Menurut Dokter Spesialis soal Gangguan Kognitif pada Lansia
Gangguan kognitif merupakan sebuah spektrum kondisi yang memengaruhi kemampuan otak dalam memproses informasi.
Memproses informasi tersebut mencakup ingatan, pemahaman, pemecahan masalah, dan keterampilan berbahasa.
Dari ringan hingga parah, gangguan kognitif dapat berdampak terhadap kualitas hidup individu dan lingkungan sosial mereka.
Selain dampak fisik dan mental langsung terhadap individu, gangguan kognitif juga memberikan tantangan sosial dan ekonomi.
Dari aspek perawatan kesehatan hingga dukungan keluarga, kondisi ini seringkali memerlukan sumber daya yang signifikan.
Yuk, simak selengkapnya mengenai gangguan kognitif sesuai dengan penjelasan dokter spesialis, Moms!
Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Kadar Asam Urat Normal Wanita
Apa Saja yang Termasuk dalam Gangguan Kognitif?
Menurut Dr. dr. Gea Pandhita, Sp. N, Dokter Spesialis Neurologi RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, gangguan kognitif mencakup serangkaian gangguan yang memengaruhi fungsi kognitif.
Fungsi kognitif tersebut di antaranya adalah:
- Memori (daya ingat)
- Pemecahan masalah
- Atensi (pemusatan perhatian)
- Pemahaman dan penggunaan bahasa
- Penilaian, orientasi waktu dan tempat
- Visuospasial (kemampuan memahami jarak dan ruang)
- Pengambilan keputusan
Jenis gangguan kognitif yang umum terjadi pada orang-orang lanjut usia di antaranya adalah:
- Gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment). Pada gangguan ini, penurunan fungsi kognitif terlihat tetapi tidak terlalu mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari secara signifikan.
- Gangguan kognitif berat atau demensia/kepikunan (seperti penyakit Alzheimer).
- Penurunan fungsi kognitif terkait usia.
Baca Juga: Tanya Jawab dengan Dokter soal Pelekatan Menyusui yang Benar
Penyebab Gangguan Kognitif pada Lansia
Dr. dr. Gea Pandhita menjelaskan penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat disebabkan oleh proses penuaan alamiah yang mungkin melibatkan penyusutan volume otak (atrofi otak).
Dengan adanya penyusutan volume otak, maka memengaruhi fugsi sel-sel otak, dan berkurangnya aktivitas neurotransmitter.
Selain proses penuaan alamiah, penurunan fungsi kognitif juga dapat disebabkan oleh:
- Penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer dan parkinson
- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, cedera otak, faktor genetik
- Akibat lanjut dari penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
"Selain itu, faktor gaya hidup dan masalah psikologis seperti depresi juga dapat berkontribusi dalam menyebabkan penurunan fungsi kognitif," jelasnya.
Meski gangguan kognitif dapat terjadi pada semua usia, tetapi gangguan ini lebih sering terjadi pada orang lanjut usia, biasanya pada individu berusia di atas 65 tahun.
Namun demikian, timbulnya gangguan kognitif dapat sangat bervariasi, dipengaruhi oleh kondisi kesehatan individu, gaya hidup, dan faktor genetik.
Baca Juga: Kata Dokter soal Efek Samping Susu Formula Soya pada Bayi
Cara Mencegah Gangguan Kognitif pada Lansia
Nah, Dr. dr. Gea Pandhita menyebutkan bahwa mencegah gangguan kognitif sangat dipengaruhi oleh gaya hidup sehat.
Untuk menjaga fungsi kognitif tetap baik, lansia disarankan untuk:
- Melakukan aktivitas fisik secara teratur
- Menjaga pola makan seimbang yang kaya antioksidan
- Tetap aktif secara sosial
- Melakukan aktivitas yang dapat menstimulasi mental seperti permainan teka-teki silang, membaca, menghafal, mempelajari bahasa, serta mempelajari keterampilan baru.
Selain itu, penting juga untuk mengelola gangguan-gangguan kesehatan kronis seperti hipertensi dan diabetes, manajemen stres, dan menjaga pola tidur yang baik.
Strategi pencegahan gangguan kognitif meliputi menjaga gaya hidup sehat, antara lain:
- Mendapatkan pendidikan yang memadai
- Olahraga secara teratur
- Menerapkan pola makan seimbang
- Menghindari rokok dan alkohol
Selain itu, penting juga untuk menjaga kesehatan jantung dan penyakit-penyakit yang mempengaruhi pembuluh darah seperti diabetes dan hipertensi.
Melakukan aktivitas mental dan interaksi sosial secara teratur, serta menerapkan pola tidur yang baik juga bisa menjadi cara pencegahan gangguan kognitif.
Baca Juga: Bahayakah Minum Susu setelah Minum Obat? Ini Kata Dokter!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.