01 Juli 2022

Obat Divoltar, Membantu Mengatasi Nyeri Intensitas Ringan Hingga Sedang

Mengatasi nyeri dalam intensitas ringan hingga sedang
Obat Divoltar, Membantu Mengatasi Nyeri Intensitas Ringan Hingga Sedang

Divoltar berisi kandungan Diclofenac sodium yang digunakan untuk mengatasi nyeri dalam intensitas ringan hingga sedang.

Obat ini juga umum digunakan untuk mengatasi peradangan akut.

Saat mengonsumsi divoltar, Moms tidak boleh mengemudi atau mengoperasikan alat berat.

Pasalnya, obat ini bisa menimbulkan rasa pusing dan kantuk setelah digunakan.

Untuk lebih jelasnya terkait dengan kegunaan, dosis, dan efek samping obat divoltar setelah pemakaian, simak ulasannya di bawah ini, ya, Moms!

Baca juga: Sanmag, Obat Antasida untuk Turunkan Asam Lambung Berlebih

Kegunaan Divoltar

Kegunaan Divoltar Obat Nyeri
Foto: Kegunaan Divoltar Obat Nyeri

Foto: Nyeri (Orami Photo Stocks)

Melansir Mayo Clinic, kandungan dalam divoltar adalah Diclofenac. Ini merupakan zat yang masuk dalam golongan Nonsteroidal Anti Inflammatory Drug (NSAID).

Dalam bahasa kimia, NSAID disebut dengan asam fenil asetat.

Diclofenac bekerja dengan cara menghalangi enzim siklooksigenase (COX).

Enzim tersebut membantu pembentukan prostaglandin saat terjadi luka, sehingga menyebabkan nyeri atau peradangan.

Ketika kerja enzim terhalang atau terhambat, maka prostaglandin yang diproduksi menjadi lebih sedikit sehingga rasa nyeri dan peradangan akan mereda.

Selain memiliki fungsi utama sebagai obat pereda nyeri, divoltar dapat pula digunakan untuk meredakan beberapa gangguan kesehatan berikut:

  • Menurunkan intensitas rasa nyeri pada penderita kanker
  • Menurunkan peradangan pada tubuh
  • Menurunkan intensitas rasa nyeri pada wanita haid
  • Menurunkan intensitas rasa sakit setelah melakukan prosedur operasi
  • Menurunkan intensitas nyeri atau sakit gigi
  • Menurunkan intensitas sakit akibat migrain akut
  • Menurunkan dan mengatasi gejala nyeri akibat asam urat
  • Mengatasi gejala akibat pengapuran sendi atau osteoarthritis

Baca Juga: Norvom, Terapi Obat Antimual Pasca Operasi dan Kemoterapi

Dosis Penggunaan Divoltar

Dosis penggunaan obat divoltar harus disesuaikan dengan penyakit dan intensitas keparahan gejala.

Berikut dosis umum penggunaan obat tersebut:

Orang dewasa

  • Osteoarthritis. Sebanyak 50 miligram sebanyak 2-3 kali, atau 75 miligram sebanyak 2 kali sehari. Dosis maksimal penggunaan adalah 150 miligram sehari.
  • Dismenore. Sebanyak 50 miligram sebanyak 3 kali sehari. Dosis maksimal penggunaan adalah 150 miligram sehari.
  • Rheumatoid Arthritis. Sebanyak 50 miligram sebanyak 3-4 kali, atau 75 miligram sebanyak 2 kali sehari. Dosis maksimal penggunaan adalah 225 miligram sehari.
  • Migrain. Sebanyak 50 miligram per hari. Pengulangan dosis bisa dilakukan 4-6 jam sekali. Dosis maksimal penggunaan adalah 200 miligram sehari.
  • Nyeri. Sebanyak 50 miligram sebanyak 3 kali sehari. Dosis maksimal penggunaan adalah 150 miligram sehari.
  • Spondilitis ankilosis. Dosis maksimal penggunaan adalah 125 miligram sehari.

Anak-Anak

  • Anak berusia di atas 1 tahun. Sebanyak 1-3 miligram per kilogram berat badan dalam sehari. Dosis terbagi dalam 2-3 kali jadwal konsumsi.
  • Anak berusia di atas 14 tahun. Sebanyak 75-100 miligram sehari. Dosis terbagi dalam 2-3 kali jadwal konsumsi.

Baca Juga: Serba-serbi Isprinol, Obat untuk Obati Berbagai Infeksi Virus

Kontraindikasi Divoltar

Kontraindikasi Divoltar
Foto: Kontraindikasi Divoltar (Orami Photo Stocks)

Foto: Kontraindikasi Divoltar (Orami Photo Stocks)

Penggunaan obat divoltar tidak disarankan bagi ibu hamil, karena dapat meningkatkan risiko efek samping.

Risikonya semakin tinggi jika obat dikonsumsi pada trimester ketiga kehamilan, karena bisa menyebabkan penutupan dini duktus arteriosus.

Terkait dengan kontraindikasi lainnya, simak selengkapnya di bawah ini:

  • Obat bisa dikonsumsi setelah makan atau dibarengi dengan makanan untuk menurunkan risiko gangguan pencernaan.
  • Obat tidak disarankan untuk dikonsumsi jangka panjang, karena bisa meningkatkan risiko kerusakan ginjal.
  • Obat tidak disarankan bagi lansia, karena berisiko menimbulkan perdarahan perut dan gangguan ginjal.
  • Pengguna harus memperbanyak konsumsi air putih untuk menurunkan risiko gangguan pada ginjal selama penggunaan obat.
  • Disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter saat mengalami gejala efek samping, terutama jika kondisinya memburuk.

Baca juga: Silex, Obat dari Ramuan Herbal untuk Mengencerkan Lendir

Cara Tepat Menyimpan Obat Divoltar

Sama halnya dengan obat-obat lain, divoltar juga harus disimpan dengan cara yang tepat.

Begini cara penyimpanan divoltar yang disarankan:

  • Obat harus disimpan dalam suhu ruangan. Jangan menyimpannya di dalam kulkas atau tempat yang terkena paparan sinar matahari langsung.
  • Obat tidak boleh disimpan dalam tempat yang lembap, seperti kamar mandi.
  • Obat tidak boleh disimpan dalam freezer atau dibekukan.
  • Obat tidak boleh disimpan di tempat yang terjangkau oleh anak-anak atau hewan peliharaan.
  • Obat harus dibuang jika sudah habis masa berlakunya. Pelajari lebih lanjut bagaimana cara membuang produk obat yang tepat agar tak mencemari lingkungan.
  • Obat tidak bisa dibuang bersamaan dengan sampah rumah tangga.
  • Obat tidak bisa dibuang ke dalam toilet atau saluran pembuangan air.

Berkaitan dengan cara membuang obat yang tepat dan aman, Moms bisa menanyakan langsung kepada apoteker saat membeli obat.

Baca Juga: 8 Manfaat Daun Kentut, Bisa Obati Herpes!

Efek Samping Setelah Penggunaan Divoltar

susah-sendawa.jpg
Foto: susah-sendawa.jpg (Orami Photo Stock)

Foto: Serdawa (Orami Photo Stocks)

Divoltar dapat memicu beberapa efek samping yang tidak diinginkan.

Pastikan untuk segera periksa ke dokter jika Moms mengalami satu atau lebih efek samping berikut ini:

  • Peningkatan asam lambung
  • Sering serdawa
  • Gusi berdarah
  • Darah dalam urine atau tinja
  • Batuk
  • Sembelit
  • Urine gelap
  • Diare
  • Pusing
  • Demam
  • Sering ingin buang air kecil
  • Sakit kepala
  • Kulit gatal atau ruam
  • Mual dan muntah
  • Bau napas yang tidak sedap

Dapatkan pula bantuan darurat dengan segera apabila Moms mengalami satu atau lebih gejala overdosis berikut ini:

  • Agitasi
  • Penglihatan kabur
  • Perubahan kesadaran
  • Perubahan kemampuan melihat warna
  • Kebingungan
  • Depresi
  • Kesulitan bernapas
  • Gatal-gatal
  • Pernapasan tidak teratur
  • Sifat lekas marah
  • Penurunan kesadaran
  • Rasa sakit di bagian dada, perut bagian atas, atau tenggorokan
  • Perubahan warna pucat pada bibir, kuku, atau kulit
  • Bengkak pada kelopak mata atau di sekitar mata, wajah, bibir, atau lidah
  • Peningkatan atau penurunan detak jantung
  • Pembengkakan pada wajah, pergelangan kaki, atau tangan

Efek samping obat ini mungkin berbeda-beda pada setiap orang. Selain itu, ada pula kemungkinan munculnya efek samping yang tidak disebutkan di atas.

Baca juga: Kenali Psidii, Obat Herbal dengan Ekstrak Daun Jambu Biji

Demikan penjelasan mengenai obat divoltar. Pastikan untuk tidak mengonsumsi obat ini sembarangan, ya, Moms!

  • https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/diclofenac-oral-route/side-effects/drg-20069748
  • https://www.webmd.com/drugs/2/drug-4284-4049/diclofenac-oral/diclofenac-sodium-enteric-coated-tablet-oral/details

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb