30 Oktober 2023

Pahami Kondisi Stunting pada Anak, Ciri hingga Penyebabnya!

Ternyata bisa berdampak sampai dewasa nanti, lho
Pahami Kondisi Stunting pada Anak, Ciri hingga Penyebabnya!

2. Gizi Anak yang Kurang

Kondisi ini juga bisa terjadi akibat makanan balita saat masih di bawah usia 2 tahun yang tidak tercukupi. Hal ini bisa disebabkan karena:

Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting.

Khususnya asupan makanan yang mengandung zinc, zat besi, serta protein ketika anak masih berusia balita.

Bayi juga harus menerima asupan gizi yang baik, yaitu minum ASI eksklusif selama 6 bulan.

Selama 6 bulan ini, jangan pernah berikan air putih, teh, atau madu, ya, Moms.

Baca Juga: 17 Resep Makanan Bayi 6 Bulan untuk Penuhi Nutrisi Si Kecil!

3. Faktor Lingkungan

Menurut dr. Caessar, faktor kebersihan lingkungan juga bisa menjadi penyebab tidak langsung stunting.

Apabila lingkungan yang ditempati tidak memiliki sanitasi yang baik, risiko infeksi pencernaan seperti diare juga semakin tinggi.

"Atau apabila ada perokok di rumah dapat menimbulkan infeksi pernapasan,” terangnya.

Infeksi yang berat dan berulang dapat menyebabkan stunting pada anak. Jadi, pastikan anak juga berada pada lingkungan mendukung sanitasi yang bersih.

4. Faktor Genetik

Faktor lain yang juga menyebabkan stunting pada anak adalah faktor genetik.

Anak-anak yang mengalami stunting nantinya juga lebih mungkin memiliki anak-anak kerdil dan cenderung memiliki berat badan berlebih saat dewasa.

Oleh karena itu, orang tua harus melihat kondisi anak berdasarkan tabel perkembangan pada kurva WHO yang bisa mendeteksi anak stunting atau tidak.

Lakukan juga pemantauan pertumbuhan anak secara teratur, ya, Moms untuk menghindari kemungkinan stunting di kemudian hari.

Baca Juga: 7 Tips Mendampingi Anak Belajar, Salah Satunya Pelajari Gaya Belajar Anak!

5. Tidak Mengikuti Imunisasi dengan Baik

Moms percayalah bahwa mengikuti jadwal imunisasi dengan baik, sangat penting hukumnya.

Imunisasi pada Si Kecil memiliki banyak manfaat, salah satunya untuk membangun kekebalan tubuh secara optimal demi melindungi anak dari berbagai macam penyakit.

Anak-anak yang tidak mendapat imunisasi dengan baik memiliki risiko terserang penyakit berbahaya dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang buruk.

Hal inilah yang pada akhirnya membuat Si Kecil sering terserang penyakit dan pertumbuhannya tidak optimal sehingga terancam stunting.

Risiko Stunting pada Anak

Risiko Stunting pada Anak
Foto: Risiko Stunting pada Anak (Orami Photo Stocks)

Di seluruh dunia, sebanyak 144 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita stunting.

Ini adalah kondisi kronis yang dapat terjadi jika seorang anak tidak memiliki akses pada nutrisi yang tepat, khususnya selama 1.000 hari pertama kehidupan.

Stunting pada anak tidak hanya memengaruhi kesehatan, tapi juga membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.

Hal ini juga dapat merusak perkembangan mental dan fisik mereka, lho!

Itu artinya, anak-anak yang menderita stunting cenderung tidak mencapai tinggi penuh dan potensi kognitif mereka saat dewasa.

Anak-anak yang menderita stunting lebih cenderung menderita kesehatan yang buruk dan berisiko terkena penyakit dan kondisi terkait nutrisi.

Menurut dr. Cut Hafiah Halidha M.Gizi, SpGK, pada sesi KulWap di Orami Parenting, mengatakan stunting pada anak menjadi masalah kurang gizi kronis.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

Kondisi ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak, yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) di standar usianya.

"Dampak dari nutrisi yang buruk dan stunting pada anak bisa berlanjut seumur hidup."

Hal ini dapat mengakibatkan prestasi sekolah yang menurun, produktivitas berkurang, dan gangguan perkembangan intelektual dan sosial," ujar dr. Cut.

dr. Cut menambahkan, kekurangan energi dan zat gizi juga akan memaksa proses metabolisme tubuh untuk beradaptasi.

Sehingga berisiko meningkatkan penyakit-penyakit metabolik di masa dewasa, seperti diabetes, obesitas, dan darah tinggi.

Dikutip dari Power of Nutrition, stunting pada anak tidak hanya memengaruhi kesehatan, tetapi juga menghambat perkembangan mereka di masa depan, yaitu:

  • Anak-anak yang menderita stunting mungkin tidak pernah tumbuh setinggi maksimal atau mengembangkan potensi kognitif penuh.
  • Sebanyak 43% anak balita di negara berpenghasilan rendah dan menengah berisiko tinggi mengalami kemiskinan karena stunting.
  • Anak-anak yang mengalami stunting berpenghasilan 20% lebih rendah sebagai orang dewasa.
  • Para ibu yang mengalami kekurangan gizi lebih cenderung memiliki anak yang menderita stunting.
  • Anak-anak yang tidak mengalami stunting memiliki nilai tes yang lebih tinggi pada penilaian kognitif dan tingkat aktivitas.

Baca Juga: Marasmus, Kekurangan Gizi pada Anak yang Dapat Berakibat Fatal

Cara Mencegah Stunting pada Anak

Cara Mencegah Stunting pada Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Cara Mencegah Stunting pada Anak (Orami Photo Stock)

Gangguan tumbuh kembang akibat stunting bersifat menetap, yang artinya tidak dapat diatasi.

Namun, kondisi ini sangat bisa dicegah, terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupan anak, dengan cara sebagai berikut:

  • Memenuhi nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat besi, asam folat, dan yodium
  • Coba terapkan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif
  • Berikan anak MPASI yang baik dan tepat selama tumbuh kembangnya
  • Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
  • Rutin memeriksakan Si Kecil ke Posyandu atau dokter

Saat hamil, Moms harus rutin melakukan kontrol kandungan ke dokter untuk melihat tumbuh kembang janin di dalam kandungan juga ya, Moms.

Hal ini penting untuk memantau perkembangan janin dari minggu ke minggu hingga hari perkiraan lahir tiba nantinya.

Baca Juga: Mengenal Posyandu, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Cara Mengatasi Stunting pada Anak

Cara Mengatasi Stunting pada Anak
Foto: Cara Mengatasi Stunting pada Anak (pixabay.com)

Meski stunting berdampak hingga dewasa, kondisi ini bisa ditangani dengan cara yang baik.

Melansir dari Buletin Stunting, stunting dipengaruhi oleh pola asuh, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan, serta ketahanan pangan.

Salah satu penanganan pertama yang bisa dilakukan untuk anak dengan tinggi badan di bawah normal yang didiagnosis stunting, yaitu:

  • Inisiasi menyusui dini (IMD)
  • Pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan
  • Pemberian ASI bersama dengan MPASI sampai anak berusia 2 tahun

WHO dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan bayi usia 6-23 bulan untuk mendapatkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang optimal.

Ketentuan pemberian makanan tersebut sebaiknya mengandung minimal 4 atau lebih dari 7 jenis makanan yang meliputi:

  • Serealia atau umbi-umbian
  • Kacang-kacangan
  • Produk olahan susu
  • Telur
  • Sumber protein lainnya, seperti sayur dan buah kaya vitamin A atau lainnya

Di sisi lain, perhatikan juga batas ketentuan minimum meal frequency (MMF), untuk bayi usia 6-23 bulan yang diberi dan tidak diberi ASI, dan sudah mendapat MPASI.

Baca Juga: 6 Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir yang Benar, Kata Dokter!

Ingat Moms, bahwa 1000 hari pertama kehidupan anak, sangatlah penting agar tidak mengalami stunting pada anak.

Yuk, lengkapi kebutuhan nutrisi anak dan ikuti jadwal imunisasi tanpa terlewat!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4232245/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5084763/
  • https://www.powerofnutrition.org/the-impact-of-stunting/
  • https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell
  • https://www.healthline.com/nutrition/malnutrition
  • https://www.scribd.com/document/399746670/Buletin-Stunting

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb