
Human Immunodeficiency Virus atau HIV pada ibu hamil dapat tertular ke bayi yang di kandunganya.
Kesehatan tentunya diharapkan semua orang, terlebih pada saat hamil. Karena ibu hamil cukup rentan terpapar penyakit.
Tapi, bagaimana jika ibu hamil pengidap HIV. Apakah kondisi ini aman bagi ibu hamil dan bayinya?
Baca Juga: 30 Makanan Tradisional Indonesia dari Aceh sampai Papua yang Punya Cita Rasa Khas dan Unik
Foto: Tes HIV (Orami Photo Stock)
HIV disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus.
Ini dapat menyebar melalui kontak seksual, penggunaan jarum suntik, kontak dengan darah yang terinfeksi, atau dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan atau menyusui.
HIV menghancurkan sel T CD4, yang meruapakan sel darah putih, di mana sel ini berperan besar dalam membantu tubuh melawan penyakit.
Semakin sedikit sel T CD4 yang dimiliki, maka semakin lemah sistem kekebalan tubuh.
Foto: HIV Awareness (Freepik.com/jcomp)
HIV pada ibu hamil dapat menularkan infeksi yang dialami kepada bayi dalam beberapa cara.
HIV dalam darah ibu hamil dapat masuk ke tubuh bayi. Ini paling mungkin terjadi dalam beberapa minggu terakhir kehamilan, selama persalinan, atau melahirkan.
Menyusui bayi juga dapat menularkan infeksi, karena HIV berada dalam ASI.
Namun, bila penderitanya menjalankan pengobatan untuk HIV selama kehamilan dan tidak menyusui bayi, maka hal tersebut dapat mengurangi risiko bayi tertular HIV.
Baca Juga: Sinopsis The Menu, Film Thriller tentang Pengalaman Makan Daging Manusia di Restoran Mewah!
Foto: HIV Tes (Freepik.com/user19579769)
Jika Moms melakukan tes HIV saat hamil, apabila hasilnya positif, Moms diharuskan untuk memulai pengobatan antiretroviral sesegera mungkin.
Selain itu, Moms juga akan ditawari tes pada trimester ketiga (dimulai pada minggu ke-28).
Melansir dari Be in the Know, jika selama masa kehamilan atau menyusui Moms merasa telah terpapar HIV, maka disarankan menjalani pengobatan Post-Exposure Prophylaxis (PEP).
Moms perlu minum PEP dalam waktu 72 jam dari kemungkinan paparan untuk mencegah HIV dari pembentukan di tubuh yang kemudian ditularkan ke bayi.
Jika Moms sedang menyusui, maka harus berkonsultasi dengan dokter apakah akan melanjutkan menyusui atau tidak sesuai anjuran kesehatan tentunya.
Baca Juga: 5 Cara Memberitahukan Penyakit Menular Seksual Kita Kepada Pasangan dengan Baik-Baik
Foto: Wanita Hamil (Freepik.com/prostock-studio)
Seperti yang kita ketahui, bahwa proses persalinan terbagi dalam beberapa bentuk ada persalinan normal, persalinan caesar, dan lainnya.
Biasanya, dokter akan menentukan jenis persalinan mana yang cocok untuk setiap pasiennya, tergantung dari kondisi kesehatan, dan beberapa faktor lainnya.
Bentuk persalinan paling untuk HIV pada ibu hamil bergantung pada apakah jumlah viral load.
Melansir dari Pregnancy Birth Baby, bila ibu hamil memiliki viral load yang tidak terdeteksi, maka persalinan pervaginam atau persalinan normal lebih dipilih untuk keselamatan ibu dan bayi, karena risiko penularan HIV rendah.
Namun, HIV pada ibu hamil memiliki tingkat virus yang tinggi dalam darah, maka operasi caesar dianjurkan.
Meskipun, penderitanya juga tetap dapat menjalani operasi caesar terencana jika bentuk persalinan tersebut yang diinginkan meskipun telah memiliki viral load yang tidak terdeteksi.
Baca Juga: 13 Cara Mengatasi Mual saat Hamil, Coba Sering Ngemil dan Hindari Bau Menyengat!
Foto: HIV pada Anak (Orami Photo Stocks)
HIV pada ibu hamil sangat berisiko dapat menularkannya pada bayi. Namun, hal tersebut dapat dicegah dengan meminum obat untuk HIV atau AIDS.
Obat-obatan ini juga akan membantu melindungi kesehatan penderitanya.
Lalu, untuk memaksimalkan pencegahannya pada bayi, pastikan bahwa bayi yang telah lahir dari penderita HIV mendapatkan obat HIV atau AIDS sesegera mungkin.
Obat-obatan tersebut dapat melindungi bayi dari infeksi HIV yang diturunkan dari penderitanya atau ibunya saat melahirkan.
Obat mana yang didapat bayi tergantung pada beberapa faktor.
Ini termasuk berapa banyak virus yang ada dalam darah atau viral load. Bayi mungkin perlu minum obat selama 4 hingga 6 minggu.
Selain itu, bayi juga diharuskan melakukan beberapa tes untuk memeriksa HIV selama beberapa bulan pertama kehidupannya.
Baca Juga: 7 Cara Mengusir Tomcat di Rumah serta Pengobatan yang Bisa Dilakukan Jika Digigit Tomcat
Foto: Minum Obat (Orami Photo Stocks)
Penderita HIV pada ibu hamil harus minum obat HIV selama kehamilan untuk kesehatan mereka sendiri dan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi.
Penularan HIV dari ibu ke bayi juga disebut penularan HIV perinatal.
Obat-obatan tersebut dapat mencegah penularannya, yang mengurangi jumlah HIV dalam tubuh, proses ini dinamakan viral load.
Viral load yang tidak terdeteksi adalah ketika tingkat HIV dalam darah terlalu rendah untuk dideteksi oleh tes viral load.
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi selama kehamilan dan persalinan akan menurun ketika seorang penderita dengan HIV memiliki viral load yang tidak terdeteksi.
Mempertahankan viral load yang tidak terdeteksi juga membantu menjaga calon ibu tetap sehat.
Sebagian besar obat-obatan HIV, seperti Antiretroviral (ARV) aman digunakan selama kehamilan.
Secara umum, obat-obatan HIV tidak meningkatkan risiko cacat lahir.
Namun, tetntunya pada beberapa kasus dapat terjadi efek samping yang ringan, seperti mual, tubuh lelah dan diare.
Ketika merekomendasikan obat-obatan HIV untuk digunakan selama kehamilan, penyedia layanan kesehatan mempertimbangkan manfaat dan risiko obat-obatan HIV khusus untuk wanita dan bayi mereka yang belum lahir.
Beberapa faktor yang diperhatikan, yakni:
Pengobatan ini pun akan terus berlanjut setelah melahirkan, sesuai anjuran dokter.
Itu dia Moms informasi mengenai HIV pada ibu hamil.
Agar tidak semakin parah dan berdampak pada bayi, bagi penderita HIV pada ibu hamil selalu pastikan agar melakukan konsultasi dan berobat dengan ahlinya.