
Foto: Orami Photo Stocks
Foto: Orami Photo Stocks
Moms mungkin akan bertanya-tanya seperti apa tampilan kotoran bayi yang sehat? Apakah arti dari setiap warna pup bayi?
Tentu informasi seputar ini menjadi sering dipertanyakan, khususnya bagi kelahiran anak pertama.
Yuk, ketahui hal-hal penting dari arti setiap warna kotoran pada bayi, Moms.
Warna pup bayi tentu bisa menjadi indikasi sekaligus menjadi tanda apakah bayi dalam kondisi sehat atau tidak.
Hal ini juga senada dengan ungkapan Dr. dr. Muzal Kadim, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroenterologi Hepatologi Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah.
"Sangat bisa, kenalilah bentuk dan warna feses yang normal dan tidak normal pada bayi," jelas dr. Muzal Kadim.
Melansir dari Medical News Today, selain warna pup bayi, bayi baru lahir yang sering buang air besar merupakan hal yang wajar terlebih ketika setelah menyusui.
Lalu untuk bayi yang berusia lebih dari 3 minggu, biasanya buang air besar antara 2 atau 3 kali sehari.
Jadi, selain warna pup bayi yang harus diperhatikan, Moms juga harus memerhatikan intensitas pup Si Kecil.
Kotoran yang sehat bisa berwarna kuning, oranye, cokelat atau hijau. Dari segi tekstur, bisa dapat berbentuk cair hingga cukup keras.
Namun jika terlalu kelas atau terlalu berair, Moms juga perlu waspada. Jika Si Kecil sering sedikit mengejan dan membuat suara atau mengerutkan wajah, ini juga merupakan hal yang normal.
Tapi tentunya terlalu banyak mengejan tidak baik, ya Moms, sebab bisa menjadi tanda bayi tidak bisa buang air besar atau lebih dikenal sembelit.
Baca Juga: Bayi Tidak Buang Air Besar: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Warna dan konsistensi kotoran bayi berubah seiring waktu tergantung pada berbagai hal. Ini juga berkaitan pada apa yang menjadi asupan sehari-harinya.
Berikut beberapa warna dari BAB bayi dan penjelasan setiap kondisinya:
American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan, kotoran bayi pertama yang mungkin akan Moms lihat akan bertekstur lengket dan berwarna hijau tua.
Warna yang pekat seperti ini normalnya tanpa bau. Tinja bayi seperti ini disebut juga sebagai meconium.
Kotoran pertama bayi ini terbuat dari beberapa zat sejak di dalam kandungan seperti:
Dibutuhkan beberapa hari bagi Si Kecil untuk mengeluarkan semua mekonium dari sistem pencernaannya.
“Meskipun tidak berbau, jauh lebih sulit untuk membersihkannya daripada kotoran biasa,” kata Adam Hart, Ph.D., profesor komunikasi sains di University of Gloucestershire, di Inggris, dan penulis The Life of Poo, dilansir dari parents.com.
Jadi, warna pup bayi hijau juga bisa masuk ke dalam kondisi normal asalkan tidak setiap hari, ya Moms.
"Warna hijau juga masih masuk dalam kategori normal. Namun dengan catatan, warna feses bayi juga tidak boleh terus menerus berwarna hijau.
Jika warna hijau yang selalu muncul pada feses, tandanya cara ibu dalam memberikan ASI belum benar," jelas dr. Muzal.
Warna pup bayi kuning dan kecokelatan adalah tanda normal dan tak perlu dikhawatirkan, Moms! Ini biasanya didapati karena asupan ASI ekslusif pada bayi baru lahir.
Warna kuning keemasan ini akan sering didapat ketika Si Kecil telah buang air besar secara teratur. Untuk teksturnya sendiri, biasanya agak sedikit berair dan terdapat partikel lemak putih seperti biji-bijian.
"Warna kuning cerah atau didominasi oleh kuning diindikasikan sebagai feses yang normal. Feses dengan warna ini, yang sering disebut sebagai golden feses, biasa ditemukan pada bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif," jelas dr. Muzal Kadim.
Setelah meconium keluar dari pencernaan bayi, kotorannya dapat sangat bervariasi. Tergantung pada bagaimana bayi disusui.
Salah satu warna tinja bayi yang normal adalah cokelat gelap. Bayi yang diberi susu formula, biasanya akan mengalami kondisi ini.
Biasanya kotorannya akan memiliki konsistensi sedikit kental seperti pasta.
"Warna cokelat juga dianggap sebagai feses yang normal, sama seperti feses dengan warna kuning atau cerah.
Hanya, bayi dengan feses coklat ini hanya terjadi pada bayi yang mengonsumsi ASI yang sudah dicampur dengan susu formula atau susu formula sepenuhnya," ungkap dr. Muzal Kadim.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Copyright © 2023 Orami. All rights reserved.