
Polio adalah penyakit menular yang sempat menghebohkan di masa lalu. Namun, kini Moms bisa mencegah penyakit ini melalui imunisasi IPV.
Polio telah ada sejak zaman kuno. Wabahnya yang paling luas terjadi pada paruh pertama tahun 1900-an sampai vaksin polio diperkenalkan pada tahun 1955.
Pada puncak epidemi polio pada tahun 1952, hampir 60.000 kasus dengan lebih dari 3.000 kematian dilaporkan hanya di Amerika Serikat.
Namun, dengan vaksinasi IPV mulai dianjurkan, polio kini telah dieliminasi di Amerika Serikat tahun 1979, diikuti negara-negara di seluruh dunia.
Tapi apa itu polio? Polio merupakan penyakit yang berasal dari virus dan menyerang otak dan sumsum tulang belakang sehingga mengakibatkan penderitanya menjadi lumpuh.
"Jika tak segera ditangani, polio bisa berakibat fatal dan membahayakan nyawa penderitanya.
Inilah mengapa vaksin polio termasuk dalam imunisasi anak yang wajib diberikan," jelas Dr. Matheus Tatang Puspanjono, Sp.A, Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Baca Juga : Mengapa Anak Perlu Mendapatkan Imunisasi Ulang?
Foto: Ini Imunisasi IPV pada Anak Berdasarkan Jenisnya (Webmd.com)
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, polio, atau poliomyelitis, adalah penyakit melumpuhkan dan mengancam nyawa yang disebabkan oleh virus polio.
Virus ini menyebar dari orang ke orang dan dapat menginfeksi sumsum tulang belakang seseorang, menyebabkan kelumpuhan (tidak dapat menggerakkan bagian tubuh).
Gejalanya sekilas seperti penyakit flu, namun dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Mengutip Center for Disease Control and Prevention, kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio (sekitar 72 dari 100) tidak akan menunjukkan gejala apa pun.
Sekitar 1 dari 4 orang dengan infeksi virus polio akan mengalami gejala mirip flu yang mungkin termasuk:
Gejala ini biasanya berlangsung 2-5 hari, kemudian hilang dengan sendirinya.
Bahkan anak-anak yang tampaknya pulih sepenuhnya dapat mengalami nyeri otot, kelemahan, atau kelumpuhan saat dewasa, pada usia 15-40 tahun kemudian. Ini disebut sindrom pasca polio.
Baca Juga: Human Papillomavirus (HPV), Apakah Pengaruhi Kesuburan?
Foto: Anak Divaksin (Freepik.com/freepik)
Vaksin polio ada dua jenis, yaitu vaksin tetes dan vaksin suntik.
Vaksin tetes atau vaksin oral dikenal sebagai oral poliovirus vaccine (OPV), sementara vaksin suntik dikenal sebagai imunisasi IPV atau inactivated poliovirus vaccine (IPV).
Kedua vaksin ini sama-sama ampuh menjaga kekebalan tubuh anak. Dan vaksin polio boleh diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya dan harus diberikan sejak usia anak-anak.
Jadwal iImunisasi IPV biasanya dianjurkan pada anak-anak sejak usia 2 bulan, 4 bulan, 6-18 bulan serta 4-6 tahun.
Mengutip Kids Health, imunisasi IPV menawarkan perlindungan terhadap penyakit polio, yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.
Tak hanya untuk mengikuti jadwal imunisasi IPV, anak-anak yang akan bepergian ke negara di mana risiko terkena polio lebih besar harus menyelesaikan rangkaian imunisasi sebelum berangkat untuk perjalanan mereka.
Imunisasi IPV bekerja dengan cara menghasilkan antibodi di dalam darah untuk menangkal virus polio.
Tujuannya, untuk melindungi tubuh dari kondisi paralytic poliomyelitis.
Paralisis adalah gejala paling parah yang terkait dengan polio, karena dapat menyebabkan kecacatan permanen dan kematian.
Antara 2 dan 10 dari 100 orang yang mengalami kelumpuhan akibat infeksi virus polio meninggal, karena virus memengaruhi otot yang membantu mereka bernapas.
Cara kerja imunisasi IPV adalah, antibodi yang telah terbentuk dapat melawan virus tersebut dan mencegah ke sistem saraf pusat.
Oleh karena itu, tubuh pun terlindung dari kelumpuhan akibat polio.
Selain imunisasi IPV melalui jarum suntik, ada imunisasi oral atau OPV yang mengandung virus yang dilemahkan.
Virus ini mampu menggandakan diri di dalam usus. Namun, ukuran virus di dalam vaksin ini 10 ribu lebih sedikit daripada virus polio liar.
Karena jumlahnya yang sedikit, virus tak mampu berkembang ke sistem saraf.
Oleh karena itu, hal ini membuat kekebalan tubuh mampu menangkal virus polio.
Baca Juga: 11 Jenis Imunisasi yang Disarankan untuk Bayi 0-12 Bulan dan Jadwal Pemberiannya
Foto: Vaksin Polio (Unicef.org)
Lantas, apa bedanya vaksin tetes dan imunisasi IPV?
Vaksin polio tetes diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan. Vaksin ini bisa diberikan pada saat lahir, kemudian pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.
"Sementara, imunisasi IPV diberikan lima kali pada usia 2 bulan, 3-4 tahun sebagai booster kekebalan di masa prasekolah, 13-18 tahun sebagai booster di masa remaja,” ucap William M. Tierney, MD, seorang dokter penyakit dalam dan perawatan primer dari Dell Medical School di Austin, soal perbedaan jadwal pemberian vaksin polio.
Senada dengan Dr. Matheus Tatang dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin polio anak diberikan setidaknya 4-5 kali dengan selang waktu minimal 1 bulan.
Sementara pemberian vaksin IPV minimal dilakukan 2 kali sebelum anak berusia 1 tahun.
Jadwal imunisasi polio adalah sebagai berikut:
Kemudian, vaksin oral (OPV) diberikan pertama kali pada bayi baru lahir. Setelahnya, baru dilanjutkan dengan vaksin suntikan maupun oral pada jadwal imunisasi polio berikutnya.
Selain itu, harga pada imunisasi IPV juga menjadi hal pembeda. Vaksin oral lebih murah dari vaksin suntik.
Hal ini disebabkan vaksin tetes sudah lebih umum dan lebih lama digunakan.
"Sementara vaksin suntik atau imunisasi IPV adalah teknologi baru yang berisi komponen virus yang telah dimatikan, sehingga harganya pun jelas lebih mahal,” tambah Dr Tierney.
Namun untuk di Indonesia, ada perbedaan biaya pada imunisasi wajib dan yang tambahan.
Baca Juga: Terlambat Vaksinasi, Bolehlah Anak Vaksin BCG?
Untuk imunisasi IPV sendiri masuk ke dalam kategori imunisasi wajib, sehingga tidak dipungut biaya atau gratis.
Moms bisa mendapatkan jadwal imunisasi IPV di puskesmas ataupun rumah sakit.
Oh iya, Moms. Dua vaksin ini memiliki kandungan jenis virus yang berbeda.
Vaksin polio tetes berisi virus polio yang masih hidup tetapi dilemahkan. Sedangkan vaksin yang disuntikkan melalui injeksi adalah virus polio yang sudah mati.
Jenis virus yang berbeda memberikan manfaat kekebalan berbeda antara vaksin suntik dan vaksin tetes.
OPV langsung masuk ke dalam saluran cerna untuk merangsang sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi melawan penyakit.
Sementara itu, imunisasi IPV akan membentuk kekebalan langsung di dalam darah.
Dengan mekanisme ini, imunisasi IPV melindungi otak dan saraf tulang belakang dari virus polio agar tidak terjadi kelumpuhan.
Baca Juga: Bolehkah Anak Diimunisasi saat Sakit? Cari Tahu Dulu Faktanya
Foto: Imunisasi Anak (Freepik.com/freepik)
Meskipun ada efek samping dari vaksinasi IPV, ini bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.
Beberapa orang yang mendapat imunisasi IPV mengalami luka, bintik merah di tempat suntikan itu diberikan.
Tetapi sebaliknya vaksinnya sangat aman dalam melindungi tubuh dari virus polio. Kebanyakan orang tidak memiliki masalah sama sekali setelah imunisasi IPV.
Pada dasarnya semua vaksin polio suntik memiliki kandungan virus yang sudah mati, sehingga cukup aman di tubuh dan tidak menimbulkan efek samping yang berat.
"Vaksin IPV merupakan vaksin dengan kandungan poliovirus yang sudah tidak aktif atau mati, lalu disuntikkan pada tubuh," jelas Dr. Matheus Tatang.
Namun biasanya efek samping tetap ada dan terjadi pada beberapa bayi, salah satunya adalah demam.
Tapi demam yang dirasakan hanya berlangsung 1 hari. Demam sendiri merupakan reaksi normal dan wajar.
Tapi jika demam terjadi lebih dari 1 hari dan menimbulkan efek samping yang tidak biasa, Moms harus membawa Si Kecil kembali ke dokter anak.
Jadi, walaupun ada efek samping, jangan cemas ya, Moms karena lebih baik menghadapi efek samping vaksin daripada hari menghadapi penyakitnya.
Seperti yang Moms ketahui anak-anak yang tidak divaksin, kekebalan tubuhkan tidak akan cukup untuk melawan berbagai penyakit, salah satunya polio.
Akibatnya, virus yang masuk ke tubuh bisa mengakibatkan sakit parah, cacat, bahkan berujung pada kematian.
Selain itu, tanpa imunisasi, anak berpotensi menyebarkan virus pada orang-orang terdekat, begitu juga dengan orang yang tidak dapat divaksinasi.
Untuk buah hati yang sedang sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk menjalani imunisasi IPV hingga pulih kembali, ya Moms.
Hal ini agar kandungan dalam vaksin dapat bekerja secara efektif dalam tubuh.
Nah, setelah Moms mengetahui imunisasi IPV dan OPV, sebenarnya tidak semua orang bisa mendapatkan vaksin meskipun vaksin pada dasarnya baik.
Dilansir dari WebMD, sayangnya beberapa orang tertentu dengan riwayat penyakit tidak disarankan mendapat imunisasi IPV. Beberapa diantaranya berupa.
Baca Juga: Apakah Anak Usia 1 Tahun Lebih Boleh Vaksin JE? Seberapa Penting?
Foto: Vaksin Orang Dewasa (Freepik.com/tirachardz)
Imunisasi IPV tidak hanya untuk anak-anak, lho Moms. Melainkan orang dewasa juga bisa mendapatkan vaksin IPV.
Terutama bagi orang dewasa yang belum mendapatkan vaksin ini dari kecil.
Namun, apabila sudah mendapatkannya, maka tidak perlu lagi. Beberapa orang di bawah ini bisa mendapatkan imunisasi IPV jika belum pernah mendapatkannya, terlebih, yaitu:
Dosisnya berupa:
Nah, setelah mengetahui pentingnya imunisasi IPV, jangan lupa untuk lindungi Si Kecil dengan tak melewatkan imunisasi polio, ya Moms.
Terlebih jika Moms sendiri belum mendapatkan vaksin dari kecil, maka lebih baik bisa mendapatkannya sekarang.