rentan terhadap infeksi.
Karena itu, siapa pun yang berada di sekitar bayi harus selalu mengetahui semua vaksin rutin, termasuk vaksin Tdap dan flu.
Siapapun orangnya, harus mendapatkan vaksin setidaknya dua minggu sebelum bertemu dengan bayi.
Karena dibutuhkan sekitar dua minggu untuk mengembangkan antibodi setelah vaksinasi.
Jumlah antibodi dalam tubuh setelah diimuniasasi akan menurun seiring waktu.
Jadi, pastikan Moms memberi imunitas yang dibutuhkan pada bayi kedua, ketiga, dan seterusnya dengan mendapatkan imuniasai untuk ibu hamil.
Baca juga: Segudang Manfaat Jalan Pagi untuk Ibu Hamil, Baik untuk Ibu dan Janin!
Nah itu dia Moms 6 jenis imunisasi ibu hamil serta fakta menariknya.
Selalu perhatikan hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi ibu hamil ini agar mendapatkan waktu kehamilan yang sehat, ya!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.