Altruisme: Pengertian, Manfaat, dan Contoh dalam Kehidupan
Apakah Moms pernah mendengar kata altruisme?
Jika belum, Moms tidak sendiri karena memang istilah altruisme ini mungkin masih asing bagi banyak orang.
Namun, Moms perlu mengetahui lebih lanjut apa yang disebut dengan altruisme.
Baca Juga: 8 Jenis Penyakit Psikologi atau Gangguan Mental yang Perlu Dipahami
Apa itu Altruisme?
Menurut American Psychological Association, altruisme adalah kondisi yang mengacu pada perilaku yang menguntungkan individu lain dengan mengorbankan diri sendiri.
Altruisme dapat mencakup berbagai macam perilaku, mulai dari mengorbankan hidup untuk menyelamatkan orang lain, memberikan uang untuk amal, hingga hanya menunggu beberapa detik untuk menahan pintu terbuka bagi orang asing.
Melansir laman Psychology Today, sering kali, orang berperilaku altruistik ketika mereka melihat orang lain dalam keadaan yang menantang dan merasakan empati sehingga muncul keinginan untuk membantu.
Melansir Very Well Mind, altruistik dalam diri seseorang memengaruhi mereka untuk melakukan sesuatu hanya karena memiliki keinginan membantu, bukan karena merasa berkewajiban, kesetiaan, atau alasan agama.
Memiliki sifat ini membuat seseorang lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan membuat mereka dikenal sebagai orang yang murah hati.
Namun dalam beberapa kasus, tindakan tersebut justru membuat orang membahayakan dirinya sendiri saat membantu orang lain.
Karena bisa jadi orang yang dibantu justru merasa marah karena bantuan tersebut, atau bisa saja sifat ini dimanfaatkan oleh orang lain yang berniat buruk.
Baca Juga: Mengenal Play Therapy, Terapi Bermain untuk Mengatasi Masalah Psikologis Anak
Contoh Altruisme dalam Kehidupan Sehari-Hari
Tanpa disadari, sebenarnya kehidupan sehari-hari Moms dipenuhi dengan tindakan altruistik kecil, dari menahan pintu untuk orang asing hingga memberikan uang kepada orang yang membutuhkan.
Kisah-kisah dalam berita juga sering kali berfokus pada kasus-kasus altruistik yang lebih besar.
Seperti seorang pria yang menyelam ke sungai yang sedingin es untuk menyelamatkan orang asing yang tenggelam atau seorang pemberi dana yang memberikan uang jutaan Rupiah kepada badan amal setempat.
Beberapa contoh lain yang mencerminkan sifat ini, meliputi:
- Melakukan sesuatu untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
- Melupakan hal-hal yang dapat membawa keuntungan pribadi jika menimbulkan biaya bagi orang lain.
- Membantu seseorang meskipun ada biaya atau risiko pribadi.
- Berbagi sumber daya dengan orang lain bahkan saat diri sendiri sedang menghadapi kesulitan bahkan kelangkaan.
- Menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Kelainan Psikis Saat Hamil, Moms Harus Tahu!
Jenis-jenis Altruistik
Berikut beberapa jenis perilaku altruistik yang dapat Moms pahami:
1. Altruisme Genetik
Seperti namanya, jenis altruistik ini melibatkan keterlibatan dalam tindakan altruistik yang menguntungkan anggota keluarga dekat.
Misalnya, orangtua dan anggota keluarga lainnya sering melakukan pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2. Altruisme Timbal Balik
Jenis altruistik ini didasarkan pada hubungan saling memberi dan menerima.
Jeni ini melibatkan tindakan membantu orang lain sekarang karena mereka (orang yang ditolong) akan dapat membalas budi suatu hari nanti.
3. Altruisme yang Dipilih Kelompok
Tindakan ini melibatkan keterlibatan dalam tindakan altruistik untuk orang-orang berdasarkan afiliasi kelompok mereka.
Orang mungkin mengarahkan upaya mereka untuk membantu orang yang menjadi bagian dari kelompok sosial atau mendukung kegiatan sosial yang menguntungkan kelompok tertentu.
4. Altruisme Murni
Altruisme murni, juga dikenal sebagai altruisme moral, bentuk ini melibatkan membantu orang lain, bahkan ketika berisiko, tanpa imbalan apapun.
Tindakan tersebut biasanya dimotivasi oleh nilai-nilai dan moral yang diinternalisasi.
Baca Juga: Mewarnai Bisa Tingkatkan Kesehatan Mental, Ini 5 Manfaatnya Bagi Orang Dewasa
Penyebab Sifat Altruistik pada Manusia
Altruisme termasuk salah satu aspek dari apa yang dikenal sebagai perilaku prososial.
Perilaku prososial mengacu pada tindakan apa pun yang menguntungkan orang lain, tidak peduli apa motifnya atau bagaimana pemberi mendapat manfaat dari tindakan tersebut.
Meskipun semua tindakan altruistik bersifat prososial, tetapi tidak semua perilaku prososial sepenuhnya termasuk altruistik.
Moms mungkin membantu orang lain karena berbagai alasan seperti rasa bersalah, kewajiban, tugas, atau bahkan untuk hadiah.
Berikut ini beragam alasan yang memungkinkan seseorang memiliki sifat altruistik ada dalam diri manusia.
1. Evolusi
Apakah memang orang dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk membantu orang lain?
Studi di jurnal Nature Communications menunjukkan bahwa altruisme mungkin dapat dipengaruhi oleh genetika.
Seleksi kerabat adalah teori evolusi yang digunakan oleh para psikolog pun mengusulkan bahwa orang lebih mungkin membantu orang lain yang merupakan saudara sedarah.
Oleh hal itu, alasan tersebut pun mungkin menjadi dasar yang akan meningkatkan kemungkinan penularan gen ke generasi mendatang sehingga memastikan kelanjutan dari gen bersama.
Jadi, semakin erat individu terkait, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk membantu orang lain.
Perilaku prososial seperti altruisme, kooperatif, dan empati merupakan beberapa sifat yang mungkin memiliki dasar genetik ini, Moms.
2. Imbalan Berbasis Otak
Tindakan altruistik mengaktifkan pusat penghargaan (imbalan) di otak.
Studi di jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience telah menemukan bahwa ketika seseorang berperilaku altruistik, pusat kesenangan di otak mereka akan menjadi lebih aktif.
Dalam studi tersebut, ahli neurobiologi juga menjelaskan bahwa ketika seseorang terlibat dalam tindakan welas asih, maka dapat mengaktifkan area otak yang terkait dengan sistem penghargaan.
Perasaan positif yang diciptakan oleh tindakan welas asih ini pun kemudian memperkuat perilaku altruistik dalam diri seseorang.
3. Lingkungan
Interaksi dan hubungan dengan orang lain memiliki pengaruh besar pada perilaku altruistik, dan sosialisasi juga mungkin berdampak signifikan pada tindakan altruistik pada anak kecil.
Dalam sebuah penelitian dalam jurnal Psychological and Cognitive Sciences, anak-anak yang mengamati tindakan altruisme timbal balik sederhana jauh lebih mungkin untuk menunjukkan tindakan altruistik.
Di sisi lain, tindakan ramah tetapi non-altruistik tidak menginspirasi hasil yang sama.
Memodelkan tindakan altruistik dapat menjadi cara penting untuk mendorong tindakan prososial dan welas asih pada anak.
Mengamati perilaku prososial tampaknya juga mengarah pada perilaku menolong di antara orang dewasa, meskipun sejauh ini terjadi bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti jenis kelamin, budaya, dan konteks individu.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.