
Banyak Moms yang khawatir saat dokter menyatakan air ketuban berubah warna menjadi keruh. Apakah air ketuban keruh itu berbahaya bagi janin?
Air ketuban memiliki banyak fungsi vital untuk perkembangan janin yang sehat. Namun, jika jumlah cairan ketuban terlalu sedikit atau warnanya keruh, Moms perlu waspada, ya!
Foto: air ketuban keruh (http://www.howitworksdaily.com/)
Foto: Orami Photo Stock
Melansir Medical News Today, warna air ketuban yang normal adalah cenderung bening atau kekuningan. Meskipun bila ada sedikit darah pada air ketuban, hal tersebut masih bisa dibilang normal.
Lebih jelasnya, warna air ketuban lebih jernih dari urine dan tidak keruh atau kental seperti keputihan.
Air ketuban ini mulai terbentuk pada 12 hari pertama setelah pembuahan terjadi. Mulanya, cairan ketuban yang membuat janin ‘berenang’ ini berasal dari air tubuh ibu.
Seiring berkembangnya janin, tepatnya mulai usia kehamilan 20 minggu, air ketuban lebih banyak berasal dari urine bayi, lho, Moms.
Bukan cuma sekadar air, ketuban juga mengandung nutrisi penting, hormon, dan antibodi.
Keseluruhan komponen tersebut lah yang akan melindungi bayi dari benturan maupun cedera.
Baca Juga: Pelajari Arti Warna Air Ketuban serta Tanda Kebocoran, Moms Wajib Tahu!
Selama dua trimester awal kehamilan, cairan ketuban memang cenderung jernih dan kuning.
Menurut studi dalam Journal of Perinatal Medicine, air ketuban menjadi tidak berwarna saat memasuki trimester ketiga.
Namun, sejak usia kehamilan 33-34 minggu, warna air ketuban bisa menjadi keruh dan ini bisa terjadi dengan cepat setelah minggu ke-36-37.
Walau kerap menjadi hal yang normal karena air ketuban mengandung serpihan vernix, Moms tetap perlu waspada dengan air ketuban keruh.
Pasalnya, kondisi ini bisa berdampak bagi janin dalam kandungan, apalagi jika skor makro cenderung tinggi.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab air ketuban keruh, antara lain:
Keruhnya warna air ketuban bisa menjadi pertanda awal bahwa air ketuban mengalami infeksi. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut dengan chorioamnionitis.
Selain menyebabkan air ketuban keruh, chorioamnionitis juga dapat memicu infeksi pada ibu dan janin. Bahkan, janin bisa lahir lebih awal alias prematur akibat infeksi air ketuban.
Dalam kondisi normal, bayi akan mengalami fase buang air besar yang pertama selepas kelahirannya. Nah, feses pertama ini disebut mekonium yang berwarna hijau atau cokelat.
Jika cairan ketuban berwarna hijau atau kecokelatan, hal ini menandakan bahwa bayi telah mengeluarkan mekoniumnya sebelum lahir. Hati-hati, itu bisa jadi masalah, lho, Moms.
Bercampurnya mekonium dan air ketuban di dalam rahim dapat memicu sindrom aspirasi mekonium, yaitu kondisi ketika mekonium masuk ke paru-paru bayi.
Dalam beberapa kasus, air ketuban keruh yang masuk ke tubuh bayi sebelum lahir dapat menyebabkan bayi tersebut membutuhkan perawatan segera setelah lahir nanti.
Moms perlu lebih waspada saat air ketuban keruh cenderung berwarna kemerahan. Pasalnya, hal ini bisa jadi mengindikasikan adanya masalah pada plasenta.
Baca Juga: 5 Perbedaan Air Ketuban dan Keputihan, Jangan Terkecoh Lagi, ya Moms!
Bilirubin merupakan bahan yang dihasilkan oleh tubuh bayi dan akan diolah oleh hati. Setelah bayi lahir, hati akan mulai menurunkan kadar bilirubin sehingga bayi tetap dalam kondisi sehat.
Namun, pada beberapa kasus, kadar bilirubin bisa keluar dari tubuh bayi dan bercampur dengan air ketuban. Akibatnya, warna air ketuban tentu tak lagi bening, tetapi sangat keruh.
Oligohidramnion adalah kondisi saat air ketuban cenderung berkurang atau sedikit dan ini bisa membuat warna air ketuban menjadi keruh.
Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari dehidrasi, gangguan plasenta, hingga ketuban pecah.
Bukan cuma itu, bayi juga berisiko mengalami gangguan perkembangan paru-paru karena salah satu fungsi cairan ketuban adalah mendorong mengembangnya paru-paru saat bayi “menghirup” cairan agar masuk atau keluar dari paru-paru.
Foto: air ketuban keruh
Foto: Orami Photo Stock
Perubahan warna pada air ketuban tidak selalu menunjukkan gejala, walaupun ketika warnanya sudah telanjur keruh.
Akan tetapi, ibu hamil dapat mengalami beberapa gejala berikut saat air ketuban keruh terjadi, antara lain:
Namun, perlu diingat bahwa gejala-gejala tersebut tidak mesti disebabkan oleh air ketuban keruh, ya, Moms.
Bila Moms mengalaminya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan untuk memastikan penyebabnya.
Foto: air ketuban keruh (freepik.com)
Foto: Orami Photo Stock
Untuk mengetahui bahaya atau tidaknya pada janin akibat air ketuban keruh, dokter biasanya akan memantau kondisi bayi dalam kandungan lewat USG.
Jika tidak ada masalah serius pada janin, maka kondisi cairan ketuban yang kurang jernih mungkin saja tidak berbahaya.
Lanjutkan konsumsi vitamin ibu hamil dan obat yang diresepkan dokter sesuai dosis yang dianjurkan.
Selain itu, Moms juga dapat melakukan berbagai cara berikut untuk menjaga volume air ketuban dan mencegahnya menjadi keruh, antara lain:
Baca Juga: 9 Cara Memperbanyak Air Ketuban hingga Akhir Kehamilan, Ampuh!
Lain halnya jika penyebab air ketuban keruh terjadi akibat chorioamnionitis, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik guna mengobati infeksi.
Air ketuban keruh bisa jadi hal yang normal ketika memasuki trimester akhir menjelang persalinan.
Namun, bila disertai gejala lainnya, segera konsultasikan ke dokter kandungan untuk memastikan penyebabnya, ya, Moms!
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.