26 April 2024

Ki Hajar Dewantara: Biografi, Perjuangan, dan Karya-karyanya

Bersama Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker, ia mendirikan Indische Partij
Ki Hajar Dewantara: Biografi, Perjuangan, dan Karya-karyanya

5. Mengalami Pengasingan di Belanda

Gerakan serta sindiran Ki Hajar Dewantara dalam tulisannya dan di beberapa tulisan lainnya pada akhirnya menyulut kemarahan dari Belanda.

Hingga pada akhirnya Gubernur Jendral Idenburg memerintahkan pengasingan Ki Hajar Dewantara di Pulau Bangka.

Namun, atas permintaan kedua rekannya yang juga dihukum dan diasingkan, dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, pengasingan mereka pun dipindahkan ke Belanda.

Pengasingan tersebut tidak disia-siakan oleh Ki Hajar Dewantara.

Di Belanda, ia mendalami bidang pendidikan dan pengajaran, hingga pada akhirnya memperoleh sertifikat Europeesche Akte.

Setelah melewati masa pengasingan pada tahun 1918, Soewardi pun mulai mencurahkan perhatiannya yang tinggi dalam bidang pendidikan.

Tujuannya untuk meraih kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: 9 Makanan dan Vitamin untuk Telinga Berdenging, Yuk Coba!

6. Mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa

Taman Siswa
Foto: Taman Siswa (Tamansiswapusat.com)

Pada 3 Juli 1922, ia bersama rekan-rekannya mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Perguruan Nasional Taman Siswa.

Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional dengan menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air, serta semangat juang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak hanya melalui pendirian Taman Siswa, perjuangan Ki Hajar Dewantara juga melanjutkan menulis di berbagai surat kabar.

Bedanya, tulisannya kali ini tidak lagi bernuansa politik, melainkan lebih dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

Tulisan-tulisannya tersebut berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang luas dan berwawasan kebangsaan.

Melalui konsep-konsep itulah ia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

7. Semboyan Ki Hajar Dewantara

Dalam perjuangannya tersebut, ia memiliki beberapa semboyan yang terkenal, yaitu:

  • Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan).
  • Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide).
  • Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik).

Semboyan-semboyan tersebut masih tetap digunakan dalam dunia pendidikan kita, hingga saat ini, utamanya di sekolah Taman Siswa.

8. Melepas Gelar Bangsawan dan Mengganti Nama

Memasuki usia ke 40 tahun, Ki Hajar Dewantara pun melepas gelar kebangsawanannya, dan mengganti nama aslinya dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Hal tersebut bertujuan agar ia dapat dengan bebas lebih dekat, baik secara fisik maupun hati dengan rakyat Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, ia diangkat sebagai salah satu pimpinan pada organisasi Putera, bersama dengan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur.

Berkat perjuangannya tersebut, tak heran jika ia dijadikan pahlawan nasional untuk pendidikan di Indonesia.

Lalu, hari lahirnya, yaitu pada 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional, Moms.

Hal tersebut tentunya untuk menghargai dan menghormati segala pemikiran-pemikiran dan tindakannya yang membawa Indonesia dalam kemerdekaan.

Baca Juga: 15+ Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Kaya Kandungan Serat!

9. Menteri Pendidikan Indonesia

Di masa kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara pun diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pertama di tahun 1950.

Setelah itu Ki Hajar Dewantara juga mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gajah Mada (1959) serta diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 1959.

Bertugas sebagai menteri pendidikan di Indonesia yang pertama, ia melakukan berbagai macam pergerakan dan dibahas pada buku Ki Hadjar Dewantara: Putra Keraton Pahlawan Bangsa.

10. Meninggalnya Ki Hajar Dewantara

Makam Ki Hajar Dewantara
Foto: Makam Ki Hajar Dewantara (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Ki Hajar Dewantara meninggal dunia di Kota Yogyakarta pada 26 April 1959.

Lokasi wafatnya di Padepokan Ki Hadjar Dewantara.

Jenazahnya kemudian disimpan di Pendapa Agung Taman Siswa untuk kemudian dimakamkan di Taman Wijaya Brata pada tanggal 29 April 1959.

Taman Wijaya Brata beralamat di Jl. Soga No.28, Tahunan, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Upacara pemakamannya dipimpin oleh Soeharto yang bertindak sebagai inspektur upacara saat itu.

Karya-karya Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara
Foto: Ki Hajar Dewantara (Wikipedia.org)

Semasa hidupnya, Ki Hajar Dewantara memiliki beberapa karya tulis ternama.

Bahkan berkat pemikiran yang ia tuangkan dalam buku berhasil memberikan perkembangan terhadap Pendidikan di Indonesia.

Mengutip dari Gramedia, berikut ini beberapa karya Ki Hajar Dewantara:

1. Buku Bagian Pertama: Tentang Pendidikan

Buku pertama miliki Ki Hajar Dewantara ini berisikan tentang gagasan dan pemikirannya dalam pendidikan nasional di Indonesia.

Beberapa pembahasan utama yang terdapat di buku ini adalah Pendidikan kanak-kanak, Pendidikan Sistem Pondok, Adab dan etika keteladanan, Pendidikan dan kesusilaan.

Pada buku ini, Ki Hajar Dewantara menuliskan tentang pendidikan lagi, tetapi lebih membahas...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb