8 Tahap Perkembangan Psikososial Menurut Teori Erik Erikson, Mulai dari Bayi hingga Lansia

Berbagai perkembangan dalam diri manusia dapat dilihat dari berbagai aspek, termasuk perkembangan psikososial.
Mengetahui setiap tahap perkembangan dapat memberikan wawasan yang bermanfaat tentang kepribadian diri sendiri, dan juga orang lain.
Salah satu Psikolog dan Profesor terkemuka di Universitas Harvard dan Universitas California, bernama Erik Erikson, berteori bahwa kepribadian dapat dikembangkan melalui 8 tahap kehidupan yang berbeda, yang kemudian disebut Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson.
Apakah 8 tahapan itu? Simak selengkapnya, yuk!
Baca Juga: Tahapan Pendidikan Seksual untuk Anak Usia Dini hingga Memasuki Masa Pubertas
Perkembangan Psikososial

Foto: anak bermain (Orami Photo Stock)
Sebelum mengenali 8 tahapan perkembangan psikososial yang dicetuskan oleh Psikolog Erik Erikson, pertama-tama ketahui apa itu perkembangan psikososial terlebih dahulu.
Melansir dari Only my Health, menurut Dr. Tanu Singh, seorang Psikolog Klinis dari Healthcare Clinic, India, menjelaskan bahwa perkembangan psikososial adalah pertumbuhan seseorang menurut aspek sosial dan psikologi.
Jadi, keterampilan sosial, kepribadian, dan karakter manusia akan berkembang dan dapat dipelajari sejak bayi seiring bertambahnya usia.
Baca Juga: Hari Anak Nasional: Dukung Anak Bahagia dan Berprestasi, Lindungi dari Kekerasan serta Diskriminasi
Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson
Menurut Erik Erikson, kepribadian dan keterampilan sosial setiap individu dapat berkembang dalam delapan tahap, yang mencakup seluruh rentang kehidupan.
Pada setiap tahap, seseorang dihadapkan pada krisis psikososial yang perlu diselesaikan. Kepribadian seseorang dibentuk oleh cara mereka menanggapi setiap krisis ini.
Menurut teori tersebut, jika seseorang berhasil melewati setiap tahap, maka dapat menghasilkan kepribadian yang sehat dan memperoleh kebajikan dasar.
Dilansir dari Simply Psychology, kebajikan dasar adalah karakteristik yang dapat digunakan ego untuk menyelesaikan krisis psikososial berikutnya.
Adapun 8 tahapan tersebut, meliputi:
1. Tahap Trust vs. Mistrust (Lahir–18 Bulan)

Foto: anak dan ibu (Orami Photo Stock)
Tahap pertama dari teori perkembangan psikososial Erikson adalah Trust vs. Mistrust, atau kepercayaan vs ketidakpercayaan, yang dimulai saat lahir dan berlangsung hingga sekitar usia 18 bulan.
Ini merupakan tahap paling mendasar dalam kehidupan. Di masa ini, bayi sangat bergantung, dan mengembangkan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuhnya, yaitu orang tua.
Pada titik perkembangan ini, anak sangat bergantung pada orang yang mengasuhnya dalam memenuhi semua yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup termasuk makanan, kasih sayang, kehangatan, dan keamanan.
Jika pengasuh gagal memberi setiap kebutuhan di masa ini, maka anak akan merasa bahwa mereka tidak dapat memercayai atau bergantung pada orang dewasa dalam hidup mereka.
Baca Juga: Penting! Ketahui Tahap Perkembangan Emosi Anak dari Bayi hingga Remaja
2. Tahap Otonomi vs Rasa Malu (Usia 18 Bulan–3 Tahun)

Foto: anak toilet training (Orami Photo Stock)
Di tahap ini, keterampilan fisik anak-anak tumbuh saat mereka menjelajahi lingkungan mereka dan belajar untuk lebih mandiri.
Mereka mulai melakukan tindakan dasar sendiri dan membuat keputusan sederhana mengenai hal-hal yang mereka sukai.
Dengan membiarkan anak-anak membuat pilihan dan mendapatkan kendali atas dirinya sendiri, orang tua dan pengasuh dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa otonomi
Jika tahap ini gagal karena anak hidup dalam lingkungan yang terkontrol, maka dapat menghasilkan rasa malu dan selalu meragukan kemampuan mereka untuk mengurus diri sendiri.
Adapun contoh keterampilan yang bisa dilakukan anak apda tahap ini, meliputi:
- Toilet training
- Berpakaian
- Menyikat gigi
Selain itu, tahap ini juga mencakup keterampilan fisik, seperti berlari dan melompat.
3. Tahap Inisiatif vs rasa bersalah (Usia 4 Tahun)

Foto: anak belajar (Orami Photo Stock)
Tahap ketiga perkembangan psikososial terjadi selama tahun-tahun prasekolah.
Selama tahap ini, seorang anak belajar untuk memulai interaksi sosial dan aktivitas bermain dengan anak-anak lain. Anak-anak juga banyak bertanya pada tahap ini.
Anak yang berhasil pada tahap ini akan merasa mampu memimpin orang lain.
Lalu, untuk anak yang gagal melewatinya, yang disebabkan karena terlalu dikendalikan atau dibuat merasa bahwa pertanyaan mereka mengganggu, akan memiliki sikap yang sering meragukan diri dan kurangnya inisiatif.
4. Tahap Ketekunan vs Rasa Rendah Diri (Usia 5–12 Tahun)

Foto: anak belajar (Orami Photo Stock)
Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan rasa bangga atas prestasi dan kemampuan mereka.
Di masa ini anak-anak perlu mengatasi tuntutan sosial dan akademik yang baru. Keberhasilan melewati tahap ini mengarah pada rasa kompetensi, sedangkan kegagalan menghasilkan perasaan rendah diri.
Baca Juga: 5 Tahap Perkembangan Psikoseksual Anak: Oral, Anal, Phalik, Laten, dan Genital
5. Tahap Identitas vs Kebingungan (Usia 12–18 Tahun)

Foto: anak merias diri (Orami Photo Stock)
Tahap ini memainkan peran penting dalam mengembangkan rasa identitas diri yang akan terus memengaruhi perilaku dan perkembangan selama sisa hidup seseorang.
Mereka yang menerima dorongan dan kekuatan yang tepat melalui eksplorasi pribadi akan memiliki identitas diri yang kuat, perasaan kemandirian, dan kontrol.
Kegagalan dalam tahap ini menyebabkan rasa tidak aman, bingung tentang diri mereka sendiri dan masa depan.
6. Keintiman vs Isolasi (Usia 18–40 Tahun)

Foto: laki-laki dan perempuan (Orami Photo Stock)
Tahap ini meliputi masa dewasa awal ketika seseorang mengeksplorasi hubungan pribadi dengan orang lain.
Di rentang usia ini, seseorang perlu membentuk hubungan yang intim dan penuh kasih dengan orang lain.
Sukses melewatinya akan mengarah pada hubungan yang kuat, sementara kegagalan akan menghasilkan rasa kesepian dan isolasi.
7. Generativitas vs Stagnasi (Usia 40 hingga 65 Tahun)

Foto: keluarga (Orami Photo Stock)
Di masa ini, seseorang menentukan kembali prioritas dalam hidupnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membesarkan anak-anak, produktif di tempat kerja, dan terlibat dalam kegiatan dan organisasi masyarakat.
Kesuksesan pada tahap ini akan mengarah pada perasaan berguna dan memiliki rasa pencapaian, sementara kegagalan akan membuat seseorang merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia.
Baca Juga: Mengenal Teori Piaget, 4 Tahapan Perkembangan Kognitif dan Kecerdasan Anak
8. Tahap Integritas vs Keputusasaan (Usia >66 Tahun)

Foto: lansia (Orami Photo Stock)
Tahap terakhir dalam teori perkembangan psikososial Erikson adalah integritas vs keputusasaan. Tahap ini dimulai sekitar usia 66 tahun dan berlanjut selama sisa hidup seseorang.
Selama tahap ini, seseorang akan merefleksikan kehidupan dan pencapaian mereka, serta menerima kenyataan bahwa kematian tidak dapat dihindari.
Menurut Erikson, jika seseorang merasa hidupnya tidak produktif, atau jika seseorang memiliki rasa bersalah atas hal-hal yang terjadi di masa lalu, hal tersebut dapat menimbulkan perasaan putus asa.
Kemudian, ketika sukses pada tahap ini akan mengarah pada perasaan puas dan merasa bijaksana.
Itu dia ulasan mengenai tahap perkembangan psikososial berdasarkan teori dari Erik Erikson.
Adanya teori ini diharapkan dapat menjadi tips yang membantu untuk memikirkan beberapa konflik dan tantangan berbeda yang mungkin dihadapi seseorang saat menjalani kehidupan.
- https://www.onlymyhealth.com/stages-of-psychosocial-development-1635498856
- https://www.verywellmind.com/erik-eriksons-stages-of-psychosocial-development-2795740#toc-stage-1-trust-vs-mistrust
- https://www.verywellhealth.com/psychosocial-development-5220563
- https://www.simplypsychology.org/Erik-Erikson.html#generativity
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.