03 May 2024

Surat An Nahl Ayat 125: Bacaan, Arti, dan Kandungannya

Ayat dalam surah ini jadi metode Rasulullah SAW untuk berdakwah
Surat An Nahl Ayat 125: Bacaan, Arti, dan Kandungannya

Foto: Freepik.com

Islam adalah agama dakwah. Hal ini juga sudah tertera dalam surat An Nahl ayat 125 sebagai salah satu dalil tentang wajibnya berdakwah.

Bukan hanya orang yang berdakwah yang penting dalam prosesnya, berhasil tidaknya dakwah juga ikut ditentukan oleh cara atau metode dalam berdakwah agar bisa diterima dengan baik oleh orang lain.

Metode sangat penting perananya, karena meski memiliki pesan baik, tetapi jika disampaikan lewat metode yang tidak baik, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh orang lain.

Baca Juga: Hubungan Suami Istri di Malam Jumat adalah Sunah, Benarkah?

Bacaan Surat An Nahl Ayat 125 dalam Tulisan Arab, Latin, dan Artinya

Surah An Nahl (Islam4u.pro)
Foto: Surah An Nahl (Islam4u.pro)

Berikut ini adalah bacaan surat An Nahl ayat 125 dalam tulisan Arab, latin, dan juga artinya untuk memudahkan dalam membacanya:

اُدْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Ud’u ilaa sabiili robbika bil hikmati wal mau’idhotil hasanati wajaadilhum bil latii hisa ahsan, inna robbaka huwa a’lamu biman dlolla ‘an sabiilihi wahuwa a’lamu bil muhtadiin

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An Nahl: 125)

Baca Juga: Pengertian Khiyar, Etika Transaksi Jual Beli dalam Islam

Tafsir Surat An Nahl Ayat 125

Ilustrasi Dakwah (Irishexaminer.com)
Foto: Ilustrasi Dakwah (Irishexaminer.com)

Surat An Nahl ayat 125 ini menjelaskan tentang kewajiban berdakwah untuk seluruh umat Islam, juga menjelaskan metode dakwah.

Meski sebenarnya ayat ini ditujukan untuk Rasulullah SAW, namun juga juga berlaku bagi kaum muslimin.

Setiap umat Islam harus berdakwah dengan menggunakan metode yang disebutkan di sini.

Metode kadang lebih penting dari pada materi dakwahnya, sebagaimana disampaikan sebagian ulama: At-Tariqatu Ahammu Minal Maddah (metode lebih penting dari isi atau materi).

Dengan begitu, cara atau metode ini harus benar-benar dikuasai, khususnya untuk para pendakwah agar proses dakwahnya dapat direspon dengan baik oleh masyarakat.

Sosok utama seorang dai adalah Rasulullah SAW.

Beliau mendapatkan kesuksesan dalam berdakwah sehingga Islam bisa menyebar dengan waktu yang relatif singkat di Jazirah Arab.

Sebenarnya konsepnya sederhana, yakni berdakwah dengan cara yang lemah lembut.

Selain sifat lemah lembut yang dimilikinya, beliau juga memiliki metode dakwah yang ampuh.

Bahkan, metode tersebut beliau dapatkan dari Allah SWT yang tertera dalam surat An Nahl ayat 125.

Ini tentunya menjadi keutamaan tersendiri dalam tata cara penyebaran dakwah yang efektif dan berkah.


Menurut Imam Ibnu Jarir At-Thabari, beliau menafsirkan kalimat اُدۡعُ اِلٰى سَبِيۡلِ رَبِّكَ adalah pengingat dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam hal kewajiban berdakwah.

Wahai Muhammad kamu adalah utusan Allah SWT, maka serulah manusia untuk taat kepada Allah SWT, yakni dengan menjalankan syariat, yang disyariatkan kepada seluruh makhluknya, yakni Islam.

Kata بِالۡحِكۡمَةِ dikatakan dalam tafsir tersebut: dengan wahyu yang Allah SWT wahyukan kepadamu dan kitab (Al-Qur'an) yang Allah turunkan kepadamu.

Yakni dengan mengucapkan kata kata baik dan ber-argumen sesuai dengan apa yang diargumentasikan oleh Al-Qur'an.

Dan berdebatlah dengan perdebatan yang baik, yakni dengan memperhatikan etika perbincangan perdebatan, jangan sampai melukai orang yang kita perdebat, seperti disebutkan dalam Tafsir At-Thabari.

1. Metode Bil Hikmah

Secara bahasa, bil hikmah artinya adalah bijaksana.

Para Mufassirin rata-rata dalam menafsiri kata bilhikmah adalah berdakwah sesuai ajaran Al-Qur'an dan sunnah (hadis) seperti: Imam Thabari, Ibnu Katsir Imam, Al-Baghawi dan lainya.

Ini menunjukkan bahwa seorang dai harus menguasai kebijakan-kebijakan, hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur'an dan sunah, meliputi syariat dan hukum yang ditetapkan, untuk kesuksesan dakwah.

Dengan begitu, seorang dai harus cerdas dalam melihat realita, bijaksana dalam melakukan kegiatan dakwah, dan tetap melihat aspek landasan Islam lainnya.

2. Metode Mauidhatil Hasanah

Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Imam Jalaluddin Al-Mahali menafsiri wal mauidhatil hasanati dengan mengucapkan ucapan yang lembut.

Sedangkan Al-Baidhawi menafsirinya dengan lafadz (Al-khitabati) khotbah-khotbah, menuturkan kata-kata di depan publik, berusaha meyakinkan dan menebar kemanfaatan.

Al-Baidhawi mengatakan: “Maka awal dakwah diperuntukkan kepada mereka yang mencari hakikat (kebenaran tuhan) dalam artian orang-orang kafir, lalu diperuntukkan orang orang awam.”

Maka metode mauidhatil hasanati bisa diartikan berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga dapat menyentuh hati mereka.

3. Metode Wajadilhum Billati Hiya Ahsan

Secara bahasa, Wajadilhum Billati Hiya Ahsan berarti berdebat dengan cara yang baik.

Atau berdakwah dengan bertukar pikiran dan membantah dengan baik, dan tidak memberikan tekanan.

Metode ini memerlukan ilmu yang mumpuni.

Seorang dai harus berdebat namun santun, tajam argumentasinya, luas pengetahuanya, cerdas dalam meng-analogikan realita, serta bisa mempengaruhi pembicaraanya.

Selain itu juga melakukan adab berdebat yang baik mengalahkam lawan tanpa mereka merasa kalah.

Baca Juga: 7 Kumpulan Doa untuk Diri Sendiri, Wajib Diketahui!

Kandungan Surat An Nahl Ayat 125

Berdoa untuk Acara Pengajian
Foto: Berdoa untuk Acara Pengajian (Harvardmagazine.com)

Setelah mengetahui bacaan dan juga tafsirnya, berikut ini adalah isi kandungan pokok dari surat An Nahl ayat 125, yakni:

  • Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk berdakwah menyeru manusia kepada agama-Nya. Kewajiban berdakwah ini juga berlaku bagi umat Islam.
  • Ayat ini menjelaskan tiga metode dakwah yakni hikmah, mauidhah hasanah (pengajaran yang baik) dan jidal (debat) dengan cara yang baik.
  • Allah SWT hanya mewajibkan dakwah, sedangkan apakah seseorang mendapat hidayah atau tidak adalah urusan-Nya, bukan kewajiban seorang dai.
  • Allah Maha Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat petunjuk. Dia Maha Mengetahui siapa yang mau menolak dakwah dan siapa yang mau menerimanya.
  • Ayat ini menenangkan Rasulullah SAW dan para dai agar tidak sedih dan kecewa jika ada orang yang menolak dakwah.

Dalam studi Wahana Karya Ilmiah Pendidikan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan mengenai surat An Nahl ayat 125 ini, diperoleh beberapa hasil penelitian, yaitu:

  • Perintah Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk menyeru manusia ke jalan yang lurus.
  • Dalam prosesnya, Rasulullah SAW diperintahkan untuk menggunakan metode BilHikmah, metode Al-Mau’idzhah Al-Hasanah, dan metode mujaadalah billatii hiya ahsan.
  • Harus dapat meyesuaikan dan mengimplementasikan metode sesuai dengan tingkat kecerdasan orang lain dan di terapkan kepada siapa pun dengan kondisinya masing-masing.

Demikian penjelasan mengenai surat An Nahl ayat 125.

Semoga kita semua dapat menguatkan semangat berdakwah sesuai dengan metode dakwah yang dijelaskan di dalamnya.

  • https://webmuslimah.com/isi-kandungan-surah-an-nahl-ayat-125/
  • https://journal.unsika.ac.id/index.php/pendidikan/article/view/1036
  • https://tanwir.id/tafsir-surah-al-nahl-ayat-125-tiga-metode-dakwah-dalam-al-quran/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.