
Scroll untuk melanjutkan membaca
Moms, pernahkah penasaran tentang bagaimana proses terjadinya petir?
Petir adalah salah satu fenomena alam yang unik namun berbahaya bagi manusia.
Proses terjadinya petir ini melibatkan arus listrik yang ada di udara dan di awan.
Namun secara umum, petir atau kilat adalah kilatan cahaya yang menyambar.
Lalu, biasanya ia akan diikuti dengan suara gemuruh yang keras.
Petir merupakan fenomena alam yang cukup umum terjadi saat memasuki musim hujan.
Baca Juga: Mengenal Proses Terjadinya Gunung Meletus, Moms Wajib Tahu!
Faktanya, badai petir diciptakan oleh pemanasan yang intens di permukaan bumi.
Kondisi ini paling sering terjadi di daerah-daerah di dunia di mana cuacanya panas dan lembap.
Mengutip National Meteorological Library & Archive, area daratan lebih sering mengalami badai petir daripada area lautan.
Selain itu, badai petir juga lebih sering terjadi di daerah tropis daripada wilayah di garis lintang yang lebih tinggi.
Petir dan suara gemuruh biasanya datang beriringan.
Namun petir dan gemuruh ini bisa datang bersamaan bisa datang dalam waktu yang berbeda.
Pasalnya, terdapat perbedaan kecepatan cahaya dan kecepatan suara dari keduanya.
Kecepatan cahaya ini nyatanya jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan suara.
Oleh karena itu, Moms akan melihat petir akan menyambar lebih dahulu baru setelahnya akan terdengar suara guntur.
Lantas, bagaimana sih proses terjadinya petir? Berikut ulasannya!
Baca Juga: 7+ Arti Mimpi Kiamat, Tak Sekadar Bunga Tidur
Petir adalah salah satu fenomena fisika yang terjadi di alam.
Ini adalah proses pelepasan listrik dan tidak hanya terjadi dari awan ke bumi, tapi juga bisa terjadi dari awan ke awan lainnya.
Sebuah kilatan petir bisa memiliki suhu mencapai 30.000 derajat Celcius.
Karena pemanasan udara yang luar biasa ini kemudian membuat udara ikut bergerak dan seolah meledak.
Hasilnya, Moms akan mendengar suara menggelegar yang disebut sebagai guruh.
Proses terjadinya petir ini penting untuk diketahui sebagai edukasi anak.
Pada saat muatan listrik berkumpul di dalam awan dan posisi awan semakin tinggi, maka muatan awan akan terlibat dalam turbulensi udara.
Oleh karena itu, ini menyebabkan muatan listrik awan bergerak secara cepat.
Akibat pergerakan ini, maka muatan positif dan muatan negatif kemudian akan memisahkan diri.
Bagian atas awan akan mengumpulkan muatan positif, sementara muatan negatif akan terkumpul di bagian bawah awan.
Muatan negatif pada bagian bawah awan ini pun memiliki kecenderungan untuk berikatan dengan muatan positif yang ada di bumi.
Jika muatan negatif pada dasar awan sudah cukup besar, maka aliran muatan negatif dari awan akan menuju ke bumi.
Baca Juga: Mengenal Penyebab Gempa Bumi di Indonesia, Waspada Moms!
Saat petir menyambar, maka akan terjadi pertukaran muatan negatif dari awan dengan muatan positif dari bumi.
Saat pertemuan muatan negatif dan muatan positif inilah akhirnya Moms bisa melihat pertir dan suara guruh.
Pembuangan muatan negatif ini memiliki tujuan, yakni mencapai keseimbangan muatan di dalam awan.
Air yang ada di udara juga akan menurunkan daya isolasi udara.
Sehingga, pada musim hujan arus listrik akan lebih mudah mengalir dan menyebabkan lebih banyak petir terjadi.
Selain itu, jika akumulasi muatan listrik yang saling tarik menarik antara awan dan bumi sudah cukup besar, maka daya hantar listriknya untuk melalui udara akan semakin besar.
Di momen ini, muatan negatif dari awan akan langsung menyambar titik tertinggi dari bumi.
Ini karena titik tertinggi di bumi ini yang mengandung muatan positif yang paling dekat dan besar.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Buku Edukasi Anak, Kembangkan Minat Literasinya
Melihat kilatan cahaya di langit saat suasana mendung memang mengesankan.
Namun, ada baiknya untuk berlindung saat sedang terjadi petir.
Ini karean petir bisa mendatangkan bahaya untuk manusia.
Meski petir adalah fenomena alam yang sangat normal terjadi, Moms tetap harus melindungi diri dan Si Kecil dari petir.
Pasalnya, arus petir bisa menimbulkan tegangan listrik yang tinggi yang tidak bisa ditahan oleh makhluk hidup.
Bahkan Moms pasti sering mendengar kisah tentang manusia yang meninggal akibat tersambar petir.
Tak hanya itu saja, petir juga berbahaya jika menyambar logam atau struktur bangunan.
Ini karena petir bisa menyebabkan konsleting listrik yang kemudian menyebabkan kebakaran.
Petir juga bisa mengganggu menara sinyal, hingga memicu ledakan.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memasang penangkal petir di atap-atap rumah dan bangunan tinggi supaya proses terjadinya petir tidak akan membahayakan manusia atau menyebabkan kerusakan pada gedung.
Penggunaan penangkal petir di atap bangunan juga diyakini bisa menghantarkan muatan listrik langsung ke tanah, sehingga ini membuatnya lebih aman.
Baca Juga: Mengenal Komet, Benda Langit Spektakuler yang Memiliki Ekor
Setelah memahami proses terjadinya petir, berikut ini adalah beberapa fakta tentang petir:
Kilatan yang Moms lihat sebagai hasil sambaran petir bergerak dengan kecepatan cahaya (670.000.000 mph).
Sebenarnya, sambaran petir bergerak dengan kecepatan 270.000 mph yang relatif lembut.
Artinya, akan memakan waktu sekitar 55 menit untuk melakukan perjalanan ke bulan.
Atau sekitar 1,5 detik untuk melakukan perjalanan dari Tangerang ke Bandung.
Baca Juga: Proses Terjadinya Tsunami yang Sebaiknya Moms Pahami
Danau Maracaibo di Venezuela adalah tempat yang paling banyak menerima sambaran petir.
Badai petir besar-besaran terjadi pada 140-160 malam per tahun dengan rata-rata 28 sambaran petir per menit yang berlangsung hingga 10 jam setiap kali.
Itu berarti sebanyak 40.000 sambaran petir dalam satu malam.
Pohon sering kali hancurkan akibat sambaran petir.
Saat petir menyambar pohon, petir biasanya merambat tepat di bawah kulit pohon di mana terdapat lapisan getah dan air.
Lapisan ini menjadi cepat panas dan mengembang menyebabkan kulit kayu terlepas dari pohon dan terkadang membelah kayu.
Baca Juga: Dalil Pembuatan Alam Semesta dalam Surat Al A'raf Ayat 54, Masya Allah!
Penampakan petir di langit memang menyeramkan, tetapi sebenarnya lebar sebenarnya dari sambaran petir hanya sekitar 2-3 cm.
Sementara panjang rata-rata sambaran petir adalah sekitar 3 hingga 5 kilometer.
Muatan yang dibawa ke saluran kecil ini begitu kuat sehingga suhu petir bisa mencapai 30.000 derajat Celcius.
Artinya, ini lima kali lebih panas dari permukaan matahari.
Fakta lain yang tidak kalah menarik dari proses terjadinya petir yaitu jenisnya.
Ternyata, petir terdiri dari beberapa jenis, yang meliputi:
Salah satu jenis petir yang terjadi di alam yaitu cloud-to-ground (CG).
Ini adalah jenis petir yang terjadi antara awan dengan permukaan bumi.
Jenis petir yang satu ini erjadi ketika muatan listrik yang terkumpul di dalam awan melepaskan diri secara cepat dan meluncur ke permukaan bumi melalui jalur konduktor yang ada di bawahnya.
Jalur konduktor yang dimaksud bisa berupa pohon, gedung, menara, atau benda-benda lain yang menghantarkan listrik dengan mudah, atau bisa juga terbentuk oleh ionisasi udara di sekitarnya.
Petir CG terlihat sebagai kilatan cahaya yang sangat terang dan diikuti oleh suara guntur yang keras.
Jenis petir berikutnya yakni cloud-to-air (CA). Ini merupakan jenis petir yang terjadi antara awan dan udara.
Petir CA terjadi ketika muatan listrik yang terkumpul di dalam awan melepaskan diri secara cepat dan memancarkan kilatan petir ke udara di sekitarnya.
Berbeda dengan jenis petir CG, kilatan petir ini terlihat sebagai cahaya yang terang dan biasanya berwarna putih atau warna biru.
Suara guntur yang dihasilkan oleh petir CA lebih lemah daripada petir CG. Pasalnya, pada jenis petir ini tidak terjadi arus petir yang besar.
Petir ground-to-cloud (GC) adalah jenis petir yang terjadi antara permukaan bumi dan awan.
Proses terbentuknya petir GC bisa disebabkan oleh beda potensial listrik yang tinggi antara permukaan bumi dan awan di atasnya.
Perbedaan potensial ini dapat terjadi akibat dari friksi antara udara dengan permukaan bumi, seperti saat terjadi badai debu atau angin kencang.
Bisa juga disebabkan oleh aktivitas listrik di dalam tanah atau air.
Jadi ketika muatan listrik dari permukaan bumi mencapai awan, terjadi lonjakan arus listrik yang disebut arus petir.
Petir GC biasanya terlihat sebagai kilatan cahaya yang terang dan diikuti oleh suara guntur yang keras.
Jenis petir selanjutnya yaitu petir intracloud (IC). Ini adalah jenis petir yang terjadi di dalam satu awan yang sama.
Petir intracloud terjadi ketika terdapat beda potensial listrik yang tinggi antara dua bagian dalam satu awan.
Penyebab perbedaan potensial listrik tersebut ketika terdapat aliran udara yang berbeda-beda di dalam awan.
Jadi, menyebabkan terjadinya pemisahan muatan listrik dalam awan.
Ketika muatan listrik yang terkumpul di dalam awan mencapai tingkat kejenuhan tertentu, terjadi ionisasi udara di sekitarnya dan terbentuklah jalur konduktor listrik.
Setelah terbentuk jalur konduktor, muatan listrik dalam awan akan meluncur dan memancarkan kilatan petir ke dalam awan di sekitarnya.
Kilatan petir ini IC umumnya terlihat sebagai cahaya yang terang dan biasanya berwarna putih atau biru.
Jenis petir lainnya yaitu petir cloud-to-cloud (CC). Sesuai dengan namanya, jenis petir CC terjadi antara satu awan dengan awan lainnya.
Petir CC terjadi ketika terdapat beda potensial listrik yang tinggi antara dua awan yang berdekatan.
Perbedaan potensial tersebut dapat terjadi akibat dari friksi antara udara dengan awan, seperti saat terjadinya badai atau pergerakan massa udara yang besar.
Kilatan petir yang dihasilkan terlihat sebagai cahaya yang terang dan biasanya berwarna putih atau biru.
Baca Juga: 9+ Nama-Nama Dinosaurus Terpopuler yang Digemari Anak-anak
Itulah penjelasan tentang proses terjadinya petir dan fakta menarik lainnya, ya, Moms.
Semoga bisa menambah pengetahuan Si Kecil.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.