
Spasmofilia adalah gerakan tiba-tiba yang tidak disengaja pada satu atau lebih otot tubuh. Umumnya, orang awam menyebutnya dengan kram otot atau kedutan.
Spasmofilia juga membuat orang datang ke rumah sakit karena mereka merasa tengah terkena serangan jantung, karena keluhannya yang serupa.
Gejala spasmofilia memang mirip dengan penyakit gawat darurat ini, padahal keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Karena saat kondisinya parah, kaku otot ketika spasmofilia dapat menyebabkan kejang.
Lalu apa saja gejalanya? Berikut ini adalah informasi lengkap mengenai spasmofilia.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Mengatasi Kram Otot Saat Hamil
Foto: Spasmofilia.jpg (pinterest.com)
Foto: pinterest.com
Melansir Cleveland Clinic, spasmofilia terjadi ketika otot berkontraksi secara paksa dan tidak terkendali dan tidak dapat rileks.
Ini sangat umum dan dapat mempengaruhi salah satu otot tubuh. Namun, kondisi ini juga dapat melibatkan sebagian atau seluruh otot, atau beberapa otot dalam satu kelompok.
Tempat yang paling umum mengalami spasmofilia adalah paha, betis, kaki, tangan, lengan, dan perut.
Beberapa ahli percaya bahwa salah satu dari berikut ini mungkin penyeb spasmofilia:
Kemungkinan penyebab kram kaki nokturnal (kram kaki di malam hari) akibat spasmofilia, meliputi:
Baca Juga: Apa yang Pertama Kali Harus Dilakukan Saat Balita Kejang?
Spasmofilia juga bisa jadi merupakan respons tubuh terhadap perasaan panik yang muncul tiba-tiba karena alasan yang kadang kala tidak jelas.
Saat serangan panik ini terjadi, detak jantung memang akan menanjak secara signifikan diiringi dengan gejala yang mirip serangan jantung lainnya, seperti sesak napas, keringat dingin, pusing, gemetar, dan terasa seperti sedang sekarat.
Kendati demikian, penderita spasmofilia sebaiknya mencari cara pengobatan agar serangan panik tidak berkembang menjadi gangguan panik (panic disorder).
Secara umum, spasmofilia adalah kondisi kesehatan yang tidak diketahui pasti penyebabnya.
Penelitian mengungkap serangan panik adalah hal lumrah yang terjadi saat Moms dihadapkan pada situasi yang mengancam nyawa.
Misalnya ketika bertemu dengan hewan berbisa maupun orang jahat.
Baca Juga: Panic Disorder atau Gangguan Panik: Gejala dan Penyebabnya
Foto: spasmofilia
Foto: Orami Photo Stock
Melansir Mayo Clinic, penderita spasmofilia umumnya didominasi oleh kalangan muda di usia produktif, antara usia 14 tahun sampai dengan 35 tahun.
Selain itu, beberapa faktor penyebabnya antara lain adalah:
Atlet yang menjadi lelah dan dehidrasi saat berpartisipasi dalam olahraga cuaca hangat sering mengalami kram otot.
Kram otot juga sering terjadi selama kehamilan.
Moms mungkin berisiko lebih tinggi mengalami kram otot jika menderita diabetes, atau gangguan saraf, hati, atau tiroid.
Untuk bisa mengetahui pasti apakah kejang otot yang Moms alami adalah spasmofilia, maka dokter perlu menjalankan tes spasmofilia seperti:
Merupakan pemeriksaan dengan cara menyentuh pipi atau memukul ringan 2 cm di depan Tragus telinga (bagian telinga yang menonjol kecil di daerah pipi/jambang).
Kontraksi dari otot-otot wajah adalah tanda positif. Bergantung pada tingkat kalsium, respon bertingkat akan terjadi.
Awalnya, kedutan akan terjadi di sudut mulut, kemudian hidung, mata, dan otot-otot wajah.
Prosedur ini dilakukan dengan cara membuat iskemi di daerah lengan saat mengukur tekanan darah.
Tes ini bertujuan untuk melihat rata-rata sistolik dan diastolik dengan mempertahankan tekanan darah tersebut beberapa menit.
Trousseau’s sign lebih spesifik daripada Chvostek’s sign, tetapi memiliki sensitivitas yang tidak lengkap.
Baca Juga: Mengenal Penyebab, Gejala, dan Efek Buruk Distrofi Otot Pada Bayi
Dokter akan meminta Moms melakukan tes darah untuk memeriksa kadar kalsium dan magnesium dalam darah.
Kadar magnesium darah yang normal adalah 1,8 sampai 2,2 miligram per desiliter (mg/dL).
Sementara itu, kadar kalsium dalam darah yang normal adalah 8.8–10.4 miligrams per desiliter (mg/dL) atau 2.2–2.6 millimoles per liter (mmol/L).
Elektromiografi atau EMG adalah prosedur diagnostik untuk menilai kesehatan otot dan sel-sel saraf yang mengendalikan mereka.
Hasil EMG dapat mengungkapkan disfungsi saraf, disfungsi otot, atau masalah dengan transmisi sinyal dari saraf ke otot.
Neuron motorik mengirimkan sinyal listrik yang menyebabkan otot berkontraksi.
EMG menggunakan perangkat kecil yang disebut elektroda untuk menerjemahkan sinyal-sinyal ini ke dalam grafik, suara, atau nilai numerik, yang kemudian ditafsirkan oleh spesialis.
Pemeriksaan ini bergradasi sesuai dengan kadar kalsium dalam darah, yaitu:
Pemeriksaan ini berkaitan dengan biperventilasi (pernapasan yang cepat). Tanpa pemeriksaan ini, diagnosis Spasmofili tidak dapat ditentukan.
Hasil dari pemeriksaan adalah diketahuinya grade spasmofilia yang Moms miliki, yaitu :
Baca Juga: Hati-Hati Dads! Membesarkan Otot Bisa Pengaruhi Kesuburan Pria
Foto: spasmofilia
Foto: Orami Photo Stock
Kejang otot sulit dicegah dan bisa tidak terduga. Ada faktor risiko yang tidak bisa Moms hindari, seperti usia dan kondisi.
Namun, ada beberapa metode yang dilaporkan yang mungkin berguna untuk mengatasi faktor risiko tersebut dan mencegah kejang otot hingga spasmofilia:
Baca Juga: Apa Minum Kopi Bisa Mencegah Anak Kejang Saat Demam?
Spasmofilia dapat berlangsung hanya beberapa detik atau hingga beberapa menit, tetapi akan cenderung hilang dengan sendirinya tanpa perawatan apa pun.
Peregangan atau pijatan lembut pada area yang terkena atau menggunakan kompres panas atau es dapat membantu.
Terkadang, kejang otot bisa menjadi tanda dari kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Jika Moms mengalami kejang parah, jangan tunda untuk melakukan pengecekan dengan dokter.