
Moms dan Dads pasti khawatir ketika melihat kepala bayi lonjong atau berbentuk tidak rata.
Tentunya kita membayangkan dan berharap kepala bayi akan memiliki bentuk bulat sempurna.
Namun, ternyata ada kemungkinan cukup besar bayi memiliki bentuk kepala berbeda, yakni kepala bayi lonjong bahkan berbentuk kerucut saat lahir.
Pada beberapa kasus, bentuk kepala bayi lonjong nampak seperti benjolan di belakang kepala.
Hal ini mungkin akan membuat para orang tua, terutama new parents, merasa khawatir tentang kondisi kepala bayinya akan mengacu pada kondisi serius.
Jangan dulu panik Moms, berikut ini beberapa informasi mengenai kepala bayi yang lonjong yang bisa Moms ketahui.
Baca Juga: Menelusuri Museum Wayang: Sejarah, Lokasi, Koleksi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk
Foto: popsugar.com.jpg
Foto: popsugar.com
Jika kondisi kepala bayi lonjong ini terjadi pada Si Kecil, jangan buru-buru panik, Moms dan Dads.
Menurut Baby Center, kondisi kepala bayi lonjong atau yang sering disebut cone head umumnya merupakan hal yang normal terutama saat Moms melahirkan secara pervaginam.
Ada beberapa penyebab yang membuat kepala bayi lonjong, namun paling sering dikarenakan tulang tengkorak bayi masih sangat lunak dan belum terbentuk sepenuhnya.
Kepala bayi terdiri dari lempengan tulang dengan dua titik lunak besar yang memungkinkannya berubah bentuk.
Saat bayi turun melalui leher rahim dan vagina, kepala bayi mengalami moulding atau proses di mana tulang tengkoraknya terkompresi agar sesuai dengan jalan lahir yang sempit.
Tekanan yang ditimbulkan saat persalinan normal menyebabkan kepala bayi lonjong atau tampak berbentuk kerucut.
Terutama apabila proses persalinan berjalan lama.
Risiko kepala bayi lonjong juga makin tinggi pada kelahiran normal bayi prematur.
Alasannya karena tulang kepala pada bayi prematur biasanya jauh lebih lunak karena belum terbentuk sempurna.
Selain itu, intervensi persalinan dengan vakum dan forsep juga berpeluang menyebabkan kepala bayi lonjong.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Yayasan Babysitter Surabaya, Ada yang Premium hingga Smart Maid!
Foto: livescience.com.jpg
Foto: livescience.com
Dilansir Healthline, kepala bayi lonjong pada bayi baru lahir umumnya akan kembali bulat dengan sendirinya dalam waktu 48 jam.
Namun ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama hingga beberapa minggu.
Bagaimana jika kepala bayi belum juga berubah normal setelah beberapa minggu?
Moms tak perlu panik dulu dan lakukan observasi lebih lanjut.
Seperti yang sudah disinggung di awal, tengkorak kepala bayi memiliki dua titik lunak besar.
Bagian fontanel di belakang kepala bayi biasanya akan menutup dalam kurun waktu enam minggu.
Sedangkan, titik lainnya yang sering kita sebut dengan ubun-ubun baru akan menutup pada usia 18 bulan.
Dalam jangka waktu tersebut, kepala bayi masih bisa berubah-ubah.
Bentuk kepala pada sejumlah bayi bahkan baru kembali terlihat bulat di usia 6-12 bulan.
Baca Juga: 9 Manfaat Tanaman Thyme untuk Kesehatan, Bisa Redakan Batuk Hingga Basmi Infeksi Jamur
Foto: Kepala Bayi Peyang, Ketahui Penyebab dan Cara Penanganannya.jpg
Foto: Orami Photo Stock
Kondisi kepala bayi yang lonjong umumnya sangat wajar terjadi dan tidak berpengaruh terhadap tubuh kembang Si Kecil.
Yang penting, Moms rajin mengukur pertambahan lingkar kepala bayi apakah sesuai dengan grafik pertumbuhannya.
Ukuran rata-rata lingkar kepala bayi baru lahir adalah 35 cm dan akan bertambah hingga 8,5 cm pada usia enam bulan.
Selain itu, jangan lupa untuk memonitor perkembangan bayi agar tepat sesuai usianya.
Misalnya, bayi berusia 4,5 bulan biasanya sudah dapat berinteraksi melalui social smile dengan pengasuh utamanya, mengoceh atau babbling, tengkurap, serta meraih dan memasukkan benda ke dalam mulut.
Jika aktivitas tersebut sudah masuk dalam check list, artinya pertumbuhan maupun perkembangan bayi normal.
Baca Juga: 5+ Tempat Makan Keluarga di Jakarta Barat, Ada Area Bermain Khusus Anak!
Foto: parents.com.jpg
Foto: parents.com
Kondisi kepala bayi lonjong saat baru lahir belum tentu akan berlanjut pada sindrom kepala datar atau yang sering kita sebut kepala peyang.
Kepala peyang atau plagiocephaly dalam istilah medis, merupakan keadaan yang cukup normal pada bayi.
Menurut American Academy of Family Physicians, kondisi ini dialami oleh hampir 50 persen bayi. Meski begitu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko tersebut.
Misalnya bayi tidur di posisi yang sama terus menerus, adanya tekanan pada bagian belakang tengkorak akibat posisi menggendong dan menyusui, atau adanya kelainan genetik.
Baca Juga: 13 Amalan Hari Jumat untuk Tingkatkan Ketakwaan dan Meraih Pahala Berlipat
Foto: perkembangan-bayi-6-bulan.jpg
Foto: Orami Photo Stock
Untuk mencegah terjadinya kepala bayi yang lonjong, Moms bisa melaukan beberapa cara seperti yang disarankan dalam laman Mayo Clinic berikut ini:
Selalu tidur dalam posisi terlentang akan membuat belakang kepala bayi perlahan menjadi datar.
Untuk itu, Moms bisa mengubah posisi kepala bayi saat tidur dengan menoleh ke arah kanan dan kiri.
Perlu diingat, hanya mengubah arah wajah dan bukan memiringkan tubuh bayi. Karena bayi harus tidur dengan punggung berada di bawah.
Selain posisi tidur, Moms bisa memperhatikan posisi bayi saat menyusui.
Jika Moms menyusui bayi secara langsung, usahakan bayi menyusu dalam posisi tubuh yang seimbang antara sisi kanan dan kiri.
Begitu pula jika bayi menyusu menggunakan botol dot.
Mengubah posisi saat memberikan Si Kecil dot juga sangat penting agar kepala bayi tetap simetris.
Menggendong bayi dalam posisi miring tentunya akan memberikan tekanan pada kepala bayi, terutama jika kita hanya nyaman menggendong bayi pada satu sisi tangan saja.
Menggunakan gendongan M shape atau menggendong bayi secara tegak seperti memeluk bisa menjadi alternatif untuk mengurangi risiko kepala bayi lonjong.
Selain itu sebuah penelitian Allergy, Asthma & Immunology Research, gendongan M shape dapat mengurangi Gastro-Esophageal Reflux atau GERD, yang merupakan kondisi umum terjadi pada bayi.
Sering-seringlah meletakkan bayi pada posisi tengkurap alias lakukan tummy time.
Melansir Paediatrics & Child Health, kebiasaan tummy time dapat memengaruhi tengkorak kepala bayi menjadi lebih rata.
Kegiatan ini sebenarnya sudah dapat dilakukan sejak bayi baru lahir, terutama di dada sang ibu.
Namun jika Moms merasa khawatir, Moms bisa melakukannya saat mengetahui otot leher bayi sudah semakin kuat.
Lakukan tummy time dengan durasi secara bertahap, bisa selama satu atau dua menit pada awalnya dan tingkatkan perlahan hingga bayi bisa tengkurap selama setidaknya 30 menit.
Jika Moms menemukan adanya posisi kepala bayi lonjong atau tak simetris di satu sisi, cara ini mungkin dapat dicoba.
Pasang gelang rattle atau letakkan mainan di salah satu sisi, sehingga bayi tertarik menoleh ke arah tersebut.
Dengan begitu, Moms bisa mengontrol sisi mana yang perlu "ditekan" agar kepala bayi tidak peyang atau datar sebelah.
Jadi, kesimpulannya kepala bayi lonjong bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan karena bentuk kepala bayi dapat kembali bulat dengan sendirinya.
Meski merupakan kondisi yang lumrah dan aman, namun Moms perlu mulai waspada jika dalam jangka waktu yang telah di sebutkan di atas kepala bayi belum juga mengalami perubahan.
Baca Juga: Rekomendasi Buah untuk BAB Berdarah, Yuk Konsumsi Moms!
Berkonsultasi dengan dokter spesialis anak adalah langkah yang tepat untuk memastikan kondisi kepala bayi lonjong yang dialami Si Kecil termasuk normal atau tidak.
Jangan menunda lebih lama apabila muncul gejala yang menyertai seperti:
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.