Berapa Lama Bayi Bertahan Setelah Ketuban Pecah? Simak Moms!
Sebagian ibu hamil mengalami ketuban pecah dini sebelum waktunya. Lantas, berapa lama bayi bertahan setelah ketuban pecah?
Ketuban yang pecah bisa saja terjadi sewaktu-waktu tanpa ada gejala sebelumnya.
Hal ini yang sering membuat banyak ibu hamil khawatir terhadap kondisi janin di dalam kandungan.
Nah, untuk menjawab keraguan ini, langsung tanyakan langsung pada ahlinya, yuk!
Adapun tema "Expert Room" kali ini tentang lama bayi bertahan saat ketubah pecah. Ini akan dijawab dan dijelaskan langsung oleh seorang dokter yang ahli di bidangnya.
Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi RSIA Bina Medika, dr. Rangga Mainanda, Sp.OG, akan menjelaskan terkait ketuban pecah dini dan kondisi bayi dalam kandungan.
Yuk, simak bersama berapa lama bayi bertahan setelah ketuban pecah, Moms!
Baca Juga: 4 Ciri-Ciri Sperma yang Baik dan Sehat, Pria Wajib Tahu!
Apa Itu Ketuban?
Air ketuban, juga dikenal sebagai cairan amnion, adalah cairan yang mengelilingi janin selama masa kehamilan.
Cairan ini terletak di dalam kantung ketuban, yang terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan.
Pada awalnya, air ketuban diproduksi oleh tubuh ibu dan sebagian besar terdiri dari air.
Namun, setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, komposisi air ketuban didominasi oleh urine janin, yang dihasilkan ketika janin menelan dan mengeluarkan cairan tersebut
Gejala Ketuban Pecah Dini
Sebelum mengetahui berapa lama bayi bertahan setelah ketuban pecah, ini juga perlu dikenali.
Mengutip Mayo Clinic, tanda-tanda ketuban pecah pada ibu hamil mungkin akan mengalami sensasi basah di vagina.
Ini karena adanya cairan encer yang terus-terusan keluar. Umumnya, cairan ketuban ini berwarna bening atau kuning pucat.
Tak hanya itu, ketahui juga gejala ketuban pecah yang bisa dialami wanita, ini berupa:
- Ada sensasi letupan diikuti oleh semburan atau tetesan cairan
- Celana dalam basah dalam keadaan tidak normal
- Warna cairan kekuningan dan tidak berbau
- Rasa nyeri atau tidak nyaman pada perut
Memang, tak mudah untuk mengenali ketuban yang pecah atau rembes.
Apabila Moms tak yakin, segera datangi fasilitas kesehatan terdekat untuk dokter lakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan cairan ketuban saat kehamilan ini akan dibantu oleh dokter dan juga perawat.
Jangan sampai terlambat ditangani karena bisa mengganggu kesehatan janin dalam kandungan, Moms.
Baca Juga: Makanan yang Membuat Jahitan Caesar Gatal, Ini Kata Dokter
Berapa Lama Bayi Bertahan Setelah Ketuban Pecah?
"Lama bayi bertahan setelah ketuban pecah akan tergantung pada usia kehamilan dan kondisi janin," jelas dr. Rangga Mainanda, Sp.OG, Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi RSIA Bina Medika.
Biasanya, setelah ketuban pecah saat bayi cukup bulan, ini boleh dilahirkan baik normal ataupun caesar.
Apabila tak ada tanda-tanda melahirkan, dokter mungkin akan merangsang kontraksi rahim.
Induksi persalinan ini bisa melalui obat pelunak rahim ataupun berbagai upaya lain yang lebih aman.
Menurut dokter Rangga, semakin lama waktu persalinan setelah ketuban pecah, akan lebih besar risikonya untuk bayi terkena infeksi.
Infeksi ini bisa merambat ke janin ataupun ibu hamil setelah ketuban yang pecah.
"Oleh karena itu, perlu pemantauan di klinik ataupun rumah sakit agar ibu hamil dan janin tetap terlindungi," terangnya.
Baca Juga: 15+ Jus untuk Ibu Hamil yang Baik untuk Ibu dan Janin di Setiap Trimester Kehamilan
Bahaya Ketuban Pecah Dini
Lama bayi bertahan setelah ketuban pecah memang bisa bervariasi.
Journal of Perinatal Medicine menjelaskan bahwa apabila kehamilan berusia 37 minggu, bayi bisa bertahan sekitar 48 jam setelah ketuban pecah.
Terkadang untuk beberapa kasus, bayi bertahan setelah ketuban pecah pun bisa lebih lama.
Ini terutama untuk kondisi ibu hamil dan janin yang stabil dan dikatakan sehat oleh dokter.
Terlepas itu, ada beberapa risiko dan dampak yang bisa dialami ibu hamil setelah ketuban pecah. Risiko-risiko tersebut meliputi:
1. Oksigen Bayi Menipis
Fungi cairan ketuban tak hanya sebagai pelindung bayi dari gesekan, namun juga sumber udara.
Dalam kandungan, bayi menerima oksigen dari sejumlah cairan ketuban.
Bayi bertahan terlalu lama setelah ketuban pecah dapat berisiko kurangnya kadar oksigen dalam perut.
Hal ini dapat mempengaruhi pernapasan bayi dan juga ibu hamil itu sendiri.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.