Penyebab dan Pengobatan Pectus Carinatum, Kelainan Bentuk Dada Bawaan Lahir
Buah hati Moms bisa saja mengalami cacat bawaan lahir, seperti kelainan bentuk dada atau dalam istilah medis disebut pectus carinatum.
Setiap Moms pasti menginginkan bayi yang tak kurang suatu apapun ketika lahir, tetapi hal tersebut mungkin tak selalu sesuai harapan.
"Pectus carinatum atau yang disebut juga dengan pigeon chest adalah kelainan kongenital berupa tulang dada menonjol karena gangguan pembentukan tulang dada saat kehamilan," jelas dr. I Putu Kokohana Arisutawan, Sp.BTKV, Dokter Spesialis Bedah Toraks & Kardiovaskular RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
Biasanya, pectus carinatum lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Tidak ada gejala spesifik yang ditimbulkan dari pectus carinatum sehingga tak jarang, kelainan bentuk dada baru diketahui saat anak beranjak remaja (masa pubertas).
Menurut jurnal yang dipublikasikan oleh National Center for Biotechnology Information, kondisi ini dapat dirasakan sejak usia 10 tahun, dengan puncaknya pada usia 16 tahun dan 18 tahun.
Lalu, apakah yang memicu cacat lahir ini? Yuk, cari tahu lebih lanjut Moms.
Baca Juga: Penyebab Terjadinya Pectus Excavatum Alias Dada Cekung
Gejala Pectus Carinatum
Foto: ilustrasi pectus carinatum (stanfordchildrens.org)
"Pigeon chest umumnya tidak menimbulkan gejala selain keluhan estetika," kata dr. I Putu Kokohana Arisutawan.
Gejala estetika yang dapat dilihat secara fisik berupa bentuk dada yang terdorong keluar.
Kondisi ini biasanya tidak muncul (terlalu terlihat) sampai seorang anak berusia 11 tahun atau lebih, meskipun kondisinya sudah ada sejak lahir.
Dikutip dari laman KidsHealth, dinding dada berfungsi untuk mengelilingi dan melindungi jantung dan paru-paru. Jadi, anak-anak dan remaja yang mengalami pectus carinatum biasanya dapat memiliki gejala berupa:
- Merasa sesak napas, terutama saat berolahraga
- Memiliki detak jantung yang cepat
- Mudah merasa lelah
- Mengalami nyeri dada
Beberapa lainnya mungkin dapat mengembangkan asma atau mendapatkan banyak infeksi pernapasan.
Selain itu, Moms perlu mengetahui bahwa pigeon chest dapat memengaruhi lebih dari satu sisi dada yang juga dapat disebut dengan pectus excavatum sehingga membuat dada terlihat cekung.
Kondisi ini pun akan semakin memburuk saat anak-anak tumbuh dewasa.
Baca Juga: Penyebab Nyeri Dada dan Gejalanya, Ternyata Tidak Melulu karena Sakit Jantung
Penyebab Pectus Carinatum
Foto: ibu hamil (Orami Photo Stock)
"Penyebab pigeon chest, yakni cacat bawaan lahir yang merupakan kondisi yang tidak normal pada bayi akibat gangguan perkembangan janin selama kehamilan," ujar dr. I Putu Kokohana Arisutawan.
Adapun faktor yang menyebabkan kelainan kongenital, yakni faktor genetik dan faktor non-genetik.
Faktor genetik yang dimaksud adalah kondisi gen dan kromosom saat terjadi pembuahan yang berasal dari Moms dan Dads.
Sedangkan pada faktor non-genetik, misalnya kelainan penyerta saat kehamilan, seperti:
- Infeksi virus rubella
- Kekurangan nutrisi
- Infeksi meternal
"Jadi, bayi yang mendapatkan kelainan kongenital dapat disebabkan oleh faktor genetik, meskipun tidak selalu," tambahnya.
Baca Juga: Kostokondritis, Penyebab Nyeri Dada pada Balita
Diagnosis Pectus Carinatum
Foto: hasil rontgen bagian dada (Orami Photo Stock)
Dikutip dari laman Cleveland Clinic, dokter biasanya akan mengambil riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kelainan bentuk dada ini.
Tes utama untuk mendiagnosis pectus carinatum adalah rontgen dada dari depan dan samping.
Dalam kasus tertentu, pasien mungkin menjalani pemindaian computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI).
Selain itu, pasien yang mengalami palpitasi jantung (jantung berdebar) dapat dilakukan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) atau ekokardiogram (gambar jantung).
Dokter juga dapat memeriksa apakah pasien menderita skoliosis (kelengkungan tulang belakang), tes fungsi paru untuk memeriksa paru-paru, serta tes genetik untuk mencari sindrom terkait.
Baca Juga: 5 Gejala Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi, Waspada!
Cara Mengobati Pectus Carinatum
"Pada pigeon chest atau pectus carinatum sebenarnya tidak memerlukan penanganan apa-apa. Penanganan biasanya hanya dilakukan untuk mengatasi masalah kosmetik yang ditimbulkan, misalnya untuk mengatasi atau menyamarkan bentuknya dengan cara menutupinya mengenakan pakaian yang lebih longgar atau dilakukan operasi," kata dr. I Putu Kokohana Arisutawan.
Sejauh ini, ada beberapa tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi pigeon chest, yakni:
1. Bracing
Foto: bracing dada (medicalexpo.com)
Prosedur yang satu ini akan lebih efektif jika dilakukan saat pasien berusia anak-anak atau remaja dengan kondisi ringan sampai sedang. Cara kerja bracing untuk pectus carinatum mirip dengan cara kerja kawat gigi pada gigi.
Dokter akan memasang penjepit di sekitar dada untuk memberikan tekanan dari depan dan belakang sehingga dapat menggerakkan tulang dada kembali ke posisi biasanya.
Umumnya, anak akan memakai penjepit selama 8 jam hingga 24 jam sehari, untuk jangka waktu berbulan-bulan atau mungkin hingga bertahun-tahun.
Penjepit ini dapat dilepas untuk mandi, olahraga, dan aktivitas lainnya.
Perawatan bracing untuk pigeon chest sangat aman. Namun, sejumlah kecil pasien mungkin akan mengalami iritasi kulit atau kerusakan pada kulit karena kontak dengan brace.
Dokter biasanya akan mengajarkan pasien untuk berhenti menggunakan brace jika muncul tanda-tanda iritasi.
Pasien kemudian diminta kembali ke dokter agar brace bisa disesuaikan dan perawatan dapat dilanjutkan.
Baca Juga: 8 Fungsi Amnion, Air Ketuban yang Bisa Membantu Perkembangan Paru-paru Janin
2. Operasi
Foto: dokter melakukan operasi (Orami Photo Stock)
Prosedur operasi untuk mengoreksi pectus carinatum dilakukan dengan pembedahan menggunakan prosedur ravitch yang dimodifikasi.
Tindakan ini melibatkan sayatan di dada, untuk membuka dinding dada dan mendapatkan akses ke tulang rusuk.
Tulang rawan yang cacat kemudian dikeluarkan dari setiap sisi dada. Pada sebagian besar pasien, osteotomi (istirahat) di tulang dada dilakukan untuk memungkinkan tulang dada diposisikan ke bawah.
Tulang dada kemudian dapat diperbaiki ke posisi datar yang biasa, dan dada tertutup. Luka ditutup menggunakan jahitan yang dapat larut.
Dalam beberapa kasus, ahli bedah perlu mematahkan tulang dada sehingga mereka dapat memposisikan ulang secara akurat.
Beberapa orang mungkin memerlukan palang dada dari logam yang ditempatkan sementara di bagian dalam dada dan disambungkan ke tulang rusuk.
Lamanya operasi ini tergantung pada tingkat keparahan deformitas atau kelainan bentuknya, tetapi dapat memakan waktu hingga 4 jam.
Selama beberapa minggu dan bulan berikutnya, tulang rawan dapat tumbuh kembali dengan penampilan yang lebih normal.
Dokter juga mungkin merekomendasikan terapi fisik dan latihan untuk memperkuat otot dada yang lemah.
Meskipun prosedur ravitch aman dan efektif layaknya perawatan dengan bracing, tetapi komplikasi dapat terjadi. Berikut risiko yang mungkin ditimbulkan akibat operasi:
- Pneumotoraks (penumpukan udara atau gas di rongga pleura di sekitar paru-paru)
- Berdarah
- Efusi pleura (cairan di sekitar paru-paru)
- Perikarditis (peradangan di sekitar jantung)
- Infeksi
- Perpindahan batang (gerakan)
- Kekambuhan (kembali) dari kondisi pectus carinatum
Setelah menjalani salah satu dari pilihan pengobatan di atas, pasien biasanya akan lebih puas dengan penampilan mereka karena bentuk dada menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.
Baca Juga: Pneumonia Bayi: Penyebab, Gejala, Hingga Pengobatannya
Itu dia Moms, penjelasan mengenai kelainan bentuk dada yang disebabkan oleh cacat bawaan lahir. Semoga informasinya bermanfaat, ya.
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15790-pectus-carinatum
- https://kidshealth.org/en/parents/pectus-carinatum.html
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/320836
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541121/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.