06 Juli 2023

Sleep Apnea: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Sleep apnea dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak
Sleep Apnea: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Kualitas tidur yang baik erat hubungannya dengan kondisi kesehatan. Ada gangguan tidur yang dinamakan sleep apnea.

Sleep apnea merupakan jenis gangguan tidur yang ditandai dengan berhentinya pernapasan selama beberapa saat ketika tidur dan berulang.

Seseorang yang mengalaminya akan mengalami jeda pernapasan selama beberapa waktu ketika tidur.

Pernapasan yang terhenti dalam beberapa kali saat tidur ini dapat berisiko pada kualitas tidur karena memengaruhi suplai oksigen ke tubuh sehingga bisa berdampak serius bagi kesehatan.

Tidak hanya dialami oleh orang dewasa, kondisi ini juga bisa terjadi pada anak-anak, lho!

Untuk itu, Moms dan Dads perlu mengetahui gejala apa saja yang menandakan kondisi ini pada orang dewasa maupun anak-anak, serta bagaimana cara mengatasi sleep apnea .

Baca Juga: Apa Perbedaan Sesak Napas dan Napas Pendek? Simak Penjelasannya!

Tipe Sleep Apnea

Perempuan Tidur Nyenyak
Foto: Perempuan Tidur Nyenyak (Freepik.com/jcomp)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sleep apnea dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak.

Sleep apnea pun terdiri dari beragam jenis, Moms. Berikut tipenya yang dilansir dari laman Sleep Foundation.

1. Obstructive Sleep Apnea (OSA)

OSA terjadi ketika saluran napas di bagian belakang tenggorokan tersumbat.

Kondisi ini dapat menyebabkan sesak napas sementara ketika tidur.

Sleep apnea tipe ini adalah yang paling umum dialami anak-anak.

Menurut data dari American Sleep Apnea Association, 1 hingga 4% anak-anak di Amerika Serikat menderita sleep apnea.

Jenis usia anak-anak dengan kondisi ini bervariasi, tetapi kebanyakan dari mereka berusia antara 2 dan 8 tahun.

2. Central Sleep Apnea (CSA)

CSA terjadi karena adanya masalah dalam sistem otak yang bertugas untuk mengendalikan otot pernapasan sehingga pernapasan menjadi lebih lambat dan dangkal ketika tidur.

CSA adalah salah satu jenis gangguan tidur yang sering kali dihubungkan dengan masalah sistem saraf.

Gangguan ini terjadi ketika otak tidak mampu mengirimkan sinyal yang tepat untuk mengendalikan otot pernapasan saat tidur.

Hal ini dapat menyebabkan terhentinya napas secara tiba-tiba selama beberapa detik hingga beberapa menit, dan dapat terjadi berulang kali selama satu malam.

Dalam beberapa kasus, central sleep apnea dapat dikaitkan dengan penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, stroke, atau gagal ginjal.

Oleh sebab itu, penting bagi individu yang mengalami gejala central sleep apnea untuk segera berkonsultasi dengan dokter agar dapat diberikan penanganan yang tepat.

3. Mixed Sleep Apnea

Ketika seseorang mengalami OSA dan CSA pada saat yang bersamaan, kondisi ini disebut sebagai sleep apnea campuran atau sleep apnea kompleks.

Dalam MSA, seseorang dapat mengalami tiba-tiba terhentinya napas selama tidur (seperti pada CSA). Namun, juga terdapat penyumbatan pada saluran napas yang mengganggu aliran udara (seperti pada OSA).

Kondisi ini dapat terjadi ketika seseorang memiliki masalah pada sistem saraf dan otot pernapasan serta adanya hambatan pada saluran napas.

Hal ini membuat mixed sleep apnea seringkali sulit untuk didiagnosis dan diobati, karena terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhinya.

Gejala yang dialami pada MSA mirip dengan OSA, seperti mengantuk pada siang hari, kesulitan berkonsentrasi, dan sering terbangun di malam hari.

Pengobatan untuk MSA dapat dilakukan dengan mengkombinasikan terapi yang digunakan untuk mengatasi OSA dan CSA.

Baca Juga: Yuk, Kenalkan 6 Bahasa Pemrograman untuk Anak-Anak!


Gejala Sleep Apnea

Pria Tidur Nyenyak
Foto: Pria Tidur Nyenyak (Freepik.com/yanalya)

Ada beberapa gejala umum yang dapat menandakan sleep apnea pada Moms atau Dads, yaitu:

  • Adanya gangguan pernapasan sehingga sulit bernapas bahkan napas bisa terhenti selama 1 menit saat tidur.
  • Mengantuk secara berlebihan di siang hari.
  • Sakit kepala saat bangun tidur di pagi hari.
  • Mudah tersinggung atau lekas marah.
  • Rentang perhatian terbatas dan kesulitan dalam berpikir jernih.

Sementara itu, terdapat gejala tambahan lain yang dapat menandakan seseorang mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA), yaitu:

  • Mendengkur, termasuk mendengkur yang sangat keras dan melibatkan terengah-engah, tersedak, atau mendengus yang dapat menyebabkan seseorang bangun sebentar.
  • Sakit tenggorokan atau mulut kering di pagi hari.
  • Sering terbangun untuk buang air kecil (nokturia).

Mendengkur kronis adalah gejala OSA yang paling umum, tetapi tidak berarti bahwa setiap orang yang mendengkur menderita sleep apnea.

Sedangkan untuk gejala Central Sleep Apnea (CSA) biasanya tidak disertai dengan mendengkur.

Baca Juga: Ini 5 Penyebab Kenapa Orang Sering Mendengkur

Gejala Sleep Apnea pada Anak

Kenali Ciri Sleep Apnea pada Balita 1.jpg
Foto: Kenali Ciri Sleep Apnea pada Balita 1.jpg (Nationaleczema.org)

Sama halnya dengan gejala pada orang dewasa, anak-anak yang mengalami kondisi ini juga ditandai dari dengkuran keras.

Selain mendengkur, sleep apnea pada anak juga  bisa disertai dengan batuk atau tersedak saat tidur, bernapas melalui mulut atau bahkan mengalami henti napas beberapa waktu, mengompol, dan tidur dalam posisi aneh.

Umumnya, pengidap sleep apnea tidak akan menyadari adanya gangguan pernapasan saat tidur malam hari.

Sering kali, mereka mengetahui masalah sleep apnea dari anggota keluarga atau teman sekamarnya.

Penyebab Sleep Apnea

Perlu Moms ketahui, terdapat beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab sleep apnea.

Menurut National Health Service, penyebab utama dari kondisi ini adalah menyempitnya saluran udara ketika tidur.

Jadi saat tidur, Moms, Dads, atau Si Kecil mengalami kesulitan bernapas dengan benar.

Namun, ada juga beberapa faktor lain yang bisa saja menyebabkannya, yaitu:

  • Kegemukan.
  • Adanya riwayat penyakit gagal jantung atau ginjal.
  • Usia yang semakin menua, tetapi anak-anak dan orang dewasa yang berusia muda juga bisa mengalaminya.
  • Memiliki anggota keluarga lain dengan gangguan sleep apnea (keturunan).
  • Kebiasaan merokok.
  • Kebiasaan minum alkohol.
  • Memiliki amandel atau kelenjar gondok yang besar.

Selain itu, bayi prematur atau anak-anak yang lahir sebelum memasuki usia kehamilan 37 minggu juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah pernapasan saat tidur.

Meski demikian, dalam banyak kasus, risiko ini bisa saja menurun ketika otak anak semakin matang.

Baca Juga: Mengenal Hipotermia pada Bayi, Kondisi Suhu Tubuh Bayi di Bawah Normal

Diagnosis dan Cara Mengatasi Sleep Apnea

Suami Ngorok
Foto: Suami Ngorok (Freepik.com/jcomp)

Jika Moms, Dads atau Si Kecil mengalami salah satu tanda sleep apnea, maka ada baiknya untuk meminta bantuan ke ahli.

Hal ini karena kondisi ini bila tidak diatasi dapat menimbulkan gangguan kesehatan lainnya.

Dokter mungkin akan mendiagnosis sleep apnea berdasarkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan hasil dari studi tidur.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan hasil diagnosis menunjukkan adanya sleep apnea, dokter akan mengambil beberapa tindakan rekomendasi untuk membantu Moms, Dads, atau Si Kecil agar jalan napas tetap terbuka selama tidur.

Mengutip laman The National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sleep apnea:


1. Perubahan Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup yang dimaksud ialah menjalani gaya hidup sehat.

Dokter mungkin akan menyarankan Moms untuk memilih makanan yang menyehatkan jantung, membatasi asupan alkohol, dan mengurangi merokok.

Pengidap sleep apnea juga disarankan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur.

Hal ini bertujuan untuk menjaga berat badan tetap ideal dan sehat.

Penelitian telah menunjukkan bahwa menurunkan berat badan dapat mengurangi sleep apnea pada orang yang juga didiagnosis obesitas.

Selain itu, usahakan untuk membangun kebiasaan tidur yang sehat.

Dengan cara tidur selama waktu yang disarankan oleh Kemenkes RI berdasarkan usia di bawah ini.

  • Usia 0-1 bulan: 14-18 jam setiap hari.
  • Usia 1-18 bulan: 12-14 jam setiap hari.
  • Usia 3-6 tahun: 11-13 jam setiap hari.
  • Usia 6-12 tahun: 10 jam setiap hari.
  • Usia 12-18 tahun: 8-9 jam setiap hari.
  • Usia 18-40 tahun: 7-8 jam sehari.
  • Lansia-60 tahun ke atas: 6-7 jam sehari.

Baca Juga: Insomnia: Jenis, Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

2. Alat Bantu Pernapasan

Alat bantu pernapasan, seperti mesin CPAP, adalah perawatan yang paling sering direkomendasikan untuk penderita sleep apnea.

Jika dokter telah meresepkan CPAP atau alat pernapasan lainnya, maka pastikan untuk melanjutkan perubahan gaya hidup sehat yang direkomendasikan dokter ya, Moms.

3. Corong untuk Membantu Pernapasan

Corong mulut atau peralatan oral, biasanya merupakan alat bantu napas lainnya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penderita sleep apnea.

Ada dua jenis corong yang dapat berfungsi untuk membuka saluran napas bagian atas, yaitu:

  • Mandibular repositioning mouthpieces (Corong reposisi mandibula): alat yang menutupi gigi atas dan bawah, serta menahan rahang dalam posisi yang mencegahnya menghalangi jalan napas bagian atas.
  • Tongue retaining devices (Alat penahan lidah): corong yang bekerja untuk menahan lidah dalam posisi maju sehingga dapat mencegah lidah dari menghalangi jalan napas bagian atas.

Dokter mungkin akan meresepkan corong jika Moms hanya menderita sleep apnea ringan atau jika kondisi ini hanya terjadi saat tidur dalam posisi telentang.

Untuk mendapatkan corong untuk membantu pernapasan ini, dokter mungkin akan menyarankan Moms untuk mengunjungi dokter gigi atau ortodontis, sejenis dokter gigi yang berspesialisasi dalam mengoreksi masalah gigi atau rahang.

Spesialis ini akan memastikan bahwa alat oral disesuaikan dengan mulut dan rahang.

Baca Juga: 10+ Cara Mengatasi Insomnia agar Mendapatkan Tidur Berkualitas

4. Terapi Otot Mulut dan Wajah

Anak-anak dan orang dewasa dengan sleep apnea dapat memperoleh manfaat dari terapi otot mulut dan wajah atau yang dikenal sebagai terapi orofasial.

Melakukan terapi ini akan membantu memperbaiki posisi lidah dan memperkuat otot yang mengontrol bibir, lidah, langit-langit lunak, dinding faring lateral, dan wajah.

5. Operasi

Moms juga mungkin memerlukan operasi jika menderita sleep apnea obstruktif (OSA) parah yang tidak merespons alat pernapasan seperti mesin CPAP atau yang disebabkan oleh sumbatan pada saluran napas bagian atas, misalnya karena amandel yang besar.

Prosedur bedah yang mungkin dilakukan meliputi hal-hal berikut ini:

  • Tonsillectomyexternal link: operasi untuk mengangkat amandel, yang merupakan organ di bagian belakang tenggorokan.

Kemajuan rahang atas atau rahang bawah: operasi untuk menggerakkan rahang atas dan rahang bawah ke depan sehingga dapat memperbesar jalan napas bagian atas

  • Trakeostomi: operasi untuk membuat lubang melalui bagian depan leher ke dalam trakea atau batang tenggorokan. Sebuah tabung pernapasan, yang disebut tabung trach akan ditempatkan melalui lubang dan langsung ke tenggorokan untuk membantu bernapas.

Jika operasi dianggap sebagai pengobatan yang memungkinkan, bicarakan dengan dokter tentang berbagai jenis prosedur pembedahan, risiko dan manfaat prosedur, kemungkinan ketidaknyamanan, dan waktu pemulihan yang diperlukan.

Itu dia hal-hal penting yang perlu Moms ketahui tentang sleep apnea.

Semoga Moms dapat lebih waspada dan segeralah konsultasi dengan dokter apabila mengalami salah satu tanda sleep apnea.

Jangan sampai kondisi ini menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius, ya.

  • https://www.sleepfoundation.org/sleep-apnea
  • https://www.sleepapnea.org/treat/childrens-sleep-apnea/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb