08 Juni 2024

Peer Pressure: Jenis, Contoh, Dampak, dan Cara Mengatasi

Rentan dialami anak remaja

Peer pressure adalah tekanan dari teman sebaya untuk mengikuti perilaku, gaya, atau sikap mereka agar diterima atau dianggap bagian dari kelompok tersebut.

Tekanan ini bisa bersifat positif atau negatif, tergantung pada perilaku atau norma yang didorong oleh kelompok teman sebaya.

Usia Anak Bisa Mulai Mengalami Peer Pressure

Ketika kita berpikir mengenai tekanan teman sebaya, mungkin mayoritas kita akan membayangkan ini hanya dialami oleh remaja.

Nyatanya, peer pressure bisa juga dialami oleh anak yang masih lebih kecil.

Melansir laman Scientific American, peer pressure bisa dialami mulai pada usia anak balita, karena pada usia tersebut, anak mulai dapat mengubah perilaku sesuai mayoritas kelompok.

Baca Juga: 14 Rekomendasi Buku Parenting, Bantu Orang Tua Mendidik Anak

Anak Remaja Rentan Mengalami Peer Pressure

Anak Belajar Bersama Teman
Foto: Anak Belajar Bersama Teman (Freepik.com/pressfoto)

Meski bisa dimulai pada usia yang dini, namun, memang kerentanan peer pressure dialami paling tinggi pada usia anak 14 tahun, menurut jurnal Developmental Psychology.

Seiring bertambahnya usia anak, teman sebayanya akan memainkan peran yang lebih besar dalam hidup mereka.

Teman dapat memengaruhi segalanya, mulai dari jenis musik yang mereka dengarkan, apa yang mereka kenakan, hingga cara mereka berbicara.

Contoh sederhana dari peer pressure pada anak perempuan misalnya, adalah saat sedang muncul tren tas, baju, sepatu, atau aksesori sekolah lainnya.

Dalam satu kelompok bermain, bisa saja yang dianggap teman adalah mereka yang mempunyai barang-barang yang sama ini.

Kemudian anak yang tadinya tidak mempunyai barang tersebut meminta untuk dibelikan oleh orangtuanya, bahkan sampai merengek agar ia bisa dianggap teman lagi.

Atau contoh lainnya adalah pada remaja laki-laki.

Pada masa peralihan menuju masa dewasa ini, anak laki-laki kerap mulai mengalami masa-masa nakal mereka.

Pada usia ini bisa saja mereka mulai mengenal rokok atau minuman beralkohol.

Nah, peer pressure ini bisa merupakan tindakan saat salah satu anak meminta anak lainnya mencoba rokok atau minum minuman beralkohol seperti dirinya.

Ia berdalih jika temannya tidak mau mencobanya, maka ia bukan temannya, atau menganggapnya sebagai teman yang kurang akrab.

Mungkin kita lebih sering melihat pengaruh buruk banyak terjadi pada anak laki-laki yang mengalami peer pressure negatif.

Ini juga dijelaskan dalam studi di Adolescent Research Review yang menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih rentan terhadap tekanan yang berisiko dibanding remaja perempuan.

Baca Juga: Ciri Pola Asuh Permisif dan Dampak Buruknya pada Anak

Jenis Peer Pressure dan Contohnya

Anak Bermain di Sekolah
Foto: Anak Bermain di Sekolah (Pexels.com)

Berikut ini adalah beberapa jenis peer pressure:

1. Peer Pressure Positif

Peer pressure pada anak umumnya lebih sering dianggap memberikan efek negatif.

Namun pada kenyataannya, peer pressure tidak selalu buruk, Moms.

Terkadang, peer pressure dapat digunakan untuk memengaruhi anak secara positif.

Dengan mempelajari norma-norma yang ditetapkan oleh sebuah kelompok bermain, ini bisa menjadi bagian positif agar anak belajar bagaimana hidup bersama dan bersosialisasi dengan orang lain.

Peer pressure positif adalah dorongan dari teman sebaya untuk melakukan hal-hal yang baik dan menghindari perilaku yang merugikan.

Contoh Peer Pressure Positif:

  • Mendorong teman untuk belajar lebih giat agar mendapat nilai yang lebih baik.
  • Menyimpan uang untuk pembelian besar seperti dan mendorong teman untuk melakukan hal yang sama.
  • Tidak menyukai lelucon yang menyinggung atau bergosip.
  • Menganggap rendah atau meremehkan perilaku ilegal atau berisiko, seperti minum alkohol atau merokok di bawah umur.

2. Peer Pressure Negatif

Peer pressure negatif adalah tekanan untuk melakukan hal-hal yang merugikan atau tidak diinginkan, seperti berperilaku buruk, terlibat dalam kenakalan remaja, atau mengikuti gaya hidup yang tidak sehat.

Contoh Peer Pressure Negatif:

  • Meyakinkan teman untuk bolos sekolah.
  • Mendorong seseorang untuk membeli rokok elektrik secara online.
  • Menekan teman untuk minum atau mencoba narkoba.
  • Mendorong rekan untuk melawan seseorang atau menggertak seseorang.

Baca Juga: 9 Dongeng Anak Islami Terpopuler, Kaya Pesan Moral!

Bentuk Peer Pressure pada Anak

Anak dan Teman Sebaya
Foto: Anak dan Teman Sebaya (Youngparents.com.sg)

Setelah memahami jenis peer pressure yang positif dan negatif, berikut ini bentuk dari tekanan teman sebaya ini seperti melansir dari laman Mental Health Center Kids:

1. Direct Peer Pressure (Tekanan Langsung)

Tekanan ini terjadi ketika seseorang secara eksplisit diminta atau didorong oleh teman-temannya untuk melakukan sesuatu.

Contoh:

  • Seorang teman mengajak anak untuk mencoba merokok dengan berkata, "Cobalah sekali saja, tidak ada yang tahu."
  • Teman-teman menantang seorang anak untuk melompat dari ketinggian tertentu sambil berkata, "Kalau kamu berani, coba lompat dari situ."

2. Indirect Peer Pressure (Tekanan Tidak Langsung)

Tekanan ini terjadi ketika seseorang merasa perlu menyesuaikan diri dengan kelompoknya tanpa ada permintaan langsung.

Biasanya melalui pengamatan perilaku teman-teman.

Contoh:

  • Seorang anak merasa harus mengenakan pakaian tertentu karena semua teman-temannya berpakaian seperti itu.
  • Anak yang melihat teman-temannya belajar dengan rajin dan meraih nilai bagus mungkin merasa terdorong untuk belajar lebih giat tanpa ada yang memintanya secara langsung.

3. Cyber Peer Pressure (Tekanan Dunia Maya)

Ini adalah jenis tekanan dari teman sebaya yang terjadi di dunia maya atau melalui media digital.

Contoh:

Seorang anak merasa tertekan untuk memposting foto-foto tertentu di media sosial untuk mendapatkan "likes" atau komentar positif, mengikuti tren yang populer di kalangan teman-temannya.

Baca Juga: 5 Tips Mendidik Anak agar Pantang Menyerah dan Tak Putus Asa

Tanda-tanda Anak Mengalami Peer Pressure

Make Up Remaja
Foto: Make Up Remaja (Depositphotos.com)

Tekanan sosial dari teman sebaya bisa berkisar dari yang halus hingga yang nyata, yang berarti bahwa beberapa bentuk tekanan sosial dari teman sebaya dapat lebih mudah dikenali daripada yang lain.

Mampu mengidentifikasi tanda-tanda bahwa anak tengah menghadapi peer pressure dapat membantu Moms memulai percakapan yang mendukung.

Ada beberapa tanda bahwa anak mungkin tengah mengalami peer pressure, antara lain:

  • Menghindari sekolah atau situasi sosial lainnya.
  • Menjadi sangat sadar akan citra diri atau penampilan.
  • Perubahan perilaku.
  • Mengekspresikan perasaan, seperti mereka merasa tidak cocok akan satu hal yang biasanya ia sukai.
  • Suasana hati yang kurang baik.
  • Mulai membuat perbandingan sosial.
  • Sulit tidur.
  • Mencoba gaya rambut atau pakaian baru.

Banyak dari tanda-tanda tekanan teman sebaya juga bisa menjadi tanda dari hal-hal lain, seperti intimidasi atau masalah kesehatan mental. Setiap perubahan dalam perilaku atau suasana hati patut diselidiki ya Moms.

Apalagi saat peer pressure ini mengarah pada hal-hal negatif, seperti mencoba rokok, minuman keras, atau menyebabkan anak jadi bolos sekolah.

Peer pressure jelas bisa memicu kenakalan remaja, jadi sebagai orangtua Moms perlu memerhatikan perkembangan anak di lingkungan bermain dan teman-teman sekolahnya.

Moms pun bisa mengontrol atau mengajak anak bicara jika Moms merasakan ada kejanggalan.

Ingat, kenakalan remaja memang sudah biasa terjadi, akan tetapi Moms tetap bisa menyelamatkan anak dari hal-hal yang tidak diinginkan agar anak bisa tetap memiliki masa depan yang cerah.

Anak-anak tertentu lebih rentan mengalami peer pressure dibandingkan yang lain.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.