
Tahukah Moms, kandungan air dalam tubuh manusia adalah sekitar 60– 70% dari berat tubuh? Keseimbangan cairan perlu dijaga agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Jika tidak, maka dapat terjadi gangguan keseimbangan cairan berupa hipovolemia dan hipervolemia.
Hipovolemia merupakan istilah untuk kondisi kekurangan cairan, sementara hipervolemia merupakan kelebihan cairan dalam tubuh.
Kali ini, Orami akan mengulas khusus tentang hipervolemia, lengkap dengan penyebab, gejala dan cara pencegahan terbaiknya.
Foto: hipervolemia
Foto: Yourhealthremedy.com
Melansir Healthgrades.com, secara umum hipervolemia didefinisikan sebagai kondisi memiliki terlalu banyak cairan tubuh (fluid overload) atau kelebihan volume air (volume overload).
Setiap orang memiliki sejumlah cairan atau air dalam tubuhnya. Sebagian besar adalah cairan intraseluler (Intracellular Fluid) yang disingkat ICF, yang berada di dalam sel.
Sebagian lagi adalah cairan ekstraseluler (Extracelluler Fluid) atau ECF, yang berada di luar sel.
ECF adalah cairan dalam darah dan getah bening, di antara sel-sel, mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, di dalam otot dan jaringan, dan di tempat manapun yang ada di luar sel.
Hipervolemia terjadi apabila terdapat terlalu banyak ECF yang mengisi rongga tubuh dan semua ruang antar sel.
Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti pembengkakan, penambahan berat badan yang cepat, tekanan darah tinggi, dan sesak napas.
Baca Juga: 5 Minuman untuk Dehidrasi, Bantu Gantikan Cairan Tubuh dengan Cepat
Foto: hipervolemia
Foto: Healthncare.info
Baca Juga: Mengenal Amniosentesis, Pemeriksaan Cairan Ketuban Saat Kehamilan
Merangkum berbagai sumber, berikut merupakan tanda-tanda atau gejala dari hipervolemia:
Foto: Mengenal Fungsi Korteks pada Ginjal sebagai Pertahanan Pertama Lawan Penyakit
Foto: Orami Photo Stock
Baca Juga: Penting untuk Kesehatan, Cari Tahu Jumlah Kalori Garam Dapur dan Himalaya
Jurnal Critical Care mencatat bahwa hipervolemia memiliki penyebab yang kompleks. Penyebab ketidakseimbangan cairan berupa hipervolemia dapat dipicu oleh penumpukan natrium di dalam tubuh.
Tingginya kadar natrium dapat menyebabkan retensi, di mana tubuh menyimpan lebih banyak air untuk menyeimbangkan kadar garam tersebut.
Selain itu, kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
Penyakit jantung kongestif (Congestive heart failure) atau CHF, yaitu kondisi jantung tidak dapat memompa darah secara efektif ke ginjal.
Tanpa darah yang cukup, ginjal tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Gagal ginjal yang tergolong penyakit ginjal tingkat lanjut, di mana ginjal tidak lagi dapat melakukan tugasnya untuk membuang natrium dan cairan, sehingga terjadi penumpukan.
Sirosis adalah kondisi kerusakan hati permanen yang dapat menyebabkan gagal hati. Organ hati berfungsi sebagai penyaring darah untuk membuang racun. Dengan sirosis, organ ini tidak dapat menyaring darah dengan benar.
Sinyal ini ditangkap ginjal dengan meningkatkan tekanan darah agar organ hati mendapat suplai darah. Akibatnya, ginjal menahan natrium dan air sehingga menyebabkan kelebihan cairan.
Sindrom pramenstruasi (PMS) dan kehamilan dapat menyebabkan tubuh menahan lebih banyak natrium dan air.
Hal ini sering menyebabkan pembengkakan ringan, kembung, dan rasa tidak nyaman.
Bagi ibu hamil yang mengalami gejala pembengkakan atau kembung dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter, karena bisa jad tanda tekanan darah tinggi
Obat-obatan yang menyebabkan perubahan hormonal juga dapat menyebabkan hipervolemia.
Misalnya saja, pil KB, terapi penggantian hormon, dan obat-obatan hormonal dapat menyebabkan tubuh menahan terlalu banyak garam dan cairan.
Selain itu, anti-depresan, obat tekanan darah, dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dapat menyebabkan hipervolemia ringan.
Sesuai dengan Permenkes No.30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji, anjuran konsumsi garam adalah 2.000 mg natrium per orang per hari.
Jumlah itu setara dengan garam 1 sendok teh atau 5 gram bahan.
Mengonsumsi terlalu banyak garam atau natrium menyebabkan tubuh menahan air, yang dapat menyebabkan hipervolemia ringan dan kembung.
Sekali dua kali mengonsumsi makanan asin mungkin tidak akan menimbulkan masalah bagi orang sehat.
Namun, asupan garam yang berlebihan dapat menyebabkan risiko bahaya terutama bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan.
Banyak orang dengan gagal jantung kongestif, penyakit ginjal, atau masalah hati disarankan untuk mengikuti diet rendah garam untuk menghindari atau meminimalkan hipervolemia.
Foto: edema.jpg (https://www.medicalnewstoday.com/articles/323265.php)
Foto: Orami Photo Stock
Baca Juga: Ini Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil yang Normal, Moms Wajib Tahu!
Kelebihan cairan atau hipervolemia dapat memengaruhi setiap sistem orang dalam tubuh dan dampaknya bisa serius.
Komplikasi yang ditimbulkan meliputi:
Foto: hipervolemia
Foto: Hwmotivation.com
Baca Juga: 6 Cara Menjaga Kesehatan Jantung agar Terhindar dari Berbagai Penyakit
Pengobatan hipervolemia setiap orang berbeda tergantung pada penyebabnya.
Namun, umumnya dokter akan meresepkan obat diuretik, yaitu obat yang digunakan untuk membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine.
Dalam kasus hipervolemia yang parak, dokter akan merekomendasikan dialisis atau pengeluaran cairan melalui ginjal, dan paracentesis yaitu pengeluaran cairan melalui perut.
Selain itu, dokter akan menyarakan untuk membatasi asupan natrium atau garam dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Foto: Minum Banyak Air Putih (foodandnutrition.org).jpg (foodandnutrition.org)
Foto: Orami Photo Stock
Baca Juga: Wasapadai 6 Tanda Ginjal Bermasalah Sebelum Terlambat!
Menurut jurnal BMC Nephrology, kelebihan cairan dalam tubuh memiliki dampak yang berbahaya. Selain komplikasi, juga dapat menyebabkan kematian.
Untuk itu, pencegahan sangat diperlukan agar tidak mengalami kondisi ini.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya:
Baca Juga: Ketahui Penyebab Hipervolemia dan Cara Mencegah Kelebihan Volume Cairan
Demikian penyebab, gejala dan cara mencegah hipervolemia. Jika mengalami tanda-tanda kelebihan cairan, segera berkonsultasi dengan dokter ya, Moms!