Mata Juling pada Anak, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Bayi yang baru lahir dan masih sensitif, memiliki banyak masalah baik pada tubuhnya maupun bagian lainnya. Salah satu masalah yang mungkin terjadi pada anak adalah mata juling.
Salah satu bentuk umum mata yang tidak selaras, disebut exotropia atau strabismus. Eksotropia, disebut juga walleye, terjadi ketika mata berbalik ke luar.
Ini paling sering terjadi ketika seorang anak fokus pada objek yang jauh.
Mata juling dapat terjadi pada siapa saja dari waktu ke waktu, namun kondisi ini biasanya ini biasanya didiagnosis sejak dini.
Selain itu, ketika anak sedang melamun, lelah, atau sakit juga bisa mengalami kondisi ini.
Kondisi mata ini menyumbang hingga 25 persen dari semua ketidakselarasan mata pada anak-anak.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, yuk simak penjelasan tentang mata juling pada anak di bawah ini, Moms.
Baca Juga: 13 Penyebab Mata Gatal dan Cara Mengatasinya, Jangan Dikucek
Apa Penyebab Mata Juling pada Anak?
Mata juling pada anak terjadi ketika ada ketidakseimbangan pada otot mata atau ketika ada masalah koordinasi antara otak dan mata.
Terkadang kondisi kesehatan, seperti katarak atau stroke, dapat menyebabkan ini terjadi.
Penyebab mata juling pada anak sebagian besar tidak diketahui.
Mengutip Children's National, anak-anak dengan riwayat keluarga ada kelainan sindrom lebih berisiko untuk mengidap mata juling.
Mereka juga sering terjadi pada anak-anak yang memiliki kelainan sistemik (kromosom atau neurologis) lainnya. Adapun beberapa penyebabnya seperti:
- Tidak diketahui penyebabnya (idiopatik)
- Genetik keluarga
- Down syndrome
- Cerebral palsy
- Hydrocephalus (Peningkatan tekanan intra-kranial)
- Tumor otak
- Trauma
- Kelainan congenital, yaitu disebabkan kelainan yang terjadi pada trimester pertama kehamilan di masa janin.
- Kelainan refraksi (kacamata), yaitu kelainan yang tidak diterapi dengan baik dapat menyebabkan amblyopia, deprivasi yang berujung pada mata juling.
- Trauma, infeksi, dan penyakit lainnya juga bisa menyebabkan gangguan otot-otot pada bola mata yang menyebabkan kondisi mata juling.
"Akan tetapi, sekitar 30 persen anak-anak dengan kondisi mata juling ini memiliki anggota keluarga dengan kondisi yang sama," menurut dr. Junaedi, dokter spesialis mata RS Pondok Indah – Puri Indah.
Ketika tidak ada riwayat keluarga, penyakit, atau kondisi yang dapat diidentifikasi, dokter tidak yakin apa yang menyebabkan strabismus seperti mata juling bisa terjadi.
Baca Juga: Mata Anak Belekan: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Gejala Mata Juling pada Anak
Strabismus atau mata juling dapat terjadi sementara waktu (intermiten) atau sepanjang waktu (konstan).
Namun, strabismus intermiten dapat memburuk saat otot mata melelah di sore hari, misalnya saat sedang sakit.
Untuk gejalanya adapun beberapa bentuk strabismus. Dua yang paling umum adalah:
1. Esotropia Akomodatif
Ini sering terjadi pada kasus rabun dekat yang tidak dapat diobati dan kecenderungan genetik (riwayat keluarga) untuk mata juling berputar.
Karena kemampuan untuk fokus terkait dengan tempat mata bergerak, upaya pemfokusan ekstra diperlukan untuk menjaga objek yang jauh agar tetap masuk.
Fokus yang jelas dapat menyebabkan mata menoleh ke dalam.
Gejala mata juling ini berupa penglihatan ganda, menutup atau menutupi satu mata saat melihat sesuatu yang dekat, dan memiringkan atau memutar kepala.
MelansirCleveland Clinic, jenis strabismus ini biasanya dimulai pada beberapa tahun sejak Si Kecil lahir.
Kondisi ini biasanya diobati dengan kacamata, tetapi mungkin juga memerlukan penutup mata atau operasi pada otot salah satu atau kedua mata.
2. Eksotropia Intermiten
Pada jenis mata juling ini, satu mata akan terfiksasi (berkonsentrasi) pada satu titik, sementara mata lainnya mengarah ke luar.
Gejala yang dirasakan mungkin termasuk penglihatan ganda, sakit kepala, kesulitan membaca, mata lelah, dan menutup satu mata saat melihat benda yang jauh atau saat berada dalam cahaya terang.
Seseorang mungkin tidak memiliki gejala. Adapun dapat dilihat atau diketahui oleh orang lain.
Eksotropia intermiten dapat terjadi pada semua usia. Perawatan mungkin melibatkan kacamata, penutup mata, terapi penglihatan atau operasi pada otot salah satu atau kedua mata.
Mata juling pada anak dapat menyebabkan komplikasi. Misalnya anak merasa sakit kepala, mengalami masalah dalam membaca, ketegangan pada mata, pandangan yang kabur, dan visi 3-D yang buruk.
“Mata juling dapat mengganggu penglihatan si kecil disertai penglihatan ganda atau diplopia, yaitu sakit kepala,” ujar dr. Junaedi.
Rabun jauh juga umum terjadi pada orang dengan kondisi ini.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalamAmerican Journal of Ophthalmology, lebih dari 90 persen anak-anak dengan mata juling eksotropia intermiten menjadi rabun ketika berusia 20 tahun.
Jenis-Jenis Mata Juling
Mata juling, atau dikenal juga sebagai strabismus, adalah kondisi di mana kedua mata tidak sejajar atau tidak bekerja secara bersamaan.
Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan penglihatan anak dan sering kali membutuhkan penanganan yang tepat sejak dini.
Terdapat beberapa jenis mata juling pada anak yang dikutip dari UCLA Health, di antaranya:
1. Esotropia (Mata Masuk)
Jenis ini terjadi ketika salah satu mata mengarah ke dalam, mendekati hidung.
Esotropia sering kali terlihat pada bayi atau anak kecil dan bisa bersifat konstan (terjadi sepanjang waktu) atau intermiten (hanya pada waktu tertentu).
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.