
Sirosis (cirrhosis) adalah penyakit hati progresif yang terjadi ketika jaringan parut menggantikan jaringan hati yang normalnya lembut.
Seiring bertumbuhnya jaringan parut, hati menjadi keras dan sirkulasi darah ke hati perlahan terputus.
Kondisi ini mengganggu banyak fungsi penting hati sebagai organ terbesar kedua di tubuh yang terletak di rongga perut, di antaranya:
Menurut National Health Services, cirrhosis kadang-kadang disebut penyakit hati stadium akhir karena terjadi setelah tahap kerusakan lain dari kondisi yang memengaruhi hati, seperti hepatitis.
Hati penderita mungkin tetap bekerja meski mengalami sirosis.
Namun, kondisi ini pada akhirnya dapat menyebabkan gagal hati, dan bisa menyebabkan komplikasi serius, yang dapat mengancam jiwa.
Pada kasus ekstrem, hati bisa berhenti bekerja dan penderitanya pun membutuhkan transplantasi hati.
Baca Juga: Fatty Liver pada Ibu Hamil, Cari Tahu Serba-serbinya Berikut Ini!
Foto: gejala sirosis
Foto: Orami Photo Stock
dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD-KGEH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterologi Hepatologi RS Pondok Indah – Puri Indah mengatakan, gejala liver pada fase awal umumnya tidak ada gejala spesifik, tetapi jika sudah berlanjut bisa ditandai dengan:
Jika kondisi hati semakin parah, beberapa gejala dan komplikasinya antara lain:
Baca Juga: Penyebab Gagal Hati pada Anak, Apa Penyebabnya?
Foto: penyebab sirosis
Foto: Orami Photo Stock
Menurut dr. Hendra penyebab dari sirosis sangat banyak, yang tersering akibat:
Sirosis liver juga dapat terjadi pada bayi walau jarang, hal ini biasanya terjadi akibat kelainan bawaan maupun autoimun.
Selain beberapa penyebab di atas, terdapat beberapa kondisi lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya cirrhosis, antara lain:
Baca Juga: 5 Manfaat Cod Liver Oil, Mendukung Perkembangan Anak
Foto: komplikasi sirosis (medicalnewstoday.com)
Foto: medicalnewstoday.com
Dikutip dari Mayo Clinic, komplikasi cirrhosis dapat meliputi:
Hipertensi portal ialah tekanan darah tinggi pada vena yang mensuplai hati.
Kondisi ini terjadi karena sirosis dapat memperlambat aliran normal darah melalui hati sehingga meningkatkan tekanan dalam vena yang membawa darah ke hati dari usus dan limpa.
Peningkatan tekanan di vena portal dapat menyebabkan cairan menumpuk di kaki (edema) dan di perut (asites).
Edema dan asites juga dapat terjadi akibat ketidakmampuan hati untuk membuat cukup protein darah tertentu, seperti albumin.
Hipertensi portal juga dapat menyebabkan perubahan dan pembengkakan limpa, dan terperangkapnya sel darah putih dan trombosit.
Penurunan sel darah putih dan trombosit dalam darah ini bisa menjadi tanda pertama dari penyakit sirosis.
Hipertensi portal dapat menyebabkan darah dialihkan ke vena yang lebih kecil. Ketika vena yang lebih kecil ini mendapatkan tekanan ekstra, pembuluh darah yang lebih kecil ini bisa pecah, menyebabkan pendarahan serius.
Selain itu, hipertensi portal dapat menyebabkan pembesaran vena (varises) di kerongkongan (varises esofagus) atau perut (varises lambung) dan menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa.
Jika hati tidak dapat membuat faktor pembekuan yang cukup, ini juga dapat menyebabkan pendarahan yang berkelanjutan.
Pada penderita sirosis, tubuh mungkin akan mengalami kesulitan melawan infeksi. Hal ini pun dapat menyebabkan peritonitis bakteri, suatu infeksi pada tubuh yang sangat serius.
Cirrhosis dapat mempersulit tubuh untuk memproses nutrisi, yang menyebabkan kelemahan dan penurunan berat badan secara drastis.
Hati yang rusak akibat cirrhosis tidak dapat membersihkan racun dari darah. Racun ini kemudian dapat menumpuk di otak dan menyebabkan kebingungan mental dan kesulitan berkonsentrasi.
Seiring waktu, ensefalopati hepatik bahkan dapat berkembang menjadi tidak responsif atau koma.
Penyakit kuning terjadi ketika hati yang sakit tidak mengeluarkan cukup bilirubin, produk limbah darah dari darah. Penyakit kuning menyebabkan kulit dan bagian putih mata menguning dan urin menjadi lebih gelap.
Beberapa orang dengan sirosis akan kehilangan kekuatan tulang dan berisiko lebih besar mengalami patah tulang.
Sebagian besar orang yang mengembangkan kanker hati memiliki cirrhosis yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa orang akhirnya mengalami kegagalan multiorgan. Para peneliti sekarang percaya ini adalah komplikasi yang berbeda pada beberapa orang yang memiliki sirosis, tetapi mereka tidak sepenuhnya memahami penyebabnya.
Tingkat kelangsungan hidup seseorang dengan sirosis hati tergantung pada tingkat keparahan jaringan parut.
Sebuah studi dalam Scandinavian Journal of Gastroenterology yang melibatkan 100 orang di Norwegia dengan sirosis alkoholik parah menunjukkan bahwa 71 persen orang dalam penelitian tersebut telah meninggal dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis.
Angka kematian 15 tahun setelah diagnosis adalah 90 persen.
Konsumsi alkohol yang berkelanjutan dan usia lanjut dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih tinggi pada orang dengan sirosis.
Meski ini adalah studi terbatas, tetapi menunjukkan bahwa sirosis adalah kondisi serius yang sangat mengurangi harapan hidup dan merusak kualitas hidup.
Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menunjukkan bahwa cirrhosis bertanggung jawab atas 12 kematian di setiap 100.000 anggota populasi Amerika Serikat.
Baca Juga: HBsAg, Salah Satu Tes yang Penting Mendeteksi Hepatitis B
Foto: pengobatan sirosis
Foto: Orami Photo Stock
Perawatan akan tergantung pada apa yang menyebabkan cirrhosis dan seberapa banyak kerusakan yang ada. Meskipun tidak ada obat untuk sirosis, beberapa perawatan lain bisa dilakukan.
"Tujuan pengobatan sirosis liver adalah menghilangkan penyebab sirosis liver, memperlambat kerusakan liver, mencegah dan mengobati gejala serta komplikasinya. Transplantasi liver adalah pilihan terakhir, mengingat sulitnya mendapatkan pendonor hati, belum banyak rumah sakit yang dapat melakukan transplantasi liver serta besarnya biaya yang dibutuhkan," jelas dr. Hendra.
Mengutip Cleveland Clinic, berikut cara mengatasi cirrhosis berdasarkan jenis gejala dan komplikasinya:
Pasien yang didiagnosis sirosis akibat penyalahgunaan alkohol, maka disarankan untuk berhenti minum alkohol.
Jika memerlukan bantuan, mintalah rekomendasi penyedia layanan kesehatan untuk program perawatan kecanduan alkohol.
Beberapa obat antivirus yang disetujui tersedia untuk mengobati hepatitis tipe B dan C.
Manajemen penyakit hati berlemak nonalkohol, yakni menurunkan berat badan, mengikuti diet sehat, berolahraga fisik, dan mengikuti instruksi penyedia layanan kesehatan untuk mengelola diabetes.
Pengobatan tergantung pada penyakit bawaan yang spesifik. Perawatan ditujukan untuk mengobati gejala dan mengelola komplikasi.
Pengobatan defisiensi antitripsin alfa-1 mungkin termasuk obat-obatan untuk mengurangi pembengkakan di perut dan kaki, antibiotik untuk mengobati infeksi, dan obat-obatan lain untuk komplikasi.
Untuk hemochromatosis, pengobatannya adalah membuang darah untuk mengurangi kadar zat besi dalam darah.
Sementara itu, bagi pasien dengan penyakit Wilson, pengobatannya meliputi obat-obatan untuk menghilangkan tembaga dari tubuh dan seng untuk mencegah penyerapan tembaga.
Pada penderita cystic fibrosis, obat-obatan diresepkan untuk meningkatkan fungsi paru-paru, metode untuk membersihkan lendir dan pengobatan komplikasi.
Sedangkan pengobatan untuk penyakit penyimpanan glikogen yang melibatkan hati, yakni menjaga glukosa pada tingkat yang tepat.
Perawatan untuk hepatitis autoimun ialah obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan tubuh.
Perawatannya adalah obat-obatan, seperti ursodiol (Actigall®) atau operasi untuk membuka saluran empedu yang menyempit atau tersumbat.
Baca Juga: 8 Penyebab Rambut Rontok pada Remaja, Waspadai Gangguan Autoimun!
Perawatan tergantung pada penyebab dan stadium gagal jantung pasien.
Biasanya, obat-obatan yang diberikan, yaitu obat untuk mengobati tekanan darah tinggi, mengurangi kolesterol, menghilangkan kelebihan cairan (edema) dari tubuh dan meningkatkan fungsi pemompaan jantung.
Perawatan lain juga bisa dilakukan, dengan implantasi perangkat untuk membantu memompa darah atau memantau irama jantung, operasi untuk membuka blokir arteri atau mengganti atau memperbaiki katup jantung, dan operasi transplantasi untuk menggantikan jantung pasien.
Dokter akan meninjau semua obat untuk menentukan apakah ada yang menyebabkan masalah pada hati, dan jika demikian, pasien dianjurkan agar berhenti mengonsumsi obat, menurunkan dosis atau mengubah ke obat lain apabila memungkinkan.
Itulah berbagai informasi penting seputar penyakit hati atau sirosis yang perlu Moms waspadai.
Mari biasakan hidup sehat agar tubuh terhindar dari penyakit berbahaya ini.