Mengapa Pemanis Buatan Aspartam Tidak Disarankan untuk Balita?

Moms mungkin pernah melihat tulisan “produk ini mengandung aspartam tidak disarankan untuk balita” pada label makanan atau minuman kemasan. Mengapa, ya, pemanis buatan satu ini tidak boleh untuk anak di bawah lima tahun?
Aspartam adalah pemanis yang menggabungkan dua asam amino, yakni asam aspartat dan fenilalanin serta sedikit menthanol. Pemanis buatan ini digunakan di beragam produk, mulai dari soda diet, obat sirop, pasta gigi, sereal, sampai jus.
Dibanding sukrosa atau gula tebu, aspartam lebih manis 160-220 kali lipat. Satu sendok teh aspartam hanya mengandung 4 kalori, sedangkan gula pasir dengan volume yang sama memiliki 16 kalori.
Karena itu, pemanis buatan ini sering digunakan untuk makanan dan minuman diet yang rendah kalori. Aspartam juga menjadi bahan pemanis dalam produk yang diklaim tidak menyebabkan kerusakan gigi.
Baca Juga: Pemanis Buatan untuk Ibu Hamil, Apakah Aman?
Di Amerika Serikat, aspartam merupakan salah satu pemanis buatan yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA). Asupan harian aspartam yang diperbolehkan oleh FDA adalah 50 mg per kilogram berat badan.
Namun, hal ini menjadi kontroversi. Beberapa lembaga menganggap aspartam sebenarnya berbahaya bagi kesehatan.
Mengapa Aspartam Tidak Disarankan untuk Balita?
Ini beberapa alasan mengapa aspartam tidak disarankan untuk balita:
1. Tidak Aman untuk Otak Anak

Foto: abclearningcenterfl.com
Dalam bukunya yang berjudul Excitotoxins, ahli bedah saraf Dr. Russell Blaylock mengkaji beberapa studi terkait aspartam. Ia menyimpulkan bahwa pemanis buatan ini tidak aman, terutama untuk otak anak yang sedang berkembang.
2. Membentuk Selera yang Salah

Foto: dailymail.co.uk
Salah satu tujuan gizi yang paling penting di masa balita adalah membentuk selera anak. Kalau sejak kecil anak biasa mencicipi makanan dan minuman berpemanis buatan, ia akan menganggap seperti itulah rasa makanan seharusnya.
Sebaliknya, kalau Si Kecil terbiasa makan makanan alami dan sehat, tubuh mereka akan “menolak” saat mencoba makanan dan minuman berpemanis buatan.
Baca Juga: Bahaya Pewarna dan Pemanis Buatan pada Makanan
3. Berbahaya bagi Penderita Fenilketonuria (PKU)

Foto: orami.co.id
Anak yang menderita fenilketonuria tidak bisa memetabolisasi fenilalanin. Jadi, mereka tidak dapat mengonsumsi aspartam, atau mereka bisa mengalami gangguan genetik.
Beberapa peneliti menganggap bahwa masalah ini juga dapat dialami orang-orang yang tidak menderita fenilketonuria yang mengonsumsi aspartam. Karena itu, aspartam tidak disarankan untuk balita.
4. Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Foto: medicalnewstoday.com
Menurut penelitian yang dimuat di jurnal Diabetes Care pada April 2009, aspartam tampak meningkatkan risiko relatif diabetes tipe 2 sebanyak 67% dan sindrom metabolik sebesar 36%.
Baca Juga: Banyak Manfaatnya, Ini Sirup Kurma, Pemanis Alami Untuk MPASI
5. Keracunan Formaldehida

Foto: iStock
Dikutip dari situs Livestrong.com, situs Mercola.com mengklaim bahwa 75% reaksi negatif terhadap bahan tambahan pangan yang dilaporkan ke FDA berhubungan dengan efek samping aspartam. Mulai dari sakit kepala, hilang ingatan, sampai jantung berdebar.
Menthanol yang terkandung dalam aspartam juga terpecah menjadi asam format dan formaldehida, neurotoksin mematikan. Konon, produk mengandung aspartam yang dipanaskan bisa menyebabkan akumulasi formaldehida. Banyak prajurit Perang Teluk yang minum diet soda hangat pulang dengan gejala mirip keracunan senyawa tersebut.
Efek zat apapun dalam makanan atau minuman akan lebih kuat pada anak-anak dibanding pada orang dewasa karena anak memiliki tubuh yang lebih kecil dan sistem tubuh yang masih berkembang. Karena dikhawatirkan menyebabkan berbagai masalah kesehatan itulah, aspartam tidak disarankan untuk balita.
Komentar
Yuk, ngobrol dan sharing pendapat dengan moms lainnya.

Beri Komentar...