
Scroll untuk melanjutkan membaca
Moms, pernahkah mendengar soal distosia bahu?
Selama tahap kedua persalinan, biasanya ada jeda setelah kepala bayi muncul, sebelum seluruh bagian tubuh bayi keluar.
Ketika distosia bahu terjadi pada bayi, keterlambatan proses persalinan akan terjadi lebih lama dari biasanya.
Biasanya, Si Kecil tersangkut di belakang tulang kemaluan Moms (tulang belakang rambut kemaluan) atau sacrum (tulang di belakang panggul, di atas tulang ekor).
Dilansir dari Pregnancy and Baby, distosia bahu terjadi pada sekitar 1 dari setiap 200 kelahiran.
Ini lebih sering terjadi selama persalinan pervaginam, tetapi pundak bayi juga bisa tersangkut selama operasi caesar.
Distosia bahu dapat menyebabkan komplikasi bagi Moms, salah satunya adalah pendarahan.
Sedangkan Si Kecil mungkin mengalami kerusakan pada saraf yang mengarah ke lengan (disebut cedera 'brakialis pleksus'), atau patah tulang.
Sayangnya, bagaimanapun, ada risiko bahwa kekurangan oksigen selama kelahiran dapat menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
Berikut ini adalah informasi seputar distosia bahu, semoga dapat membantu ya, Moms!
Baca Juga: Mengenal Doula dan Perannya dalam Persalinan
Kondisi distosia bahu termasuk ke dalam salah satu risiko disfungsi kelahiran.
Menurut Effective Health care, ini merupakan kondisi saat proses persalinan, ketika kepala bayi telah berhasil keluar, tapi bahunya menyangkut di jalur lahir.
Kondisi ini membuat proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama dan termasuk dalam kegawatdaruratan medis.
Saat melahirkan, Moms akan melewati 4 tahap persalinan, yaitu:
Umumnya, kondisi kegawatdaruratan medis terjadi pada saat tahap kedua, ketika Moms mulai harus mengejan.
Akan ada jeda setelah kepala bayi keluar, sebelum seluruh tubuhnya ikut keluar.
Jika distosia terjadi, jeda ini akan lebih lama. Bayi bisa tersangkut dan risikonya adalah tidak bisa bernapas hingga tali pusar terjepit.
Nah, inilah yang disebut kondisi distosia bahu.
Baca Juga: Jangan Asal Mengejan Saat Persalinan, Ini Cara yang Benar
Distosia bahu dapat terjadi pada semua orang Moms. Kemudian, apa penyebab ibu hamil didiagnosis distosia bahu?
Berikut ini penyebab ibu hamil mengalami distosia bahu menurut March of Dimes:
Saat Si Kecil memiliki berat lebih dari 4.000 gram saat lahir, maka Moms mungkin akan diminta mempertimbangkan menjalani operasi sesar.
Ini adalah operasi di mana Si Kecil dilahirkan melalui luka yang dokter buat di perut dan rahim Moms.
Baca Juga:Cara Menggendong Anak yang Benar Agar Tak Nyeri Bahu
Berdasarkan panduan yang dikeluarkan oleh Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, Si Kecil bisa memiliki peluang mengalami distosia bahu jika Moms memiliki diabetes.
Baik diabetes yang sudah ada maupun diabetes gestasional yang kerap dialami oleh ibu hamil.
Diabetes adalah kondisi medis ketika tubuh Moms terlalu banyak gula dalam darah.
Hal ini dapat merusak organ tubuh Moms, termasuk pembuluh darah, saraf, mata, dan ginjal.
Diabetes gestasional adalah sejenis diabetes yang dialami beberapa wanita selama kehamilan. Nah, diabetes meningkatkan kemungkinan memiliki bayi besar.
Sementara itu, ada juga penyebab lain ibu hamil distosia bahu, seperti:
Dokter kandungan akan berbicara dengan Moms tentang mengapa distosia bahu mungkin terjadi.
Distosia bahu tidak dapat diprediksi sehingga sangat sedikit yang dapat Moms lakukan untuk mencegahnya.
Namun, mengelola kondisi seperti diabetes dan menjaga berat badan selama kehamilan dapat membantu.
Jika Si Kecil berkuruan besar, mungkin ide yang bagus untuk melahirkan dengan posisi berbaring miring atau merangkak.
Operasi caesar juga bisa menjadi salah satu opsinya ya, Moms.
Baca Juga:Nyeri Bahu dan Cara Tepat Mengatasinya Menurut Ahli Ortopedi
Ketika persalinan terjeda akibat adanya kondisi distosia bahu, bidan atau dokter akan melakukan tindakan medis khusus.
Hal ini dilakukan agar risiko kelahiran dapat diminimalisir, baik untuk Moms maupun bayi.
Dilansir melalui Healthline, tindakan ini biasanya disebut dengan "HELPERR" yaitu merupakan akronim dari:
Biasanya dokter atau bidan akan meminta bantuan ekstra, seperti bantuan dari perawat atau dokter lain.
Episiotomi adalah sayatan atau sayatan di perineum antara anus dan bukaan vagina.
Ini biasanya tidak menyelesaikan seluruh kekhawatiran untuk distosia bahu, karena bayi masih harus masuk melalui panggul.
Dokter mungkin akan meminta Moms untuk menarik kaki ke arah perut. Tindakan ini juga dikenal sebagai manuver McRoberts.
Posisi ini dapat membantu meratakan dan memutar panggul, yang dapat membantu bayi lewat dengan lebih mudah.
Dokter akan memberi tekanan pada area tertentu di panggul, tujuannya adalah mendorong bahu bayi agar dapat berputar.
Tindakan ini berarti, memberikan bantuan untuk memutar bahu bayi ke tempat yang bisa dilewatinya dengan lebih mudah.
Istilah lain untuk ini adalah rotasi internal.
Jika dokter dapat membebaskan salah satu lengan bayi dari jalan lahir, ini akan memudahkan bahu bayi melewati jalan lahir.
Nantinya dokter akan meminta Moms untuk bertumpu pada tangan dan lutut.
Gerakan ini dapat membantu bayi melewati jalan lahir dengan lebih mudah.
Baca Juga: 5 Teknik Mengubah Posisi Janin Agar Tidak Sungsang
Kebanyakan ibu dan bayi pulih dengan baik dari masalah yang disebabkan oleh distosia bahu.
Namun, ada beberapa masalah yang diakibatkan distosia bahu ini, yaitu:
Distosia bahu bisa saja terjadi ketika ada masalah pada Si Kecil. Apa saja kemungkinannya?
Kemungkinan kedua adalah adanya masalah pada kondisi tubuh Moms, seperti:
Baca Juga:Kehamilan Ektopik Bikin Sakit Pada Bahu? Ini Penjelasannya!
Itulah penjelasan lengkap mengenai distosia bahu yang kerap kali terjadi pada saat proses melahirkan atau persalinan.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.