22 Februari 2024

Pahami Rukun Puasa Ramadan agar Ibadah Diterima Allah SWT

Pahami juga syarat sah puasa yang penting untuk dipenuhi
Pahami Rukun Puasa Ramadan agar Ibadah Diterima Allah SWT

2. Menahan diri

Rukun puasa Ramadan selanjutnya yaitu mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.

Sebuah hadis dari Umar bin Khaththab RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam matahari, maka orang yang berpuasa boleh berbuka,” (HR Al-Bukhari no.1954, Muslim no. 1100).

Bentuk menahan diri yang dilakukan meliputi hawa nafsu berupa makanan, minuman, kegiatan seksual, serta hal-hal lain yang membatalkan puasa.

Berikut beberapa hal yang bisa membuat puasa seseorang batal:

  • Makan dan minum dengan sengaja.
  • Muntah.
  • Merokok.
  • Haid atau nifas.
  • Berhubungan seksual pada waktu puasa.
  • Keluarnya air mani.
  • Kehilangan akal, seperti gila atau tiba-tiba pingsan.
  • Keluar dari agama Islam dan memeluk agama lain atau murtad.
  • Berenang.
  • Bekam.
  • Menelan dahak.
  • Melakukan pengobatan melalui dubur atau kemaluan.
  • Suntikan.
  • Emosi berlebihan.

Agar ibadah puasa sah, bukan hanya rukun puasa Ramadan yang penting untuk dipenuhi, tapi juga syarat puasa Ramadan.

Baca Juga: 10+ Tips Puasa bagi Ibu Hamil, Dijamin Janin Semakin Sehat!

Syarat Puasa

Ilustrasi Puasa Ramadan
Foto: Ilustrasi Puasa Ramadan (Freepik.com/odua)

Setelah memahami Ada beberapa hal tentang syarat dan rukun puasa Ramadan yang harus diperhatikan.

Dilansir Islam NU, puasa adalah ibadah yang menjadi keharusan atau rukun keislamannya.

Hal ini termaktub dalam hadis yang diriwayat kan oleh Imam Turmudzi dan Imam Muslim:

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ

“Dari Abi Abdurrahman, yaitu Abdullah Ibn Umar Ibn Khattab r.a, berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Islam didirikan dengan lima hal, yaitu persaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, didirikannya salat, dikeluarkannya zakat, dikerjakannya haji di Baitullah (Ka’bah), dan dikerjakannya puasa di bulan Ramadan,” (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 7 dan Muslim: 19).

Yuk, ketahui lebih dalam di sini!

Syarat Wajib Puasa

Perempuan Muslim Berdoa
Foto: Perempuan Muslim Berdoa (Freepik.com/wayhomestudio)

Maksudnya adalah seseorang dikatakan wajib menunaikan ibadah puasa apabila:

1. Sehat, Tidak Sakit, serta Sedang Menetap (Tidak dalam Keadaan Bersafar)

Hal ini dijelaskan dalam Alquran surah Al Baqarah ayat 185.

Allah SWT berfirman: “Dan barang siapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain,” (QS Al Baqarah: 185).

2. Suci dari Haid dan Nifas

Ini berdasarkan hadis dari Mu’adzah yang pernah bertanya pada ‘Aisyah RA tentang hal tersebut. Mu’adzah berkata:

“Saya bertanya kepada Aisyah, ‘Kenapa gerangan perempuan yang haid mengqadha puasa dan tidak mengqadha salat?’ Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah?‘

Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha salat’.”

3. Islam

Jumhur ulama berpendapat bahwa orang-orang kafir juga mukhaththab bi furu’isy syar’iyyah (menjadi objek hukum-hukum syar’i dalam masalah furu’).

Sehingga mereka juga terkena kewajiban salat, puasa, dan zakat.

4. Balig

Ketika orang anak menginjak usia balig, barulah ia terkena beban syariat.

Rasulullah SAW bersabda: “Pena (catatan amal) diangkat dari tiga jenis orang: orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia balig, dan orang gila hingga ia berakal,” (HR. An-Nasa`i no. 7307, Abu Dawud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143).

Seseorang dikenai beban syariat ketika ia memiliki akal.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb