
Pengapuran plasenta menjadi salah satu masalah kehamilan yang sering terjadi.Seiring berjalannya usia kehamilan, plasenta pun akan menua.
Pada akhir masa kehamilan, kemampuannya untuk memasok oksigen dan makanan ke Si Kecil dalam kandungan pun berkurang.
Sering kali Moms pun harus melahirkan saat usia kandungan minggu ke-42.
Hal ini karena sudah terjadi pengapuran plasenta, yang menjadikan bayi sulit bernapas di dalam rahim atau bahkan susah mendapatkan nutrisi dari ibu.
Lantas, apa itu pengapuran plasenta? Apa saja gejala dan penyebabnya? Yuk, simak lebih lengkapnya di bawah ini Moms!
Baca Juga: Penyakit Jantung Koroner: Ketahui Penyebab, Gejala, serta Cara Mencegahnya
Foto: Ilustrasi janin (https://sciencenorway.no/)
Foto: Orami Photo Stock
Pengapuran plasenta adalah kondisi penuaan plasenta dikarenakan penumpukan kalsium yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kecil di plasenta.
Kondisi ini bisa dikatakan normal apabila pengapuran plasenta terjadi menjelang akhir kehamilan.
Menurut jurnal Frontiers in Physiology, pengapuran plasenta terjadi ketika deposit kalsium bulat dan kecil menumpuk di plasenta, menyebabkannya memburuk secara bertahap.
Proses ini terjadi secara alami ketika usia kehamilan Moms semakin mendekati akhir kehamilan.
Namun, jika pengapuran plasenta saat hamil terjadi sebelum minggu ke-36, dapat menyebabkan komplikasi untuk Moms dan Si Kecil dalam kandungan.
Komplikasi seperti pembatasan pertumbuhan janin dan gawat janin empat kali lebih mungkin dalam kasus pengapuran plasenta.
Nah, plasenta biasanya digambarkan melalui empat tingkatan, dari 0 (paling tidak dewasa) hingga III (paling matang).
Semua plasenta mulai dari tingkat nol pada awal kehamilan. Perubahan dapat dilihat mulai 12 minggu ke depan. Saat kehamilan berlanjut, plasenta menjadi matang dan mengalami pengapuran.
Melansir Baby Center mengklasifisikasikan tingkatan plasenta pada sekitar waktu berikut:
Baca Juga: Cara Menghadapi Orang yang Membenci Kita, Jangan Sampai Bikin Ciut Nyali!
Foto: Ilustrasi kontraksi rahim
Foto: Orami Photo Stock
Biasanya cara untuk mendiagnosis pengapuran plasenta saat hamil adalah melalui ultrasonografi panggul.
Namun, dalam beberapa kasus pengapuran plasenta bisa terdiagnosis selama sonografi rutin selama kehamilan.
Di samping itu, ada juga tanda pengapuran plasenta saat hamil yang bisa diketahui:
Tanda pengapuran plasenta saat hamil yang paling umum adalah janin minim gerakan dari biasanya atau berhenti bergerak sama sekali.
Ibu dengan kondisi ini biasanya akan melihat bahwa janin mereka kurang bergerak ketika mereka bangun di pagi hari.
Maka, ada baiknya langsung hubungi dokter kandungan atau bidan. Percayalah naluri dan intuisi keibuan Moms.
Baca Juga: Kenali Limfoma Hodgkin, Mulai dari Gejala hingga Cara Pencegahannya
Tanda lain pengapuran plasenta saat hamil yaitu pendarahan vagina, kontraksi rahim, rasa sakit di perut atau punggung bagian bawah.
Jika Moms mengalami kondisi ini, ada baiknya langsung berkonsultasi ke dokter kandungan, ya.
Moms mungkin juga memerhatikan bahwa perut tidak tumbuh sebagaimana mestinya, yang mengindikasikan adanya hambatan dalam pertumbuhan janin.
Bila semua gejala ini dapat mengindikasikan komplikasi serius lainnya pada kehamilan, langsung hubungi dokter jika Moms mengalaminya.
Ada risiko komplikasi yang lebih besar dari kalsifikasi plasenta ketika Moms belum cukup bulan, terutama pada usia 36 minggu atau kurang.
Jika kandungan mendeteksi pengapuran prematur di plasenta, dokter dapat memonitor bayi lebih dekat untuk memastikan mereka mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Baca Juga: 20+ Peraturan di Kolam Renang Umum, Ajarkan Si Kecil Ya!
Foto: Faktor Risiko Pengapuran Plasenta Saat Hamil (https://yimg.com/)
Foto: Orami Photo Stock
Pengapuran plasenta terjadi secara alami menjelang akhir kehamilan saat plasenta mulai menua.
Ini terjadi dalam berbagai derajat dan tidak sering menjadi masalah saat hamil 37 minggu terakhir.
Jika terjadi kalsifikasi di awal kehamilan, yaitu sebelum 36 minggu, ini bisa menjadi risiko.
Bila plasenta Moms tidak berfungsi dengan baik, janin yang sedang tumbuh mungkin tidak menerima semua nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang secara memadai.
Berikut ini adalah faktor risiko pengapuran plasenta yang paling umum.
Baca Juga: Ketorolac untuk Anti Nyeri: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping
Foto: pengapuran plasenta (Parenting.firstcry.com)
Foto: Orami Photo Stock
Penyebab pengapuran plasenta belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Keturunan hingga kondisi lingkungan seperti radiasi, frekuensi suara rendah, dan reaksi terhadap obat-obatan tertentu merupakan faktor risiko pengapuran plasenta.
Infeksi bakteri juga diperkirakan bisa menjadi penyebab pengapuran.
Baca Juga: Profil Agung Hapsah, YouTuber Indonesia yang Comeback setelah Hampir 2 Tahun Vakum
Foto: Mencegah Pengapuran Plasenta (Orami Photo Stock)
Foto: Orami Photo Stock
Dalam jurnal Developmental Biology, kalsifikasi plasenta ditandai dengan pembentukan lekukan atau struktur seperti cincin secara bertahap oleh pengendapan kalsium di dalam plasenta.
Kondisi ini sering ditemukan pada kehamilan aterm dan dianggap sebagai proses penuaan fisiologis.
Tetapi, beberapa derajat pengapuran dapat diterima dalam kehamilan dalam jumlah bulan yang sehat.
Namun, Moms dapat mencegah pengapuran plasenta dini dengan beberapa cara berikut ini:
Asupan vitamin, nutrisi dan makanan sehat yang mengandung antioksidan secara teratur dapat menghentikan penuaan dini pada plasenta.
Terutama, makanan yang mengandung vitamin E, vitamin C, dan beta karoten harus dikonsumsi lebih banyak untuk mencegah kondisi serius ini selama kehamilan.
Salah satu penyebab utama pengapuran plasenta adalah merokok selama kehamilan.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk tidak merokok selama masa kehamilan.
Baca Juga: Ingin Promil? Ini 10 Dokter Kandungan di Padang Terbaik!
Stres saat hamil adalah normal karena rasa khawatir Moms terhadap banyak hal.
Namun, Moms perlu mengendalikan stres agar tidak memberi dampak buruk pada diri sendiri dan janin.
Hormon stres berperan dalam memicu berbagai komplikasi kehamilan.
Stres yang serius dan berlangsung lama bisa memengaruhi sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh dari infeksi.
Saat sistem kekebalan tubuh terganggu, risiko mengalami infeksi rahim dan pengapuran plasenta.
Moms perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin saat hamil karena banyak manfaat yang bisa diperoleh di sini.
Salah satunya adalah menghindari risiko pengapuran plasenta.
Semakin awal tterdetiksi pengapuran plasenta, semakin cepat penanganan untuk pengapuran plasenta.
Jika dokter kandungan menemukan pengapuran yang signifikan, mereka mungkin merekomendasikan operasi caesar atau menginduksi persalinan untuk mengurangi risikonya.
Baca Juga: Cara Membersihkan Puting Payudara Saat Hamil dan Menyusui
Itu dia Moms penjelasn mengenai pengapuran plasenta.
Jika mengalami gejala di atas, Moms jangan ragu untuk segera periksa ke dokter ya!